Jakarta: Fraksi NasDem mempertanyakan mitigasi risiko yang disiapkan pemerintah dalam menghadapi skenario meningkatnya permintaan terhadap minyak dunia. Saat ini, permintaan terhadap minyak dunia melampaui jumlah pasokan pada 2023, berbarengan dengan gejolak geopolitik global.
"Pemerintah terlalu optimistis dalam menetapkan asumsi harga minyak mentah Indonesia 90 dolar Amerika per barel," kata Ketua Fraksi NasDem Roberth Rouw melalui keterangan tertulis, Selasa, 23 Agustus 2022.
NasDem berharap pemerintah lebih agresif melakukan aktivitas pengeboran, kerja ulang, dan perawatan sumur. Sekaligus, optimalisasi fasilitas produksi dalam rangka menahan tingkat penurunan alamiah lapangan migas nasional.
"Hal itu mengingat kondisi mayoritas ladang minyak dan gas bumi telah melewati masa puncak produksi," ujar dia.
Mengenai kebijakan fiskal, NasDem menganggap target penerimaan sebesar Rp2.443,6 triliun cukup realisti. Penerimaan ini berasal dari perpajakan Rp2.016 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp426,3 triliun.
"Namun demikian pemerintah dapat memaksimalkan penerimaan dari pajak dengan meningkatkan rasio penerimaan pajak terhadap PDB (tax ratio) pada level 10 persen, sehingga dapat mempertahankan surplus keseimbangan primer APBN," jelas dia.
NasDem meminta pemerintah memberikan perhatian serius terhadap kinerja Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang diatur melalui Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Sehingga, mampu berkontribusi secara signifikan terhadap penerimaan negara.
Kemudian, target belanja negara sebesar Rp3.041,7 triliun dinilai sudah tepat dalam upaya menyediakan ruang fiskal yang memadai mengantisipasi gejolak ketidakpastian di masa yang akan datang. Pemerintah diminta mampu menghasilkan multiplier effect kuat terhadap perekonomian, terutama dengan memaksimalkan belanja negara untuk produk dalam negeri.
"Sesuai dengan arahan Presiden untuk mengoptimalkan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri) dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebagai bentuk keberpihakan negara pada industri nasional," papar dia.
Jakarta: Fraksi
NasDem mempertanyakan mitigasi risiko yang disiapkan pemerintah dalam menghadapi skenario meningkatnya permintaan terhadap minyak dunia. Saat ini, permintaan terhadap minyak dunia melampaui jumlah pasokan pada 2023, berbarengan dengan gejolak geopolitik global.
"Pemerintah terlalu optimistis dalam menetapkan asumsi harga minyak mentah Indonesia 90 dolar Amerika per barel," kata Ketua Fraksi NasDem Roberth Rouw melalui keterangan tertulis, Selasa, 23 Agustus 2022.
NasDem berharap pemerintah lebih agresif melakukan aktivitas pengeboran, kerja ulang, dan perawatan sumur. Sekaligus, optimalisasi fasilitas produksi dalam rangka menahan tingkat penurunan alamiah lapangan migas nasional.
"Hal itu mengingat kondisi mayoritas ladang minyak dan gas bumi telah melewati masa puncak produksi," ujar dia.
Mengenai kebijakan fiskal, NasDem menganggap target penerimaan sebesar Rp2.443,6 triliun cukup realisti. Penerimaan ini berasal dari perpajakan Rp2.016 triliun dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Rp426,3 triliun.
"Namun demikian pemerintah dapat memaksimalkan penerimaan dari pajak dengan meningkatkan rasio penerimaan pajak terhadap PDB (tax ratio) pada level 10 persen, sehingga dapat mempertahankan surplus keseimbangan primer APBN," jelas dia.
NasDem meminta pemerintah memberikan perhatian serius terhadap kinerja Lembaga Pengelola Investasi (LPI) yang diatur melalui Undang-Undang (UU) Cipta Kerja. Sehingga, mampu berkontribusi secara signifikan terhadap penerimaan negara.
Kemudian, target belanja negara sebesar Rp3.041,7 triliun dinilai sudah tepat dalam upaya menyediakan ruang fiskal yang memadai mengantisipasi gejolak ketidakpastian di masa yang akan datang. Pemerintah diminta mampu menghasilkan multiplier effect kuat terhadap perekonomian, terutama dengan memaksimalkan belanja negara untuk produk dalam negeri.
"Sesuai dengan arahan Presiden untuk mengoptimalkan P3DN (Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri) dan TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) sebagai bentuk keberpihakan negara pada industri nasional," papar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)