medcom.id, Jakarta: Seniman kerap mendapatkan cibiran saat akan masuk ke kancah perpolitikan. Paradigma seniman atau artis tidak mampu berpolitik masih lekat di benak masyarakat.
Anggota Komisi I DPR RI Tantowi Yahya merasakan betul sindiran-sindiran itu. Tantowi yang sempat malang melintang di dunia panggung hiburan itu kerap dicemooh bahkan oleh politikus-politikus senior.
"Karena dunia seni dan hiburan itu stigmanya orang-orang yang tidak serius, tidak mau mikir keras," ungkap Tantowi tutur Tantowi dalam sebuah forum diskusi di Crowne Plaza Hotel, Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Menurut dia, stigma tersebut memang sulit dilawan. Tantowi saja perlu melewati satu periode di Gedung Parlemen untuk menghapus stigma buruk seniman.
Yang paling sulit saat mulai berkiprah di bidang politik, lanjut dia, adalah mendapatkan kepercayaan pers. Dia mengakui, wartawan di bidang politik memiliki pandangan berbeda dari wartawan hiburan.
"Untuk omongan kita dikutip, lalu jadi headlines butuh perjuangan. Stigma yang melekat itu, kita bisa apa di politik? Itu tantangan besar seniman," tutur dia.
Bakal calon gubernur DKI Jakarta Ahmad Dhani juga menyadari stigma tersebut. Ia melihat, masyarakat selalu menilai jika artis ataupun seniman tidak boleh menjadi politikus.
Pentolan Band Dewa 19 mengaku memiliki misi lain dengan maju sebagai bakal cagub DKI. Dia ingin mengubah paradigma negatif ini.
"Artinya, tukang becak pun berhak (jadi politikus) kalau dia mampu. Jadi, paradigma mau jadi politikus harus pengusaha, jenderal, itu harus diubah. Yang harus mengubah itu ya kita-kita ini. Buktikan bahwa seniman mampu jadi politikus," beber dia.
Dhani juga menyebut, paradigma itu hadir karena budaya masyarakat Indonesia yang sudah tertanam. Publik, kata dia, lebih suka melihat siapa yang bicara bukan isi pembicaraan tersebut.
"Karena selama ini bangsa kita selalu mendengar siapa yang bicara. Dalam hari ini, kita harus sepakat bahwa semua warga negara berhak dan boleh ikut-ikutan politik selagi dia mampu," pungkas dia.
medcom.id, Jakarta: Seniman kerap mendapatkan cibiran saat akan masuk ke kancah perpolitikan. Paradigma seniman atau artis tidak mampu berpolitik masih lekat di benak masyarakat.
Anggota Komisi I DPR RI Tantowi Yahya merasakan betul sindiran-sindiran itu. Tantowi yang sempat malang melintang di dunia panggung hiburan itu kerap dicemooh bahkan oleh politikus-politikus senior.
"Karena dunia seni dan hiburan itu stigmanya orang-orang yang tidak serius, tidak mau mikir keras," ungkap Tantowi tutur Tantowi dalam sebuah forum diskusi di Crowne Plaza Hotel, Jakarta, Rabu (16/3/2016).
Menurut dia, stigma tersebut memang sulit dilawan. Tantowi saja perlu melewati satu periode di Gedung Parlemen untuk menghapus stigma buruk seniman.
Yang paling sulit saat mulai berkiprah di bidang politik, lanjut dia, adalah mendapatkan kepercayaan pers. Dia mengakui, wartawan di bidang politik memiliki pandangan berbeda dari wartawan hiburan.
"Untuk omongan kita dikutip, lalu jadi
headlines butuh perjuangan. Stigma yang melekat itu, kita bisa apa di politik? Itu tantangan besar seniman," tutur dia.
Bakal calon gubernur DKI Jakarta Ahmad Dhani juga menyadari stigma tersebut. Ia melihat, masyarakat selalu menilai jika artis ataupun seniman tidak boleh menjadi politikus.
Pentolan Band Dewa 19 mengaku memiliki misi lain dengan maju sebagai bakal cagub DKI. Dia ingin mengubah paradigma negatif ini.
"Artinya, tukang becak pun berhak (jadi politikus) kalau dia mampu. Jadi, paradigma mau jadi politikus harus pengusaha, jenderal, itu harus diubah. Yang harus mengubah itu ya kita-kita ini. Buktikan bahwa seniman mampu jadi politikus," beber dia.
Dhani juga menyebut, paradigma itu hadir karena budaya masyarakat Indonesia yang sudah tertanam. Publik, kata dia, lebih suka melihat siapa yang bicara bukan isi pembicaraan tersebut.
"Karena selama ini bangsa kita selalu mendengar siapa yang bicara. Dalam hari ini, kita harus sepakat bahwa semua warga negara berhak dan boleh ikut-ikutan politik selagi dia mampu," pungkas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)