Jakarta: Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai tengah menjalankan misi menyatukan pemilih dalam menghadapi Pemilu 2024. Khususnya, pemilih berbasis muslim tradisional Nahdlatul Ulama (NU).
"Koalisi ini kelihatan sangat belajar dari kekalahan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019 sangat penting untuk lebih memperkuat dukungan basis massa pemilih muslim tradisional Nahdatul Ulama notabene organisasi masyarakat (ormas) keagamaan terbesar di Indonesia," kata peneliti dari Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro kepada Medcom.id, Kamis, 12 Januari 2023.
Bawono menilai Gerindra juga tengah mengubah arah dalam menggandeng dukungan publik. Prabowo Subianto pada Pemilu 2014 dan 2019 lebih dekat dengan kelompok muslim konservatif.
"Selama ini dalam pemilihan presiden tahun 2014 dan 2019 lalu Prabowo Subianto lekat dengan dukungan dari kelompok-kelompok Muslim konservatif seperti Front Pembela Islam (FPI)," ujar Bawono.
Ia menilai bila koalisi tersebut awet, bakal menguntungkan Gerindra. Khususnya, dalam mendulang suara bagi Prabowo Subianto bila Ketua Umum Partai Gerindra itu maju sebagai calon presiden (capres) 2024.
"Sebagaimana diketahui dari hasil dua pemilihan presiden tahun 2014 dan 2019 Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan dua provinsi di Jawa dengan dukungan rendah terhadap Prabowo Subianto. Sementara itu, PKB merupakan partai dengan basis pemilih kuat di kedua provinsi tersebut," ucap Bawono.
Jakarta: Partai Gerindra dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dinilai tengah menjalankan misi menyatukan pemilih dalam menghadapi
Pemilu 2024. Khususnya, pemilih berbasis muslim tradisional Nahdlatul Ulama (NU).
"Koalisi ini kelihatan sangat belajar dari kekalahan Prabowo Subianto dalam pemilihan presiden 2014 dan 2019 sangat penting untuk lebih memperkuat dukungan basis massa pemilih muslim tradisional Nahdatul Ulama notabene organisasi masyarakat (ormas) keagamaan terbesar di Indonesia," kata peneliti dari Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro kepada
Medcom.id, Kamis, 12 Januari 2023.
Bawono menilai
Gerindra juga tengah mengubah arah dalam menggandeng dukungan publik. Prabowo Subianto pada Pemilu 2014 dan 2019 lebih dekat dengan kelompok muslim konservatif.
"Selama ini dalam pemilihan presiden tahun 2014 dan 2019 lalu Prabowo Subianto lekat dengan dukungan dari kelompok-kelompok Muslim konservatif seperti Front Pembela Islam (FPI)," ujar Bawono.
Ia menilai bila koalisi tersebut awet, bakal menguntungkan Gerindra. Khususnya, dalam mendulang suara bagi
Prabowo Subianto bila Ketua Umum Partai Gerindra itu maju sebagai calon presiden (capres) 2024.
"Sebagaimana diketahui dari hasil dua pemilihan presiden tahun 2014 dan 2019 Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan dua provinsi di Jawa dengan dukungan rendah terhadap Prabowo Subianto. Sementara itu, PKB merupakan partai dengan basis pemilih kuat di kedua provinsi tersebut," ucap Bawono.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)