Jakarta: Calon pimpinan KPK Irjen Firli Bahuri menyebut tak ada yang salah dengan pertemuannya bersama Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB). Dia mengungkapkan, pertemuan mereka tidak pernah direncanakan.
“Pertemuan itu juga sudah diklarifikasi lima pimpinan KPK di ruang rapat pleno pimpinan lantai 15 gedung merah putih,” kata Firli, Jumat 7 September 2019.
Mantan ajudan Wapres Boediono ini menegaskan, pertemuannya dengan TGB tidak pernah direncanakan. Dia hanya memenuhi undangan yang diberikan kepadanya. Salah satunya dari Ketua PWNU NTB KH Taqiudin al Manyur yang juga dihadiri TGH Turmudi Basaruddin di Pondok Pesantren Al Mansyuriah Bonder Lombok Tengah.
“Kalau diundang tidak datang, bukankah saya justru dianggap tidak beretika karena tidak menghargai undangan sesepuh NU,” ujarnya.
Jenderal bintang dua ini menegaskan, pelanggaran kode etik yang ditujukan kepadanya saat masih menjadi Deputi Penindakan di KPK tersebut sangat tidak beralasan. Menurutnya, jika tidak memenuhi undangan tersebut hal itu dapat menyinggung kultural NU.
“Saya datang ke pondok pesantren bukan hal yang tabu. Masa iya silahturahmi ke ponpes (pondok-pesantren) dianggap melanggar kode etik,” ujar Firli di Jakarta.
Seperti diketahui, 10 nama capim KPK kini sedang digodok di DPR usai diberikan Presiden Jokowi pada Rabu 4 September 2019.
Satu dari 10 nama capim tersebut adalah Irjen Firli Bahuri. Kapolda Sumatera Selatan berpotensi menjadi satu dari lima pimpinan (komisioner) KPK jika lolos uji kelayakan dan kepatutan DPR.
Meski demikian, Firli belum bisa duduk santai, pasalnya hingga hari ini pencalonannya masih ditentang oleh beberapa kalangan perihal beberapa kasus yang ditudingkan kepadanya.
Yang paling santer adalah pertemuannya dengan TGB yang saat itu tengah berperkara di KPK. Bahkan pertemuannya dengan mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat tersebut sempat diabadikan dalam sebuah foto.
Jakarta: Calon pimpinan KPK Irjen Firli Bahuri menyebut tak ada yang salah dengan pertemuannya bersama Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB). Dia mengungkapkan, pertemuan mereka tidak pernah direncanakan.
“Pertemuan itu juga sudah diklarifikasi lima pimpinan KPK di ruang rapat pleno pimpinan lantai 15 gedung merah putih,” kata Firli, Jumat 7 September 2019.
Mantan ajudan Wapres Boediono ini menegaskan, pertemuannya dengan TGB tidak pernah direncanakan. Dia hanya memenuhi undangan yang diberikan kepadanya. Salah satunya dari Ketua PWNU NTB KH Taqiudin al Manyur yang juga dihadiri TGH Turmudi Basaruddin di Pondok Pesantren Al Mansyuriah Bonder Lombok Tengah.
“Kalau diundang tidak datang, bukankah saya justru dianggap tidak beretika karena tidak menghargai undangan sesepuh NU,” ujarnya.
Jenderal bintang dua ini menegaskan, pelanggaran kode etik yang ditujukan kepadanya saat masih menjadi Deputi Penindakan di KPK tersebut sangat tidak beralasan. Menurutnya, jika tidak memenuhi undangan tersebut hal itu dapat menyinggung kultural NU.
“Saya datang ke pondok pesantren bukan hal yang tabu. Masa iya silahturahmi ke ponpes (pondok-pesantren) dianggap melanggar kode etik,” ujar Firli di Jakarta.
Seperti diketahui, 10 nama capim KPK kini sedang digodok di DPR usai diberikan Presiden Jokowi pada Rabu 4 September 2019.
Satu dari 10 nama capim tersebut adalah Irjen Firli Bahuri. Kapolda Sumatera Selatan berpotensi menjadi satu dari lima pimpinan (komisioner) KPK jika lolos uji kelayakan dan kepatutan DPR.
Meski demikian, Firli belum bisa duduk santai, pasalnya hingga hari ini pencalonannya masih ditentang oleh beberapa kalangan perihal beberapa kasus yang ditudingkan kepadanya.
Yang paling santer adalah pertemuannya dengan TGB yang saat itu tengah berperkara di KPK. Bahkan pertemuannya dengan mantan Gubernur Nusa Tenggara Barat tersebut sempat diabadikan dalam sebuah foto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)