Jakarta: Survei Indikator Politik Indonesia mencatat tingginya angka ketakutan masyarakat saat menyatakan pendapat. Bahkan sulit pula berdemonstrasi.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan responden yang sangat setuju dengan variabel makin takut menyatakan pendapat sebanyak 21,9 persen. Sedangkan cenderung setuju sebanyak 47,7 persen.
"Yang menolak karena menganggap enggak ada apa-apa itu 22 persen. Yang tidak setuju sama sekali 3,6 persen," ujar Burhanuddin Muhtadi dalam 'Rilis Survei Nasional Indikator: Politik, Demokrasi, dan Pilkada di Era Pandemi', yang disiarkan virtual, Minggu, 25 Oktober 2020.
Demografi responden terhadap hasil ini mayoritas diisi oleh gender laki-laki, wilayah pedesaan, dan agama. Kemudian dipengaruhi pula dari faktor etnis dengan angka paling banyak dari Jawa, serta usia 27 hingga 40 tahun, pendidikan dari SMA, dan wilayah Sumatra terbanyak menyatakan pendapat ini.
Senada dengan hasil variabel setuju atau tidak masyarakat yang sulit berdemonstrasi dan menyampaikan protes. Sebanyak 73,8 persen responden sepakat semakin sulit berdemonstrasi.
"Kurang setuju 19,6 persen dan 1,5 persen tidak setuju sama sekali," kata Burhanuddin.
Baca: Survei Indikator: Tren Dukungan Terhadap Demokrasi Melemah
Burhanuddin mengatakan situasi ini sebagai alarm bahwa di alam bawah sadar masyarakat mulai takut berpendapat. Padahal, lanjut dia, dalam demokrasi partisipatif punya tempat dan kapasitas yang sama.
"Apapun pendapat mereka pro atau kontra dalam demokrasi harus mendapatkan tempat yang sama dengan mereka yang pro pemerintah," ucap Burhanuddin.
Selain itu, lanjut dia, kondisi ini membuat tingkat dukungan demokrasi yang melemah. Pada Februari 2020 sebanyak 72,9 persen responden masih percaya demokrasi baik.
Sedangkan pada Mei 2020 turun 62,4 persen. Sisanya ada yang berpendapat tidak peduli atau tak ada bedanya.
Survei dilakukan pada 24-30 September 2020 dengan asumsi metode simple random sampling. Sampel sebanyak 1.200 responden dengan margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Jakarta: Survei Indikator Politik Indonesia mencatat tingginya angka ketakutan masyarakat saat menyatakan pendapat. Bahkan sulit pula
berdemonstrasi.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan responden yang sangat setuju dengan variabel makin takut menyatakan pendapat sebanyak 21,9 persen. Sedangkan cenderung setuju sebanyak 47,7 persen.
"Yang menolak karena menganggap enggak ada apa-apa itu 22 persen. Yang tidak setuju sama sekali 3,6 persen," ujar Burhanuddin Muhtadi dalam 'Rilis Survei Nasional Indikator: Politik, Demokrasi, dan Pilkada di Era Pandemi', yang disiarkan virtual, Minggu, 25 Oktober 2020.
Demografi responden terhadap hasil ini mayoritas diisi oleh gender laki-laki, wilayah pedesaan, dan agama. Kemudian dipengaruhi pula dari faktor etnis dengan angka paling banyak dari Jawa, serta usia 27 hingga 40 tahun, pendidikan dari SMA, dan wilayah Sumatra terbanyak menyatakan pendapat ini.
Senada dengan hasil variabel setuju atau tidak masyarakat yang sulit berdemonstrasi dan menyampaikan protes. Sebanyak 73,8 persen responden sepakat semakin sulit berdemonstrasi.
"Kurang setuju 19,6 persen dan 1,5 persen tidak setuju sama sekali," kata Burhanuddin.
Baca:
Survei Indikator: Tren Dukungan Terhadap Demokrasi Melemah
Burhanuddin mengatakan situasi ini sebagai alarm bahwa di alam bawah sadar masyarakat mulai takut berpendapat. Padahal, lanjut dia, dalam demokrasi partisipatif punya tempat dan kapasitas yang sama.
"Apapun pendapat mereka pro atau kontra dalam demokrasi harus mendapatkan tempat yang sama dengan mereka yang pro pemerintah," ucap Burhanuddin.
Selain itu, lanjut dia, kondisi ini membuat tingkat dukungan demokrasi yang melemah. Pada Februari 2020 sebanyak 72,9 persen responden masih percaya demokrasi baik.
Sedangkan pada Mei 2020 turun 62,4 persen. Sisanya ada yang berpendapat tidak peduli atau tak ada bedanya.
Survei dilakukan pada 24-30 September 2020 dengan asumsi metode
simple random sampling. Sampel sebanyak 1.200 responden dengan
margin of error sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JMS)