medcom.id, Jakarta: Hingga saat ini internal Partai Golkar masih dilanda perpecahan. Dua kubu masih terbelah dan ngotot untuk mempertahankan pendirian. Turun gunungnya politikus senior Akbar Tanjung untuk menemui Wakil Ketua Partai Golkar Agung Laksono, ternyata tak banyak mengubah keadaan.
Munas Golkar yang dimotori kubu Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical), tetap digelar. Kendati kisruh Golkar sempat diwarnai bentrok fisik, namun hal tersebut tak menyurutkan kedua kubu untuk menggolkan kepentingan.
Tensi panas kembali menghampiri saat Munas Golkar di Bali digelar. Minggu 30 November lalu, seorang pria menjadi bulan-bulanan massa karena masalah makanan, di dalam Ruang Aula Mangupura di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali.
Tidak jelas siapa identitas korban bulanan-bulanan massa. Dari informasi yang dihimpun, emosi massa terpicu karena korban marah saat ditegur karena terlalu banyak mengambil makanan yang dihidangkan.
Sempat terdengar suara piring dan gelas keramik dibanting, kemudian dilanjutkan dengan adu mulut. Berlangsung cepat, adu mulut berubah menjadi pemukulan dan pengeroyokan persis di depan ruang acara.
Masih di hari yang sama, ratusan orang yang ingin melakukan unjuk rasa di tempat Munas, terpaksa berbalik arah. Para petugas keamanan dan pecalang yang mengamankan Munas meminta untuk tidak terjadi bentrokan di Pulau Dewata.
Para pecalang berjaga, sementara massa pengunjuk rasa dihadang sejumlah polisi dan perwakilan pecalang. Alhasil, para pengunjuk rasa 'balik kanan'.
Beberapa hari jelang Munas digelar, 25 Novmener lalu, bentrok fisik terjadi antara Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) di DPP Partai Golkar. Kedua massa organisasi sayap pemuda Golkar ini saling baku hantam di DPP Partai Golkar.
Saat hari kedua Munas partai beringin yang digelar di Pulau Dewata. Satu persatu calon ketua golkar melemparkan handuk ke dalam ring.
Sebut saja politikus senior Partai Golkar, MS Hidayat, dia menyatakan mundur dari bursa bakal calon ketua umum (caketum), Minggu 30 November lalu. Selang sehari kemudian, Bakal calon ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Airlangga Hartarto mengikuti jejak MS Hidayat.
Di hari kedua digelarnya Munas, publik dikejutkan dengan kabar beredarnya rekaman. Ketua Panitia Pengarah (Steering Committee) Nurdin Halid membantah mengarahkan DPD untuk memenangkan Aburizal Bakrie (Ical) secara aklamasi. Namun dia membenarkan ada pertemuan dengan DPD I pada Sabtu 29 November kemarin. Saat ditanya materi rapat, dia mengaku lupa. "Saya lupa," jawab Nurdin singkat.
Peluang Ical menjadi nahkoda Partai Golkar kian menganga. Hal tersebut diakui Ketua Organizing Committee (Panitia Pelaksana) Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar Ahmadi Noor Supit. "Kalau sudah begini posisinya, berdasarkan AD/ART dan tata tertib, kalau ada salah satu calon sudah dicalonkan 50 plus 1 persen suara, dia otomatis bisa dinyatakan ketum terpilih. Atau pasal lain hanya ada satu calon yang memenuhi syarat 30 persen lebih, maka dia bisa dikatakan ketum terpilih secara aklamasi," kata Supit di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Selasa (2/12/2014).
Angin kencang yang menggoyang partai beringin bukan kali pertama terjadi. Saat tahun 2004 dan 2010, Golkar terpecah sehingga melahirkan dua partai baru. Tahun 2004, dualisme di internal Golkar menelurkan Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Hati Nurani Rakyat. Sedangkan pada 2010, perpecahan di tubuh Golkar melahirkan Partai NasDem.
Lantas bagaimana kelanjutan drama kisruh Partai yang jadi penguasa di jaman Orde Baru ini? kita tunggu saja kelanjutannya.
medcom.id, Jakarta: Hingga saat ini internal Partai Golkar masih dilanda perpecahan. Dua kubu masih terbelah dan ngotot untuk mempertahankan pendirian. Turun gunungnya politikus senior Akbar Tanjung untuk menemui Wakil Ketua Partai Golkar Agung Laksono, ternyata tak banyak mengubah keadaan.
Munas Golkar yang dimotori kubu Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie (Ical), tetap digelar. Kendati kisruh Golkar sempat diwarnai bentrok fisik, namun hal tersebut tak menyurutkan kedua kubu untuk menggolkan kepentingan.
Tensi panas kembali menghampiri saat Munas Golkar di Bali digelar. Minggu 30 November lalu, seorang pria menjadi bulan-bulanan massa karena masalah makanan, di dalam Ruang Aula Mangupura di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali.
Tidak jelas siapa identitas korban bulanan-bulanan massa. Dari informasi yang dihimpun, emosi massa terpicu karena korban marah saat ditegur karena terlalu banyak mengambil makanan yang dihidangkan.
Sempat terdengar suara piring dan gelas keramik dibanting, kemudian dilanjutkan dengan adu mulut. Berlangsung cepat, adu mulut berubah menjadi pemukulan dan pengeroyokan persis di depan ruang acara.
Masih di hari yang sama, ratusan orang yang ingin melakukan unjuk rasa di tempat Munas, terpaksa berbalik arah. Para petugas keamanan dan pecalang yang mengamankan Munas meminta untuk tidak terjadi bentrokan di Pulau Dewata.
Para pecalang berjaga, sementara massa pengunjuk rasa dihadang sejumlah polisi dan perwakilan pecalang. Alhasil, para pengunjuk rasa 'balik kanan'.
Beberapa hari jelang Munas digelar, 25 Novmener lalu, bentrok fisik terjadi antara Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) di DPP Partai Golkar. Kedua massa organisasi sayap pemuda Golkar ini saling baku hantam di DPP Partai Golkar.
Saat hari kedua Munas partai beringin yang digelar di Pulau Dewata. Satu persatu calon ketua golkar melemparkan handuk ke dalam ring.
Sebut saja politikus senior Partai Golkar, MS Hidayat, dia menyatakan mundur dari bursa bakal calon ketua umum (caketum), Minggu 30 November lalu. Selang sehari kemudian, Bakal calon ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Golkar Airlangga Hartarto mengikuti jejak MS Hidayat.
Di hari kedua digelarnya Munas, publik dikejutkan dengan kabar beredarnya rekaman. Ketua Panitia Pengarah (Steering Committee) Nurdin Halid membantah mengarahkan DPD untuk memenangkan Aburizal Bakrie (Ical) secara aklamasi. Namun dia membenarkan ada pertemuan dengan DPD I pada Sabtu 29 November kemarin. Saat ditanya materi rapat, dia mengaku lupa. "Saya lupa," jawab Nurdin singkat.
Peluang Ical menjadi nahkoda Partai Golkar kian menganga. Hal tersebut diakui Ketua Organizing Committee (Panitia Pelaksana) Musyawarah Nasional (Munas) IX Partai Golkar Ahmadi Noor Supit. "Kalau sudah begini posisinya, berdasarkan AD/ART dan tata tertib, kalau ada salah satu calon sudah dicalonkan 50 plus 1 persen suara, dia otomatis bisa dinyatakan ketum terpilih. Atau pasal lain hanya ada satu calon yang memenuhi syarat 30 persen lebih, maka dia bisa dikatakan ketum terpilih secara aklamasi," kata Supit di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Selasa (2/12/2014).
Angin kencang yang menggoyang partai beringin bukan kali pertama terjadi. Saat tahun 2004 dan 2010, Golkar terpecah sehingga melahirkan dua partai baru. Tahun 2004, dualisme di internal Golkar menelurkan Partai Gerakan Indonesia Raya dan Partai Hati Nurani Rakyat. Sedangkan pada 2010, perpecahan di tubuh Golkar melahirkan Partai NasDem.
Lantas bagaimana kelanjutan drama kisruh Partai yang jadi penguasa di jaman Orde Baru ini? kita tunggu saja kelanjutannya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)