Anggota Badan Anggaran DPR dari Fraksi PPP Syaifullah Tamliha menentang pembangunan Alun-alun Demokrasi di Kompleks Parlemen. Menurutnya, pengawasan ketat tidak menjamin pengunjuk rasa tertib.
"Kalau orang sudah membludak, jangan-jangan pimpinan DPR bisa disandera. Mereka masuk saja ke sini (Gedung DPR)," kata Tamliha di Kompleks Parlemen, Jakarta Selatan, Kamis (5/11/2015).
Tamliha menyontohkan brutalnya kepala desa saat unjuk rasa menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang Desa. Mereka menjebol pagar DPR setinggi tiga meter. "Saya tidak habis pikir," ujarnya.
DPR mendapat Rp750 miliar untuk pembangunan tujuh proyek, salah satunya Alun-alun Demokrasi. Anggaran itu masuk APBN 2016.
Aktivis 98 Ray Rangkuti juga mengkritisi rencana DPR membangun Alun-alun Demokrasi. Menurutnya, unjuk rasa di Alun-alun Demokrasi belum tentu juga didengar anggota Dewan.
"Demo itu kan aksi tiba-tiba, kemudian dikawal polisi, yang diatur oleh undang-undang. Lantas apakah dengan dibuatkan tempat akan didengar oleh mereka (anggota DPR)?" kata Ray.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id