Jakarta: Penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) disebut momentum untuk gotong royong. Kebijakan ini dinilai menggugah jiwa sosial masyarakat.
"Ada momentum kesempatan gotong royong ketika kelompok mampu tidak mengonsumsi barang subsidi dimanfaatkan orang tidak mampu," kata staf khusus Menteri Keuangan Yustinus Prastowo dalam diskusi virtual, Senin, 19 September 2022.
Menurut dia, mayoritas masyarakat menyadari data penggunaan konsumsi BBM bersubsidi. Sebanyak 80 persen konsumsi BBM jenis Pertalite digunakan kalangan menengah ke atas.
Di sisi lain, pemerintah menggunakan banyak anggaran untuk menyubsidi bahan bakar. Subsidi BBM dan energi naik tiga kali lipat dari Rp152 triliun menjadi Rp502,4 triliun.
Yustinus mengatakan negara harus hadir membela rakyat. Tetapi, negara mempunyai keterbatasan dalam kapasitas, sumber daya. Terlebih saat ini ada tekanan ekonomi dan geo politik.
"Butuh gotong royong, gotong royong melalui pajak orang kaya membayar pajak. Menolong tidak mampu," kata dia.
Baca: Pemerintah Gelontorkan Rp214 Miliar untuk BLT BBM di Papua Barat |
Yustinus meminta semua pihak menerima kebijakan pemerintah untuk menyesuaikan harga BBM. Kebijakan pengalihan subsidi BBM bermanfaat bagi banyak orang.
"Tetapi percaya pemerintah justru ingin mengajak menjaga APBN. Alokasi untuk masyarakat luas, karena subsidi tidak tepat sasaran. Kita perbaiki," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di