Megawati menyampaikan pidato politik saat pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan, di Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, Kamis (9/4). Antara Foto/Andika Wahyu
Megawati menyampaikan pidato politik saat pembukaan Kongres IV PDI Perjuangan, di Hotel Inna Grand Bali Beach, Bali, Kamis (9/4). Antara Foto/Andika Wahyu

Pidato Sarat Sindiran, Siapa yang Dimaksud Megawati?

Tri Kurniawan • 09 April 2015 15:21
medcom.id, Bali: Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri berpidato saat pembukaan Kongres ke-IV PDI Perjuangan. Isi pidatonya sarat dengan sindiran.
 
Kongres PDI Perjuangan digelar di Grand Inna Bali Beach Hotel, Denpasar, Bali, Kamis (9/4/2015). Ribuan simpatisan dan kader PDI Perjuangan tumpah ruah di perhelatan lima tahunan itu.
 
Presiden Joko Widodo yang hadir sebagai kader dan Wakil Presiden Jusuf Kalla duduk di kursi barisan paling depan. Keduanya mengapit kursi yang diduduki Megawati. Acara itu juga dihadiri tokoh partai politik yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih.

Sekitar pukul 10.00 WIB, Megawati yang menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan sejak 1998 diminta menyampaikan wejangan. Berbagai hal ia sampaikan dengan menggebu-gebu. Namun, terselip sindiran-sindiran dalam pidato itu.
 
1. Partai jadi beban demokrasi
 
Megawati menilai belakangan ini muncul pandangan yang menganggap partai adalah beban demokrasi. Saat bersamaan, muncul gerakan deparpolisasi.
 
"Ada pihak dengan mengatasnamakan independensi, selalu mengatakan partai adalah beban demokrasi. Saya tidak menutup mata terhadap berbagai kelemahan partai politik," kata Presiden kelima itu.
 
2. Pemilik modal di balik deparpolisasi
 
Proses deparpolisasi, menurut Megawati, tidak berdiri sendiri. Ada kekuatan modal di baliknya.
 
"Mereka kaum oportunis yang tidak mau bekerja keras membangun rakyat. Tapi menunggu, lalu menyalip di tikungan," tegas Mega disambut sorak sorai peserta kongres.
 
3. Presiden jalankan kebijakan partai
 
Perempuan kelahiran Yogyakarta itu mengatakan seorang kepala negara dan kepala pemerintahan tetaplah kader partai politik. Maka, sudah seharusnya menjalankan garis-garis kebijakan partai politiknya.
 
Bukan malah menjadi independen dari partai politik. "Presiden dan Wapres sudah sewajarnya menjalankan garis kebijakan partai," serunya.
 
Pesan itu mungkin disampaikan untuk Jokowi. Beberapa waktu lalu, santer terdengar hubungan Jokowi dengan PDI Perjuangan tidak harmonis. Penyebabnya diduga karena Jokowi tidak melantik Komjen Budi Gunawan sebagai kapolri.
 
4. Jangan pecah
 
Megawati meminta kader tidak bercerai berai. Menurutunya, segala tantangan merupakan irama perjuangan. Kader diajak memeras keringat bersama untuk kepentingan semua.
 
"Saya mengajak simpatisan dan kader untuk tetap teguh pada ideologi. PDI Perjuangan adalah satu kesatuan, tidak boleh bercerai berai oleh pasang surut perjuangan," cetusnya.
 
Untuk diketahui, dua partai politik yakni Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan, sedang terbelah. Kader di dua partai itu berkonflik sejak ajang pemilihan ketua umum.
 
5. Dikhianati dan ditusuk dari belakang
 
Perempuan bernama lengkap Dyah Permata Megawati Setyawati Soekarnoputri itu mengaku berulang kali menelan pil pahit dalam berpolitik. Dia mengaku dikhianati, bahkan ditusuk dari belakang.
 
"Saya bertahan meski banyak pengkhianatan, meski saya berulang kali ditusuk dari belakang. Alhamdulillah saya tetap bertahan dan lolos dari berbagai cobaan," terang ibu tiga anak itu.
 
6. Pemimpin harus setia pada konstitusi
 
Dia menyampaikan seorang pemimpin tak perlu berhitung akibat yang timbul dari kebijakannya, asal berpegang teguh kepada konstitusi. Pemimpin jangan memikirkan opini yang berkembang.
 
"Kepemimpinan yang menyatu rakyat dan setia konstitusi. Sifatnya mutlak, pemimpin harus setia kepada konstitusi, tanpa menghitung akibatnya," katanya.
 
Sindiran ini lagi-lagi diduga ditunjukkan ke Jokowi. Terkait pembatalan melantik Budi Gunawan sebagai kapolri, alasan Jokowi adalah melihat banyaknya penolakan di masyarakat.
 
Sementara, Budi menjadi kapolri sudah sesuai dengan undang-undang. Dia diajukan Jokowi ke DPR untuk menjalani proses politik. DPR pun setuju. Namun setelah itu, Jokowi malah mengganti Budi dengan calon lain, Badrodin Haiti.
 
7. Yang ngebet jadi ketua umum harus sabar
 
Mega memetik pelajar politik sejak menjadi anggota biasa hingga berulang kali didapuk menjadi Ketua Umum PDI Perjuangan. Menurutnya, seorang politikus harus memiliki kesabaran revolusioner, bertumpu pada keyakinan politik, dan memegang teguh prinsip.
 
Berpolitik, lanjut Mega, juga harus jujur. Dia menegaskan politik bukan meraup kemenangan atas dasar kekuatan. Prinsip-prinsip itu membuat Megawati terus bertahan memimpin Kandang Banteng hingga saat ini.
 
Pidato tersebut mungkin ditunjukkan untuk kader-kader yang ngebet menjadi pemimpin. Dorongan agar kader selain Megawati maju sebagai calon ketua umum memang menyeruak menjelang kongres.
 
Sebuah lembaga survei menyebut, empat kader PDI Perjuangan yang layak menjadi calon ketua umum adalah Joko Widodo, Pramono Anung, Puan Maharani, dan Ganjar Pranowo.
 
***
Jokowi tak menanggapi pidato politik Megawati Soekarnoputri. Padahal, saat pidato, Mega jelas menyinggung hubungan presiden dan partai politik.
 
Jokowi hanya tersenyum saat ditanyai oleh wartawan dan terus menyalami kader PDI Perjuangan.
 
Sedangkan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh beranggapan, harapan Megawati kepada pemerintah tak berlebihan. Pemerintah dan partai pengusung memang harus bergandengan tangan.
 
“Kerja sama multak harus terjadi karena ini pemerintahan. Saya pikir harapan ibu Megawati itu tidak berlebihan,” kata Surya Paloh di arena kongres.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan