Sekretaris Kabinet Pramono Anung (kanan) saat berbincang dengan Pemred Medcom.id Abdul Kohar, di Gedung III Kemensetneg, Jakarta, Rabu, 4 April 2018. Foto: Humas Seskab/Deni
URL Berhasil di Salin
Pramono Anung: Kita Justru Menikmati dan Mencari-cari Kritik
Abdul Kohar • 09 April 2018 16:28
Jakarta: Oposisi bertubi-tubi melontarkan kritik terhadap pemerintah. Entah itu yang sifatnya membangun atau mendekati istilah 'ngawur'. Namun, pemerintah mengaku tak keberatan dengan segala kritik itu.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan dengan senang hati pemerintah menerima kritik itu. "Dari siapa pun, terutama (dari) oposisi," kata Pramono saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Medcom.id, Abdul Kohar, pekan lalu.
Bahkan, Pramono menyatakan pemerintah menjadikan kritik itu sebagai obat kuat. "Kalau tak dikritik, pemerintah mungkin tak mengoreksi diri. Kritik yang sangat keras, bahkan hoaks yang beberapa kali dilakukan, itu tentunya menjadi koreksi bagi pemerintah."
"Kalau kritiknya benar, itu harus kita jalankan. Kalau kritiknya asal bicara, ngawur, dan tak memiliki substansi, tentu kita jawab dengan tenang-tenang saja," kata mantan wakil ketua DPR ini.
Tak akan Tersulut
Promono melanjutkan, pemerintah juga tak akan bereaksi berlebihan saat mendapatkan kritik tak pada tempatnya. Ia mengambil contoh saat ada yang menginginkan sosok seperti Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memimpin Indonesia. Bahkan si pengkritik menyatakan bahwa Indonesia tak butuh pemimpin yang 'planga plongo'.
Baca: Fadli Zon: Indonesia Butuh Pemimpin Seperti Putin
Menurutnya, jawaban Presiden Joko Widodo (Jokowi) sederhana. "Dia bekerja dari pukul 08.00 hingga 23.00 WIB. Sekarang ini hasilnya dirasakan semua masyarakat," katanya.
Terbukti, elektabilitas Jokowi saat ini tinggi sekali. "Melawan siapa pun, kalau pemilunya hari ini, (Jokowi) pasti menang dengan sangat signifikan," kata Pramono.
Klu ingin bangkit n jaya, RI butuh pemimpin spt Vladimir Putin: berani, visioner, cerdas, berwibawa, nggak byk ngutang, nggak planga plongo.
— Fadli Zon (@fadlizon) March 30, 2018
Menikmati Kritik
Pramono memastikan pemerintah tak antikritik. Salah jika kritik itu disebut akan mengganggu jalannya pembangunan. "Sama sekali nggak".
Bahkan, kata mantan Sekjen PDI Perjuangan ini, kalau tidak ada kritik pemerintah akan mencari-cari sendiri kritikus. "Kita ciptakan vokalis-vokalis baru untuk mengkritik pemerintah. Saya meyakini kalau kritiknya ngawur itu membuat simpati publik kepada Presiden, kepada pemerintahan ini, malah menjadi baik," katanya.
Menurut Pram, kritik yang ngawur sekalipun justru membahagiakan pemerintah. "Kita menikmati (kritik) itu."
Baca: Fadli Zon Kritik Strategi Pembangunan Pemerintah Selama 2017
Dia mencontohkan saat ada yang mengkritik jikapembagian sertifikat tanah itu disebut sebagai pembohongan terhadap rakyat. Faktanya, kata dia, rakyat yang menerima sertifikat justru bertambah saban tahunnya. Tahun ini bahkan sudah tujuh juta lebih sertifikat tanah yang dibagikan.
"Artinya, rakyat sendirilah silakan berbicara. Apakah program sertifikasi yang dibuat oleh Presiden betul-betul bermanfaat atau nggak? Ternyata, setiap preisden berkunjung ke daerah untuk membagikan sertifikat, sambutannya luar biasa," ujar dia.
Apakah Jokowi risau dengan kritik itu? "Enggak. Sama sekali tidak. Bahkan sambil bercanda Beliau mengatakan 'Kayanya yang mengkritik seperti ini perlu diperbanyak,'" kata Pram.
<iframe width="640" height="360" src="https://www.youtube.com/embed/jxWnRRghJfI" frameborder="0" allow="autoplay; encrypted-media" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Oposisi bertubi-tubi melontarkan kritik terhadap pemerintah. Entah itu yang sifatnya membangun atau mendekati istilah 'ngawur'. Namun, pemerintah mengaku tak keberatan dengan segala kritik itu.
Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan dengan senang hati pemerintah menerima kritik itu. "Dari siapa pun, terutama (dari) oposisi," kata Pramono saat diwawancarai Pemimpin Redaksi Medcom.id, Abdul Kohar, pekan lalu.
Bahkan, Pramono menyatakan pemerintah menjadikan kritik itu sebagai obat kuat. "Kalau tak dikritik, pemerintah mungkin tak mengoreksi diri. Kritik yang sangat keras, bahkan hoaks yang beberapa kali dilakukan, itu tentunya menjadi koreksi bagi pemerintah."
"Kalau kritiknya benar, itu harus kita jalankan. Kalau kritiknya asal bicara, ngawur, dan tak memiliki substansi, tentu kita jawab dengan tenang-tenang saja," kata mantan wakil ketua DPR ini.
Tak akan Tersulut
Promono melanjutkan, pemerintah juga tak akan bereaksi berlebihan saat mendapatkan kritik tak pada tempatnya. Ia mengambil contoh saat ada yang menginginkan sosok seperti Presiden Rusia Vladimir Putin untuk memimpin Indonesia. Bahkan si pengkritik menyatakan bahwa Indonesia tak butuh pemimpin yang 'planga plongo'.
Menurutnya, jawaban Presiden Joko Widodo (Jokowi) sederhana. "Dia bekerja dari pukul 08.00 hingga 23.00 WIB. Sekarang ini hasilnya dirasakan semua masyarakat," katanya.
Terbukti, elektabilitas Jokowi saat ini tinggi sekali. "Melawan siapa pun, kalau pemilunya hari ini, (Jokowi) pasti menang dengan sangat signifikan," kata Pramono.
Klu ingin bangkit n jaya, RI butuh pemimpin spt Vladimir Putin: berani, visioner, cerdas, berwibawa, nggak byk ngutang, nggak planga plongo.
Pramono memastikan pemerintah tak antikritik. Salah jika kritik itu disebut akan mengganggu jalannya pembangunan. "Sama sekali nggak".
Bahkan, kata mantan Sekjen PDI Perjuangan ini, kalau tidak ada kritik pemerintah akan mencari-cari sendiri kritikus. "Kita ciptakan vokalis-vokalis baru untuk mengkritik pemerintah. Saya meyakini kalau kritiknya ngawur itu membuat simpati publik kepada Presiden, kepada pemerintahan ini, malah menjadi baik," katanya.
Menurut Pram, kritik yang ngawur sekalipun justru membahagiakan pemerintah. "Kita menikmati (kritik) itu."
Dia mencontohkan saat ada yang mengkritik jikapembagian sertifikat tanah itu disebut sebagai pembohongan terhadap rakyat. Faktanya, kata dia, rakyat yang menerima sertifikat justru bertambah saban tahunnya. Tahun ini bahkan sudah tujuh juta lebih sertifikat tanah yang dibagikan.
"Artinya, rakyat sendirilah silakan berbicara. Apakah program sertifikasi yang dibuat oleh Presiden betul-betul bermanfaat atau nggak? Ternyata, setiap preisden berkunjung ke daerah untuk membagikan sertifikat, sambutannya luar biasa," ujar dia.
Apakah Jokowi risau dengan kritik itu? "Enggak. Sama sekali tidak. Bahkan sambil bercanda Beliau mengatakan 'Kayanya yang mengkritik seperti ini perlu diperbanyak,'" kata Pram.