Ilustrasi Patung Jenderal Ahmad Yani--Antara/R. Rekotomo
Ilustrasi Patung Jenderal Ahmad Yani--Antara/R. Rekotomo

Perjuangan Bapak Kami Jangan Dirusak oleh Orang-Orang Haus Kekuasaan

K. Yudha Wirakusuma • 30 September 2015 17:38
medcom.id, Jakarta: Genap 50 tahun sudah peristiwa Gerakan 30 September (G30S) berlalu. Amelia Ahmad Yani, putri Jenderal Ahmad Yani, berpesan agar perjuangan para jenderal yang menjadi korban peristiwa tersebut tidak disia-siakan.
 
"Perjuangan orang tua kami untuk negara telah berhasil dari Sabang sampai Marauke. Jangan dirusak oleh orang-orang yang haus kekuasaan," kata Amelia kepada Metro TV, Rabu (30/9/2015).   
 
Ideologi itu, lanjutnya, tidak bisa diperjualbelikan. Ideologi itu adalah karakter bangsa, itu diteruskan. "Bangsa Indonesia harus berani ambil risiko," imbuhnya.

Dia bercerita pernah bertemu anak dari Dewan Revolusi yang bapaknya dieksekusi. Jenazahnya tak bisa dibawa pulang dan dibuang di tengah hutan. "Saya berpikir untung bapak saya ketemu. Kalau sumur enggak ditemukan, nasib saya sama dengan dia," terangnya.
 
Di mata Amelia, Ahmad Yani sosok berwibawa dan berkharisma. "Dulu ibu-ibu suka mau nunggu di rumah saya untuk dapat melihat dia lewat. Dulu ibu saya suka bilang, tuh kan bapak mu pergi sekarang enggak ada ibu-ibu lagi di sini. Itu pelajaran bagi saya, ketika seseorang menjabat itu semutnya datang semua. Kalau gulanya enggak ada hilang semua," tukasnya.
 
Letjen TNI Ahmad Yani (Menteri/Panglima Angkatan Darat/Kepala Staf Komando Operasi Tertinggi) adalah satu dari enam jenderal yang gugur dalam peristiwa 30 September.
 
Lima perwira tinggi TNI AD lainnya adalah Mayjen TNI Raden Suprapto (Deputi II Menteri/Panglima AD bidang Administrasi), dan Mayjen TNI Mas Tirtodarmo Haryono (Deputi III Menteri/Panglima AD bidang Perencanaan dan Pembinaan).
 
Tiga lainnya, Mayjen TNI Siswondo Parman (Asisten I Menteri/Panglima AD bidang Intelijen), Brigjen TNI Donald Isaac Panjaitan (Asisten IV Menteri/Panglima AD bidang Logistik), Brigjen TNI Sutoyo Siswomiharjo (Inspektur Kehakiman/Oditur Jenderal Angkatan Darat)
 
Jenderal TNI Abdul Harris Nasution yang menjadi sasaran utama, selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Sebaliknya, putrinya, Ade Irma Suryani Nasution, dan ajudan dia, Lettu CZI Pierre Andreas Tendean, tewas dalam usaha pembunuhan tersebut.
 
Para korban tersebut kemudian dibuang ke suatu lokasi di Pondok Gede, Jakarta yang dikenal sebagai Lubang Buaya. Jenazah mereka ditemukan pada 3 Oktober.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan