medcom.id, Jakarta: Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan, tokoh Islam yang sangat berjasa bagi kesatuan dan persatuan Indonesia, yaitu M. Natsir. Zulkifli menyebut M. Natsir adalah bapak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal itu disampaikan Zulkifli dalam seminar nasional dengan tema 'Mosi Integral M. Natsir Upaya Pemersatu Bangsa'. Pembicara dalam seminar tersebut, yakni Dadan Wildan (Persis), Mohammad Siddik, Usep Fathuddien, Sanusi Uwes, dan putra M. Natsir, Achmad Fauzie Natsir.
"Tidak heran jika kemudian para akademisi menyebut bahwa seperti sayur tanpa garam jika kita bicara NKRI tanpa menyebut dan mengenang jasa M. Natsir," kata Zulkifli di gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Sabtu 5 Agustus 2017.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengungkapkan, peran Natsir menjaga keutuhan NKRI terlihat setelah Indonesia meraih kemerdekaan. Belanda tidak senang dan enggan mengakui kemerdekaan Indonesia.
Hal itu terlihat melalui agresi militer pertama pada 21 Juli 1947 dan agresi militer kedua yang dimulai pada 19 Desember 1948. "Tidak berhasil melalui upaya militer, Belanda melakukan upaya dengan diplomasi melalui Konferensi Meja Bundar," ujar Zulkifli.
Konferensi Meja Bundar diikuti Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (B.F.O), dan Belanda di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus-2 November 1949.
Kesepakatan Konferensi Meja Bundar tidak bagus bagi Indonesia, pemerintahan diubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). NKRI pecah menjadi 16 negara bagian. Yang menjadi persoalan, terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat karena daerah tidak siap menjadi negara.
"Hanya kepentingan penjajahlah yang dominan untuk menjadikan kita tidak bersatu dan menjadi negara besar," terang Zulkifli.
Parlemen Indonesia tidak langsung menerima hasil Konferensi Meja Bundar. M. Natsir termasuk yang keras menentang kesepakatan tersebut.
Zulkifli Hasan lesehan di antara peserta diskusi. Foto: MTVN/Anggitondi Martaon
Berbulan-bulan Natsir diskusi dengan banyak tokoh politik. Ia juga turung langsung ke negara bagian melihat kondisi setelah NKRI berubah menjadi RIS.
"Di situlah M. Natsir menangkap kegelisahan yang masif," kata Zulkifli.
Natsir menuangkan kegelisahan itu dalam konsep Mosi Integral. Konsepnya itu pun disampaikan Natsir dalam sidang MPRS. Tanpa hambatan, seluruh pihak menerima Mosi Integral.
"Di sini, M. Natsir menjadi seorang tokoh pemersatu bangsa, menyelamatkan dari kehancuran dan perpecahan," kata Zulkifli.
Di hadapan ratusan peserta diskusi, Zulkifili berharap seluruh insan di negeri ini meneruskan perjuangan Natsir menjaga keutuhan NKRI. Bisa dengan menjaga perdamaian, keutuhan di tengah perbedaan.
"Marilah kita hilangkan silang sengketa, menghentikan saling memfitnah. Kita satu dalam keberagaman. Mari kita move on, kita harus membimbing generasi penerus menjadi generasi berkualitas, memiliki ilmu untuk kebaikan bangsa dan negara ke depannya," tandas dia.
Setelah sambutan, Zulkifli membuka acara diskusi nasional tersebut. Peserta berdesakan di ruangan diskusi. Moderator Tengku Abdullah Sanny mengajak peserta duduk lesehan di ruang kosong antara panggung dan kursi tamu.
Melihat antusiasme peserta diskusi, Zulkifli berdiri dari tempat duduknya dan bergabung dengan peserta. Peserta semakin riuh.
medcom.id, Jakarta: Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan, tokoh Islam yang sangat berjasa bagi kesatuan dan persatuan Indonesia, yaitu M. Natsir. Zulkifli menyebut M. Natsir adalah bapak Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Hal itu disampaikan Zulkifli dalam seminar nasional dengan tema 'Mosi Integral M. Natsir Upaya Pemersatu Bangsa'. Pembicara dalam seminar tersebut, yakni Dadan Wildan (Persis), Mohammad Siddik, Usep Fathuddien, Sanusi Uwes, dan putra M. Natsir, Achmad Fauzie Natsir.
"Tidak heran jika kemudian para akademisi menyebut bahwa seperti sayur tanpa garam jika kita bicara NKRI tanpa menyebut dan mengenang jasa M. Natsir," kata Zulkifli di gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Jawa Barat, Sabtu 5 Agustus 2017.
Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) itu mengungkapkan, peran Natsir menjaga keutuhan NKRI terlihat setelah Indonesia meraih kemerdekaan. Belanda tidak senang dan enggan mengakui kemerdekaan Indonesia.
Hal itu terlihat melalui agresi militer pertama pada 21 Juli 1947 dan agresi militer kedua yang dimulai pada 19 Desember 1948. "Tidak berhasil melalui upaya militer, Belanda melakukan upaya dengan diplomasi melalui Konferensi Meja Bundar," ujar Zulkifli.
Konferensi Meja Bundar diikuti Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (B.F.O), dan Belanda di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus-2 November 1949.
Kesepakatan Konferensi Meja Bundar tidak bagus bagi Indonesia, pemerintahan diubah menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS). NKRI pecah menjadi 16 negara bagian. Yang menjadi persoalan, terjadi konflik horizontal di tengah masyarakat karena daerah tidak siap menjadi negara.
"Hanya kepentingan penjajahlah yang dominan untuk menjadikan kita tidak bersatu dan menjadi negara besar," terang Zulkifli.
Parlemen Indonesia tidak langsung menerima hasil Konferensi Meja Bundar. M. Natsir termasuk yang keras menentang kesepakatan tersebut.
Zulkifli Hasan lesehan di antara peserta diskusi. Foto: MTVN/Anggitondi Martaon
Berbulan-bulan Natsir diskusi dengan banyak tokoh politik. Ia juga turung langsung ke negara bagian melihat kondisi setelah NKRI berubah menjadi RIS.
"Di situlah M. Natsir menangkap kegelisahan yang masif," kata Zulkifli.
Natsir menuangkan kegelisahan itu dalam konsep Mosi Integral. Konsepnya itu pun disampaikan Natsir dalam sidang MPRS. Tanpa hambatan, seluruh pihak menerima Mosi Integral.
"Di sini, M. Natsir menjadi seorang tokoh pemersatu bangsa, menyelamatkan dari kehancuran dan perpecahan," kata Zulkifli.
Di hadapan ratusan peserta diskusi, Zulkifili berharap seluruh insan di negeri ini meneruskan perjuangan Natsir menjaga keutuhan NKRI. Bisa dengan menjaga perdamaian, keutuhan di tengah perbedaan.
"Marilah kita hilangkan silang sengketa, menghentikan saling memfitnah. Kita satu dalam keberagaman. Mari kita move on, kita harus membimbing generasi penerus menjadi generasi berkualitas, memiliki ilmu untuk kebaikan bangsa dan negara ke depannya," tandas dia.
Setelah sambutan, Zulkifli membuka acara diskusi nasional tersebut. Peserta berdesakan di ruangan diskusi. Moderator Tengku Abdullah Sanny mengajak peserta duduk lesehan di ruang kosong antara panggung dan kursi tamu.
Melihat antusiasme peserta diskusi, Zulkifli berdiri dari tempat duduknya dan bergabung dengan peserta. Peserta semakin riuh.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(TRK)