Pemilih Jangan Dipaksa Disuguhi 2 Paslon Presiden, Peneliti Ingatkan Potensinya

Jakarta: Peneliti dari Indikator Politik Indonesia Bawono Kumoro menilai elite politik perlu memperbanyak pilihan calon presiden (capres) pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Elite politik mestinya tak memaksa menyuguhi publik dengan dua pasangan calon (paslon) presiden. "Jangan paksa pemilih untuk kembali disuguhkan oleh dua pasangan calon saja sebagaimana dua pemilihan presiden terdahulu," kata Bawono kepada Medcom.id, Selasa, 30 Agustus 2022. Bawono menyoroti pernyataan Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto yang menyebut idealnya capres pada Pemilu 2024 hanya dua paslon. Hal itu dikhawatirkan menimbulkan perpecahan, seperti yang terjadi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019. "Potensi keterbelahan pada tingkat grass root pemilih akan kembali terbuka," ujar Bawono. Bawono menilai keinginan dari PDIP agar paslon dalam Pilpres 2024 hanya dua adalah sebuah ironi. Sementara itu, pada sejumlah hasil jajak pendapat menyebutkan banyak figur yang diinginkan publik untuk terpilih menjadi presiden. "Mengapa harus dibatasi pada dua pasangan calon? Padahal saat ini sebagaimana terekam dalam survei-survei saat Indonesia memiliki figur-figur potensial dari untuk menjadi pemimpin nasional di masa depan," ucap Bawono.   Kehadiran sembilan partai politik (parpol) yang berada di DPR dinilai tak wajar bila memunculkan dua paslon saja. Dia mendorong kehadiran lebih dari dua paslon selama sesuai dengan ketentuan undang-undang. "Sepanjang pasangan-pasangan calon muncul dapat memenuhi ketentuan dalam undang-undang pemilihan umum seperti dukungan dari partai politik atau gabungan partai politik memiliki kursi 20 persen di DPR, maka biarkan saja muncul lebih dari dua pasangan calon," kata Bawono.