Ilustrasi. Foto: Medcom.id
Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Pengamat: Penguatan Koalisi Seiring dengan Penentuan Figur

Juven Martua Sitompul • 19 Juli 2022 20:00
Jakarta: Sikap terbuka Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) terhadap partai lain dinilai terobosoan baru. Sebab, Pemilu 2014 dan 2019 kental dengan polarisasi yang kuat.
 
"Kita patut berbangga dan berbahagia bagaimana kemudian sikap para elit yang berorientasi pada nilai kebersamaan dan kebangsaan, otentikasi pada pembangunan kerakyatan yang tradisi ini tidak pernah hadir di dalam negeri ketika kontestasi politik," kata pengamat politik dan kebijakan UPNVJ Danis TS Wahidin kepada wartawan, Jakarta, Selasa, 19 Juli 2022.
 
Menurut dia, pengalaman pahit 2019 harus menjadi pelajaran bagi seluruh elite politik di Tanah Air. Para tokoh partai harus mengedepankan persatuan kebangsaan.

"Kesadaran kolektif elite bangsa ini bahwa semua pihak harus berorientasi pada penyatuan, kebersamaan, kebangsaan. Bahwa semua pihak harus kemudian inklusif dan berorientasi pada koalisi itu betul sekali,” kata Direktur Indodata ini.
 

PAN: KIB Solid Meski Jalin Komunikasi dengan Parpol Lainnya

Langkah KIB untuk mengumpulkan partai-partai koalisi lalu kemudian mencari calon sudah sesuai sistem. Menurut dia, koalisi yang baik adalah koalisi yang berjalan paralel dengan upaya penguatan koalisi partai dan pembentukan figur.
 
"Karena kalkulasi kemenangan politik pada Pemilu 2024 tidak bisa dilepaskan dan peran koalisi partai politik untuk menyentuh presidential threshold 20 persen dan elektabilitas pasangan figur untuk memenang Pemilu 2024 secara langsung pemilihan dan pemasangan kandidat harus dibicarakan oleh koalisi secara mendalam," kata Danis.
 
Sementara itu, Direktur Pusat Kajian Politik Universitas Indonesia (Puskapol UI) Aditya Perdana mengungkapkan KIB sedang melakukan penjajakan dengan partai lain untuk mencari titik persamaan di antara mereka. Artinya, segala kemungkinan masih bisa terjadi, termasuk masuknya anggota koalisi dari partai lain.
 
"Saya pikir sih kalau dalam masa sekarang saya mengistilahkan masa panjajakan kayak orang pacaran. Jadi apa pun itu terjadi untuk saling menyamakan persepsi, pandangan, pikiran, termasuk emosi. Jadi peluang-peluang itu masih terbuka kemungkinan, termasuk mengajak partai lain yang kemungkinan-kemungkinan itu bisa terjadi," kata Aditya.

Memperbesar koalisi


Menurut Aditya, bergabungnya partai dalam KIB lebih didasari pada kecocokan pandangan dari para elite KIB dalam melihat potensi bakal calon presiden yang akan diusung dalam Pemilu 2024.
 
"Kalau soal platform itu kadang-kadang partai politik kita tidak punya satu ikatan-ikatan ideologis yang relatif kuat, kalau saya melihatnya begitu. Sehingga, yang masih diutamakan itu adalah kecocokan pandangan dari para tokoh atau figur, termasuk kalau bicara ini soal calon presidennya," kata dia.
 
Aditya mengatakan KIB sedang ingin mewujudkan politik kebangsaan yang dinilai mampu menghadapi politik identitas yang sempat muncul dan membesar pada Pilpres 2019.
 
"Saya pikir semuanya atas nama politik kebangsaan. Karena yang dimaksud teman-teman politisi, politik kebangsaan tentu tidak ingin terulang kembali satu situasi di mana polarisasi politik atau politisasi identitas itu kuat," kata dia.
 
Aditya menilai KIB tengah berupaya mencari kesepahaman atas politik kebangsaan untuk membendung politisasi identitas. "Jadi saya pikir mereka sedang mencari pencocokan-pencocokan di area itu, biar kemudian tidak terekspos kembali," tegas dia.
 
Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyebut KIB masih membuka peluang bagi partai lain untuk bergabung. KIB dipastikan terus membangun komunikasi politik dengan partai lain.
 
Meski sudah terbentuk KIB, kata Airlangga, komunikasi dengan partai lain tak terputus. Menurut dia, KIB menganut asas inklusif terbuka.
 
"Interaksi sih selalu tidak pernah putus dengan berbagai partai," tegas Airlangga.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEV)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan