Jakarta: Ketua Fraksi Partai NasDem di DPR, Ahmad M Ali, menjelaskan urgensi pembentukan Panitia Khusus (Pansus) Garuda Indonesia. Borok di tubuh maskapai pelat merah itu disebut kadung mengerak.
“Kami melihat permasalah di Garuda bukan hanya manajemen, tetapi konspirasi jahat yang dijadikan bancakan kelompok-kelompok tertentu,” kata Ali kepada Medcom.id, Minggu, 19 Desember 2021.
Menurut dia, polemik di Garuda Indonesia tidak berdiri sendiri dan muncul sejak lama. Dia mencontohkan kasus korupsi yang menjerat mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
“Kemudian, pernyataan Rolls Royce ada upaya penyogokan, penyuapan, dan lain-lain,” papar anggota Komisi III DPR itu.
Baca: Eks Bos Garuda Hadinoto Soedigno Meninggal
Masalah lainnya, yakni Garuda Indonesia memutus kontrak sewa 12 pesawat Bombardier CRJ1000. Pemutusan kontrak itu lantaran biaya sewa dan perawatan terlalu mahal.
Ali juga mengutip pernyataan mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter Frans Gontha. Peter menyebut ada empat perusahaan asing yang berkongkalikong dengan Garuda Indonesia.
Selain itu, kata Ali, Garuda Indonesia tidak bisa mengoperasikan seluruh unit pesawatnya. Pasalnya, Pertamina menyetop suplai avtur lantaran Garuda berutang Rp16 triliun.
“Kita miris melihat ada maskapai swasta murni begitu berkembang, tetapi Garuda yang sudah melegenda tidak berkembang,” tutur Wakil Ketua Umum Partai NasDem itu.
Jakarta: Ketua Fraksi
Partai NasDem di DPR, Ahmad M Ali, menjelaskan urgensi pembentukan Panitia Khusus (Pansus)
Garuda Indonesia. Borok di tubuh maskapai pelat merah itu disebut kadung mengerak.
“Kami melihat permasalah di Garuda bukan hanya manajemen, tetapi konspirasi jahat yang dijadikan bancakan kelompok-kelompok tertentu,” kata Ali kepada
Medcom.id, Minggu, 19 Desember 2021.
Menurut dia, polemik di Garuda Indonesia tidak berdiri sendiri dan muncul sejak lama. Dia mencontohkan
kasus korupsi yang menjerat mantan Direktur Utama Garuda Indonesia Emirsyah Satar.
“Kemudian, pernyataan Rolls Royce ada upaya penyogokan, penyuapan, dan lain-lain,” papar anggota Komisi III DPR itu.
Baca:
Eks Bos Garuda Hadinoto Soedigno Meninggal
Masalah lainnya, yakni Garuda Indonesia memutus kontrak sewa 12 pesawat Bombardier CRJ1000. Pemutusan kontrak itu lantaran biaya sewa dan perawatan terlalu mahal.
Ali juga mengutip pernyataan mantan Komisaris Garuda Indonesia Peter Frans Gontha. Peter menyebut ada empat perusahaan asing yang berkongkalikong dengan Garuda Indonesia.
Selain itu, kata Ali, Garuda Indonesia tidak bisa mengoperasikan seluruh unit pesawatnya. Pasalnya, Pertamina menyetop suplai avtur lantaran Garuda berutang Rp16 triliun.
“Kita miris melihat ada maskapai swasta murni begitu berkembang, tetapi Garuda yang sudah melegenda tidak berkembang,” tutur Wakil Ketua Umum Partai NasDem itu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)
