Jakarta: Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani sepakat kabinet Joko Widodo jilid II perlu diisi sosok muda. Mereka dinilai bisa berpikir berbeda dalam setiap pengambilan kebijakan.
"Sosok-sosok yang bisa thinking out of the box, moving out of the box, tidak kerja yang rutin-rutin saja. Kalau dalam bahasa menajemen itu kalau dia melaksanakan tugas dan fungsi key performance index (KPI)," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 16 Juli 2019.
Arsul mengungkapkan Presiden Jokowi ingin sosok muda bisa menjalani roda pemerintahan tidak semata-mata dengan pendekatan birokrasi. Roda pemerintahan perlu dibarengi dengan pendekatan manajemen perusahaan swasta modern.
"Di mana semua kerja itu harus ada KPI-nya. Harus jelas, capaian jelas dan itu harus dievaluasi dari waktu ke waktu, nah biasanya yang dinamis mau melakukan itu kan relatif usia yang lebih muda," terang Arsul.
(Baca juga: Menteri Jokowi Harus Siap Bekerja Tidak Biasa)
Terpenting, kata Arsul, sosok muda memiliki interogasi dan berkompetensi. Kiprah sosok muda di kancah politik dan pemerintahan bukan hal baru. Ini sudah terjadi di beberapa negara.
"Kita lihat saja misalnya di negara-negara demokrasi maju itu katakanlah misalnya, jadi perdana menteri itu kan 40 tahun. Pak Jokowi sendiri masih di 50an kan tergolong muda untuk kepala negara," ujar Arsul.
Joko Widodo sebelumnya bertekad membentuk kabinet yang efektif dan responsif terhadap tantangan perubahan global yang sangat cepat. Salah satu bentuknya, kabinet nanti akan mengakomodasi kaum muda.
"Kenapa kita penting mengakomodasi orang muda, usia 30-an, bahkan mungkin 25 tahunan, karena kaum muda umumnya lincah dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat," papar Jokowi dalam wawancara khusus dengan Medcom.id di Istana Bogor, Senin, 1 Juli 2019.
Jakarta: Sekretaris Jenderal Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Arsul Sani sepakat kabinet Joko Widodo jilid II perlu diisi sosok muda. Mereka dinilai bisa berpikir berbeda dalam setiap pengambilan kebijakan.
"Sosok-sosok yang bisa
thinking out of the box, moving out of the box, tidak kerja yang rutin-rutin saja. Kalau dalam bahasa menajemen itu kalau dia melaksanakan tugas dan fungsi
key performance index (KPI)," kata Arsul di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa, 16 Juli 2019.
Arsul mengungkapkan Presiden Jokowi ingin sosok muda bisa menjalani roda pemerintahan tidak semata-mata dengan pendekatan birokrasi. Roda pemerintahan perlu dibarengi dengan pendekatan manajemen perusahaan swasta modern.
"Di mana semua kerja itu harus ada KPI-nya. Harus jelas, capaian jelas dan itu harus dievaluasi dari waktu ke waktu, nah biasanya yang dinamis mau melakukan itu kan relatif usia yang lebih muda," terang Arsul.
(Baca juga:
Menteri Jokowi Harus Siap Bekerja Tidak Biasa)
Terpenting, kata Arsul, sosok muda memiliki interogasi dan berkompetensi. Kiprah sosok muda di kancah politik dan pemerintahan bukan hal baru. Ini sudah terjadi di beberapa negara.
"Kita lihat saja misalnya di negara-negara demokrasi maju itu katakanlah misalnya, jadi perdana menteri itu kan 40 tahun. Pak Jokowi sendiri masih di 50an kan tergolong muda untuk kepala negara," ujar Arsul.
Joko Widodo sebelumnya bertekad membentuk kabinet yang efektif dan responsif terhadap tantangan perubahan global yang sangat cepat. Salah satu bentuknya, kabinet nanti akan mengakomodasi kaum muda.
"Kenapa kita penting mengakomodasi orang muda, usia 30-an, bahkan mungkin 25 tahunan, karena kaum muda umumnya lincah dalam menghadapi perubahan yang sangat cepat," papar Jokowi dalam wawancara khusus dengan
Medcom.id di Istana Bogor, Senin, 1 Juli 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(REN)