Jakarta: Presiden Joko Widodo masih berada di puncak papan survei. Berdasarkan survei PolMark Research Center (PRC) Indonesia dengan alat bantu daftar nama dan kandidat, Jokowi memperoleh 50,2 persen suara.
"Separuh dari pemilih Jokowi (50 persen dari 50,2 persen total suara) beralasan mereka memilih Jokowi karena dinilai bervisi kerakyatan," ujar CEO dan Founder PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah saat memaparkan hasil survei di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin, 18 Desember 2017.
Sedangkan Prabowo Subianto menyusul pada posisi kedua dengan perolehan 22 persen suara. Faktor kerakyatan, lanjut Eep, hanya diakui 13 persen dari total pemilih Prabowo. Sementara 48 persen pemilih Prabowo menjadikan ketegasan dan kewibawaan sebagai faktor utama memilih ketua umum Partai Gerindra itu.
"Faktor ketegasan dan kewibawaan hanya disebutkan oleh 13,7 persen dari 50,2 persen pemilih Jokowi," imbuh Eep.
Berdasarkan data tersebut, karakterisasi Jokowi vs Prabowo masih sama dengan yang terbangun saat Pilpres 2014, yaitu Jokowi dengan karakter pemimpin merakyat dan Prabowo dengan karakter pemimpin tegas
"Data ini juga sekaligus menegaskan baik Jokowi maupun Prabowo akan mendapatkan lawan yang sangat serius dan menantang jika ada kandidat alternatif yang bisa memiliki dua karakter tersebut sekaligus, yaitu merakyat dan tegas," terang Eep.
Survei dilakukan dengan wawancara langsung kepada 2.600 responden di seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilaksanakan pada 13-25 November 2017 dengan teknik multistage random sampling. Margin of error kurang lebih 1,9 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Jakarta: Presiden Joko Widodo masih berada di puncak papan survei. Berdasarkan survei PolMark Research Center (PRC) Indonesia dengan alat bantu daftar nama dan kandidat, Jokowi memperoleh 50,2 persen suara.
"Separuh dari pemilih Jokowi (50 persen dari 50,2 persen total suara) beralasan mereka memilih Jokowi karena dinilai bervisi kerakyatan," ujar CEO dan Founder PolMark Indonesia Eep Saefulloh Fatah saat memaparkan hasil survei di kawasan SCBD, Jakarta Selatan, Senin, 18 Desember 2017.
Sedangkan Prabowo Subianto menyusul pada posisi kedua dengan perolehan 22 persen suara. Faktor kerakyatan, lanjut Eep, hanya diakui 13 persen dari total pemilih Prabowo. Sementara 48 persen pemilih Prabowo menjadikan ketegasan dan kewibawaan sebagai faktor utama memilih ketua umum Partai Gerindra itu.
"Faktor ketegasan dan kewibawaan hanya disebutkan oleh 13,7 persen dari 50,2 persen pemilih Jokowi," imbuh Eep.
Berdasarkan data tersebut, karakterisasi Jokowi vs Prabowo masih sama dengan yang terbangun saat Pilpres 2014, yaitu Jokowi dengan karakter pemimpin merakyat dan Prabowo dengan karakter pemimpin tegas
"Data ini juga sekaligus menegaskan baik Jokowi maupun Prabowo akan mendapatkan lawan yang sangat serius dan menantang jika ada kandidat alternatif yang bisa memiliki dua karakter tersebut sekaligus, yaitu merakyat dan tegas," terang Eep.
Survei dilakukan dengan wawancara langsung kepada 2.600 responden di seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilaksanakan pada 13-25 November 2017 dengan teknik multistage random sampling. Margin of error kurang lebih 1,9 persen dengan tingkat kepercayaan mencapai 95 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OJE)