medcom.id, Jakarta: Pengamat dari Universitas Al-Azhar Rachmat Bagja menilai tak ada yang salah dengan anggaran dan rencana pembangunan gedung baru DPR, selama sesuai kebutuhan. DPR butuh gedung yang layak untuk menampung banyak staf sesuai standard.
"Anggarannya pun terbuka dan bisa dikritisi," kata Rachmat di Lantai III Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Melalui pembangunan gedung, DPR diharapkan bisa menciptakan miniatur birokrasi yang baik. Para pemuda, khususnya pelajar diharapkan bisa datang dan akhirnya bercita-cita menjadi anggota DPR di masa depan.
"Pemerintah yang diawasi dengan baik oleh legislatif adalah negara yang baik. Sehingga pembangunan gedung ini bukan hanya untuk posisi anggota yang sekarang. Tapi untuk seterusnya ke depan," tambah Rachmat.
Bangunan DPR saat ini dinilai cukup memprihatinkan. Jika press room saja tak memadai, Rachmat tak bisa membayangkan bagaimana kondisi ruang fraksi.
"Ketika teman-teman berdialog di ruang kerjanya akan mengalami kesulitan karena sempit. Anggota DPR disupport untuk hal ini," tambahnya.
Tapi, tak semua sepakat soal ini. Setidaknya, Fraksi Partai Gerindra menolak hal ini. Ketua DPR Setya Novanto menilai persoalan tolak-menolak sebaiknya diserahkan ke Kesekjenan DPR. Toh, proses hingga pembangunan gedung dinilai akan panjang.
Proses akan melewati tahapan sayembara, lelang lalu diserahkan ke Kesekjenan untuk kemudian menjadi domain pemerintah. Dalam prosesnya pun, semua pihak yang terlibat langsung diklaim akan melakukan pengkajian ketat.
"Kita terus berusaha karena tidak bisa dipungkiri kebutuhan kita sangat memperihatrinkan. Tenaga Ahli bingung mau ditaruh di mana," kata Novanto.
medcom.id, Jakarta: Pengamat dari Universitas Al-Azhar Rachmat Bagja menilai tak ada yang salah dengan anggaran dan rencana pembangunan gedung baru DPR, selama sesuai kebutuhan. DPR butuh gedung yang layak untuk menampung banyak staf sesuai standard.
"Anggarannya pun terbuka dan bisa dikritisi," kata Rachmat di Lantai III Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (3/11/2015).
Melalui pembangunan gedung, DPR diharapkan bisa menciptakan miniatur birokrasi yang baik. Para pemuda, khususnya pelajar diharapkan bisa datang dan akhirnya bercita-cita menjadi anggota DPR di masa depan.
"Pemerintah yang diawasi dengan baik oleh legislatif adalah negara yang baik. Sehingga pembangunan gedung ini bukan hanya untuk posisi anggota yang sekarang. Tapi untuk seterusnya ke depan," tambah Rachmat.
Bangunan DPR saat ini dinilai cukup memprihatinkan. Jika press room saja tak memadai, Rachmat tak bisa membayangkan bagaimana kondisi ruang fraksi.
"Ketika teman-teman berdialog di ruang kerjanya akan mengalami kesulitan karena sempit. Anggota DPR disupport untuk hal ini," tambahnya.
Tapi, tak semua sepakat soal ini. Setidaknya, Fraksi Partai Gerindra menolak hal ini. Ketua DPR Setya Novanto menilai persoalan tolak-menolak sebaiknya diserahkan ke Kesekjenan DPR. Toh, proses hingga pembangunan gedung dinilai akan panjang.
Proses akan melewati tahapan sayembara, lelang lalu diserahkan ke Kesekjenan untuk kemudian menjadi domain pemerintah. Dalam prosesnya pun, semua pihak yang terlibat langsung diklaim akan melakukan pengkajian ketat.
"Kita terus berusaha karena tidak bisa dipungkiri kebutuhan kita sangat memperihatrinkan. Tenaga Ahli bingung mau ditaruh di mana," kata Novanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)