medcom.id, Jakarta: Imparsial tegas menolak pencalonan Letjen Purnawirawan TNI Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dengan berbagai catatan. Imparsial meminta Sutiyoso cukup menempati posisi terhormat sebagai tokoh negara.
"Pak Sutiyoso lebih cocok jadi tokoh negara ketimbang posisi Kepala BIN," kata Direktur Program Imparsial, Al Araf, di Kantor Imparsial, Jalan Tebet Utara II C Nomor 25, Jakarta Selatan, Kamis (11/6/2015).
Hal mendasar penolakan Imparsial adalah dugaan keterlibatan Sutiyoso terhadap kejahatan hak asasi manusia masa lalu. Sebagai contoh, peristiwa penyerbuan Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Juli 1996.
"Saat Sutiyoso sebagai Pangdam Jaya, terjadi kasus penyerangan kantor DPP PDI di Jakarta yang dikenal dengan peristiwa 27 Juli. Diduga kuat terdapat pelanggaran HAM dalam peristiwa itu," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti.
Selain itu, kompetensi yang dimiliki Sutiyoso dalam bidang intelijen tidak layak pakai untuk saat ini. Sebab, Sutiyoso menerapkan praktik intelijen ala orde baru. Sementara saat ini BIN didesak menyesuaikan dengan era reformasi.
"Kami khawatir dengan kepemimpinan Pak Sutiyoso, aparat intel kita akan berubah kembali seperti orde baru," tukas Poengky.
Dia juga menilai sosok Sutiyoso lebih tua ketimbang Kepala BIN saat ini, Letjen Purn TNI Marciano Norman. Sutiyoso Akmil angkatan 1968, sementara Marciano angkatan 1978. Imparsial mendesak DPR untuk memerhatikan sejumlah catatan kritis tersebut.
medcom.id, Jakarta: Imparsial tegas menolak pencalonan Letjen Purnawirawan TNI Sutiyoso sebagai Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dengan berbagai catatan. Imparsial meminta Sutiyoso cukup menempati posisi terhormat sebagai tokoh negara.
"Pak Sutiyoso lebih cocok jadi tokoh negara ketimbang posisi Kepala BIN," kata Direktur Program Imparsial, Al Araf, di Kantor Imparsial, Jalan Tebet Utara II C Nomor 25, Jakarta Selatan, Kamis (11/6/2015).
Hal mendasar penolakan Imparsial adalah dugaan keterlibatan Sutiyoso terhadap kejahatan hak asasi manusia masa lalu. Sebagai contoh, peristiwa penyerbuan Kantor DPP PDI di Jalan Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat, 27 Juli 1996.
"Saat Sutiyoso sebagai Pangdam Jaya, terjadi kasus penyerangan kantor DPP PDI di Jakarta yang dikenal dengan peristiwa 27 Juli. Diduga kuat terdapat pelanggaran HAM dalam peristiwa itu," kata Direktur Eksekutif Imparsial, Poengky Indarti.
Selain itu, kompetensi yang dimiliki Sutiyoso dalam bidang intelijen tidak layak pakai untuk saat ini. Sebab, Sutiyoso menerapkan praktik intelijen ala orde baru. Sementara saat ini BIN didesak menyesuaikan dengan era reformasi.
"Kami khawatir dengan kepemimpinan Pak Sutiyoso, aparat intel kita akan berubah kembali seperti orde baru," tukas Poengky.
Dia juga menilai sosok Sutiyoso lebih tua ketimbang Kepala BIN saat ini, Letjen Purn TNI Marciano Norman. Sutiyoso Akmil angkatan 1968, sementara Marciano angkatan 1978. Imparsial mendesak DPR untuk memerhatikan sejumlah catatan kritis tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)