medcom.id, Jakarta: Kegaduhan antaramenteri di Kabinet Kerja menuai kritik dari berbagai pihak. Salah satunya dari anggota baru Ombudsman Republik Indonesia Laode Ida.
Laode mengatakan, para anggota kabinet bersama Presiden dan Wapres bisa dianalogikan sebagai tim sepak bola yang sedang bertanding. Tujuan utamanya adalah menang atau cetak gol sebanyak mungkin. Menurut dia, siapapun yang memasukkan gol ke gawang bukanlah karena ia hasil kerja sendiri. Melainkan lebih sebagai hasil kerja tim.
Syarat utama untuk menang adalah kerja tim yang padu dengan para pemain yang ber-skill tinggi melalui latihan bersama dalam waktu lama. Setiap pemain sudah saling kenal karakter sehingga bisa kontak batin dalam melakukan passing dari kaki ke kaki.
"Tapi begitulah. Tim 'sepak bola' yang bernama kabinet kita ini bukan saja pertontonkan permainan tak indah dan sebagian ber-skill rendah, melainkan juga tak kompak. Saling serang terjadi," jelas Laode dalam keterangan tertulisnya kepada Metrotvnews.com, Kamis (3/3/2016).
Kerapkali, lanjut dia, pesan Presiden Jokowi sebagai manajer tim sebagian diabaikan. Presiden, seperti disampaikan Juru Bicara Presiden Johan Budi, tersinggung dan marah akibat kegaduhan di internal timnya yang sudah sampai pada persoalan pribadi itu.
"Jokowi memang layak marah. Karena sadar betul akan filosofi tim sepak bola seperti diilustrasikan di atas. Apalagi sudah berada pada semester pertama tahun kedua pemerintahannya belum juga menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Baik dalam pembangunan fisik maupun kesra (kesejahteraan rakyat)," kata mantan Wakil Ketua DPD RI periode 2009-2014.
Ia menambahkan, "Justru yang terjadi antara lain gelombang PHK (pemutusan hubungan kerja) dan hengkangnya sejumlah investasi asing, termasuk di dalamnya kian melebarnya kesenjangan sosial di perkotaan."
Pertanyaannya, lanjut Laode, apakah sikap kritis bahkan saling serang di antara sebagian menteri itu selalu dianggap keliru? Justru, kata dia, seharusnya jadi peluang untuk mengetahui watak dan mendeteksi kepentingan masing-masing. Kalau suatu kritik berargumen kuat dengan orientasi.
"Untuk kepentingan rakyat, seharusnya diposisikan sebagai anggota tim yang benar dan mustinya diapresiasi oleh Jokowi. Sebaliknya, jika ternyata memiliki muatan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, seharusnya segara disingkirkan.
Kata dia, Jokowi harus bersikap yang berkonsekwensi pada pembersihan para anggota tim yang hanya manfaatkan jabatan untuk kepentingan dan atau kelompok tertentu.
"Jokowi tak bisa hanya ekspresikan kemarahannya, apalagi hanya lewat jubir. Karena yang ditunggu publik, adalah keberanian untuk melakukan langkah perbaikan yang konkret dan hasilnya dirasakan masyarakat," kata Laode Ida.
medcom.id, Jakarta: Kegaduhan antaramenteri di Kabinet Kerja menuai kritik dari berbagai pihak. Salah satunya dari anggota baru Ombudsman Republik Indonesia Laode Ida.
Laode mengatakan, para anggota kabinet bersama Presiden dan Wapres bisa dianalogikan sebagai tim sepak bola yang sedang bertanding. Tujuan utamanya adalah menang atau cetak gol sebanyak mungkin. Menurut dia, siapapun yang memasukkan gol ke gawang bukanlah karena ia hasil kerja sendiri. Melainkan lebih sebagai hasil kerja tim.
Syarat utama untuk menang adalah kerja tim yang padu dengan para pemain yang ber-skill tinggi melalui latihan bersama dalam waktu lama. Setiap pemain sudah saling kenal karakter sehingga bisa kontak batin dalam melakukan passing dari kaki ke kaki.
"Tapi begitulah. Tim 'sepak bola' yang bernama kabinet kita ini bukan saja pertontonkan permainan tak indah dan sebagian ber-skill rendah, melainkan juga tak kompak. Saling serang terjadi," jelas Laode dalam keterangan tertulisnya kepada
Metrotvnews.com, Kamis (3/3/2016).
Kerapkali, lanjut dia, pesan Presiden Jokowi sebagai manajer tim sebagian diabaikan. Presiden, seperti disampaikan Juru Bicara Presiden Johan Budi, tersinggung dan marah akibat kegaduhan di internal timnya yang sudah sampai pada persoalan pribadi itu.
"Jokowi memang layak marah. Karena sadar betul akan filosofi tim sepak bola seperti diilustrasikan di atas. Apalagi sudah berada pada semester pertama tahun kedua pemerintahannya belum juga menunjukkan keberhasilan yang signifikan. Baik dalam pembangunan fisik maupun kesra (kesejahteraan rakyat)," kata mantan Wakil Ketua DPD RI periode 2009-2014.
Ia menambahkan, "Justru yang terjadi antara lain gelombang PHK (pemutusan hubungan kerja) dan hengkangnya sejumlah investasi asing, termasuk di dalamnya kian melebarnya kesenjangan sosial di perkotaan."
Pertanyaannya, lanjut Laode, apakah sikap kritis bahkan saling serang di antara sebagian menteri itu selalu dianggap keliru? Justru, kata dia, seharusnya jadi peluang untuk mengetahui watak dan mendeteksi kepentingan masing-masing. Kalau suatu kritik berargumen kuat dengan orientasi.
"Untuk kepentingan rakyat, seharusnya diposisikan sebagai anggota tim yang benar dan mustinya diapresiasi oleh Jokowi. Sebaliknya, jika ternyata memiliki muatan kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, seharusnya segara disingkirkan.
Kata dia, Jokowi harus bersikap yang berkonsekwensi pada pembersihan para anggota tim yang hanya manfaatkan jabatan untuk kepentingan dan atau kelompok tertentu.
"Jokowi tak bisa hanya ekspresikan kemarahannya, apalagi hanya lewat jubir. Karena yang ditunggu publik, adalah keberanian untuk melakukan langkah perbaikan yang konkret dan hasilnya dirasakan masyarakat," kata Laode Ida.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MBM)