Wakil Presiden Jusuf Kalla. Foto: MTVN/Dheri
Wakil Presiden Jusuf Kalla. Foto: MTVN/Dheri

Kalla Diminta Selesaikan Konflik Filipina

Dheri Agriesta • 05 Juni 2017 15:54
medcom.id, Jakarta: Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut konflik antara kelompok militan Maute dengan pemerintah Filipina di Marawi, Filipina Selatan sulit diselesaikan. Sebab, wilayah itu memiliki banyak faksi dan kelompok militan.
 
Kalla mengatakan,konflik di Filipina Selatan sudah lama terjadi. Ia pernah diminta membantu penyelesaian konflik itu, namun tidak mudah.
 
"Saya katakan, tidak mudah di sana, saya sudah dua kali diminta ke sana," kata Kalla saat kunjungan kerja di Jepang, Senin 5 Juni 2017.
 
Kalla diundang untuk bicara secara pribadi untuk membantu penyelesaian konflik. Tak hanya secara pribadi, Kalla juga kerap diundang untuk menjadi pembicara dalam seminar atau pertemuan.
 
Permintaan itu datang usai perdamaian konflik di Provinsi Aceh. Filipina pun memiliki tim perdamaian untuk mengurusi konflik di wilayah mereka. Kalla mengaku, kerap bertemu dengan perwakilan tim perdamaian itu.
 
"Sudah dicapai (perdamaian) lewat Malaysia, tapi tetap saja seperti ini," kata Kalla.
 
Pria asal Makassar ini membeberkan, ada dua hal yang membuat perdamaian sulit dicapai di Filipina Selatan. Pertama, banyaknya faksi dan kelompok militan yang ada di sana.
 
Selain itu, peredaran senjata yang bebas di masyarakat. Kalla pernah bertanya kepada salah satu jenderal di Filipina mengenai kepemilikan senjata oleh masyarakat. Jawaban yang didapat pun mengagetkan Kalla.
 
"Berapa senjata yang ada di sana? Ada sejuta, gimana caranya cease fire (gencatan senjata) kalau ada sejuta senjata di publik?" tegas Kalla.
 
Pemerintah Filipina meyakini konflik yang melanda Marawi mendapatkan dukungan kekuatan dari kelompok Islamic State (ISIS). Selama ini kelompok Maute menguasai sebagian wilayah Marawi.
 
Pemerintah menilai, kelompok itu tidak mungkin akan tetap bertahan jika tidak didukung ISIS. Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan pasukan pemerintah masih mengejar 250 anggota terus yang menguasai Marawi. Sementara pertempuran sendiri sudah mencapai belasan hari.
 
Namun Lorenzana memberikan jaminan kepada warga bahwa pasukan pemerintah akan berupaya sekuat mungkin untuk mengisolir mereka di Mindanao. Hal ini dilakukan agar pergerakan mereka tidak menyebar.
 
Pada Kamis 1 Juni, Presiden Rodrigo Duterte mengatakan bahwa situasi di Mindanao murni rencana dari ISIS. Menurutnya, serangan ini tentunya sudah direncanakan bukan dilakukan tiba-tiba.
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan