medcom.id, Jakarta: Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) ternyata tumbuh subur pada pendukung Prabowo Subianto saat pemilihan presiden 2014. Setidaknya demikian hasil survei yang ditangkap Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC).
Dari 46,85% suara yang mendukung Prabowo-Hatta Rajasa pada pilpres lalu, sebanyak 19% setuju sedang terjadi kebangkitan PKI.
"Dari yang setuju itu, 53% responden menyatakan kebangkitan PKI sudah menjadi ancaman," kata Peneliti SMRC Sirojudin Abbas, usai merilis survei nasional bertajuk "Isu Kebangkitan PKI: Penilaian Publik Nasional", di Jakarta, Jumat 29 September 2017.
Adapun dari 53,15% pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla, hanya 10% yang menyatakan setuju. "Artinya, opini tentang adanya kebangkitan PKI lebih banyak terdapat pada pemilih Prabowo," kata Sirojudin.
Grafis: SMRC
Dilihat dari massa pemilih partai, isu PKI banyak dipercaya oleh pemilih Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kedua partai itu adalah penyokong pasangan Prabowo-Hatta. Sebanyak 37% pemilih PKS yakin akan ada kebangkitan PKI. Sedangkan pemilih Gerindra yang yakin dengan kebangkitan PKI sebanyak 20%.
"Opini tentang adanya kebangkitan PKI paling banyak terdapat pada pemilih PKS, menyusul kemudian pemilih
Gerindra," kata dia.
Grafis: SMRC
Di samping itu, kata Sirojudin, opini tentang kebangkitan PKI cenderung lebih banyak di kalangan muda, perkotaan, terpelajar, dan sejumlah daerah tertentu, terutama Banten, Sumatera, dan Jawa Barat.
"Semua demografi ini beririsan dengan pendukung Prabowo," katanya.
Baca: SMRC: Jokowi tak Identik dengan PKI
Survei ini melibatkan 1.220 responden dari seluruh Indonesia yang sudah memiliki hak pilih. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling). Tingkat kesalahan atau margin of error dari survei ini sekitar 3,1% dengan tingkat kepercayaan 95%.
SMRC juga melakukan kontrol kualitas terhadap 20 persen responden yang berhasil diwawancara. Semua responden diwawancarai pada rentang 3-10 September 2017.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/Gbm6Q94k" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Isu kebangkitan Partai Komunis Indonesia (PKI) ternyata tumbuh subur pada pendukung Prabowo Subianto saat pemilihan presiden 2014. Setidaknya demikian hasil survei yang ditangkap Saiful Mujani Research & Consulting (SMRC).
Dari 46,85% suara yang mendukung Prabowo-Hatta Rajasa pada pilpres lalu, sebanyak 19% setuju sedang terjadi kebangkitan PKI.
"Dari yang setuju itu, 53% responden menyatakan kebangkitan PKI sudah menjadi ancaman," kata Peneliti SMRC Sirojudin Abbas, usai merilis survei nasional bertajuk "Isu Kebangkitan PKI: Penilaian Publik Nasional", di Jakarta, Jumat 29 September 2017.
Adapun dari 53,15% pendukung Joko Widodo-Jusuf Kalla, hanya 10% yang menyatakan setuju. "Artinya, opini tentang adanya kebangkitan PKI lebih banyak terdapat pada pemilih Prabowo," kata Sirojudin.
Grafis: SMRC
Dilihat dari massa pemilih partai, isu PKI banyak dipercaya oleh pemilih Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS). Kedua partai itu adalah penyokong pasangan Prabowo-Hatta. Sebanyak 37% pemilih PKS yakin akan ada kebangkitan PKI. Sedangkan pemilih Gerindra yang yakin dengan kebangkitan PKI sebanyak 20%.
"Opini tentang adanya kebangkitan PKI paling banyak terdapat pada pemilih PKS, menyusul kemudian pemilih
Gerindra," kata dia.
Grafis: SMRC
Di samping itu, kata Sirojudin, opini tentang kebangkitan PKI cenderung lebih banyak di kalangan muda, perkotaan, terpelajar, dan sejumlah daerah tertentu, terutama Banten, Sumatera, dan Jawa Barat.
"Semua demografi ini beririsan dengan pendukung Prabowo," katanya.
Baca: SMRC: Jokowi tak Identik dengan PKI
Survei ini melibatkan 1.220 responden dari seluruh Indonesia yang sudah memiliki hak pilih. Pemilihan responden dilakukan secara acak (multistage random sampling). Tingkat kesalahan atau margin of error dari survei ini sekitar 3,1% dengan tingkat kepercayaan 95%.
SMRC juga melakukan kontrol kualitas terhadap 20 persen responden yang berhasil diwawancara. Semua responden diwawancarai pada rentang 3-10 September 2017.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)