Guru besar ekonomi politik Didik Junaidi Rachbini. Tangkapan layar Crosscheck Metrotvnews.com.
Guru besar ekonomi politik Didik Junaidi Rachbini. Tangkapan layar Crosscheck Metrotvnews.com.

Jokowi Sibuk Komentari Capres, Pakar: Kelanjutan dari Cawe-cawe

Fachri Audhia Hafiez • 18 Juni 2023 12:22
Jakarta: Presiden Joko Widodo (Jokowi) kerap menyinggung soal karakteristik pemimpin yang ideal untuk Indonesia ke depan versi dirinya. Pernyataan Kepala Negara itu dinilai bagian dari cawe-cawe.
 
"Ini kelanjutan dari cawe-cawe, kelanjutannya doang," kata guru besar ekonomi politik, Didik Junaidi Rachbini, dalam program Crosscheck Metrotvnews.com bertajuk 'Di Balik Polemik Meteran Bom Bensin (Kenapa Presiden Sibuk Komentari Capres?', Minggu, 18 Juni 2023.
 
Ia mengatakan sikap Jokowi sering menyinggung soal karakteristik pemimpin atau calon presiden (capres), seolah membenarkan cawe-cawe. Padahal, secara etika seharusnya tak dilakukan seorang pimpinan negara.

"Jadi menurut saya memang tidak ada masalah hukum pasal yang melarang tapi kan itu etik. Kalau raja berpakaian kancut ini kan tidak ada yang melarang tapi kan kacau, karena itu dikritik. Sementara kritik itu dianggap angin lalu," ucap Didik.
 
Didik menilai pilihan terbaik bagi Jokowi adalah netral. Posisi itu akan menekan anggapan Jokowi menggunakan sumber daya negara untuk memuluskan capres yang dia kehendaki.
 
"Posisinya seperti Presiden pemegang sumber daya yang luar biasa, itu punya masalah, abuse of power menggiring ke sana ke sini dan seterusnya. Sehingga posisi netral yang terbaik," ujar Didik.
 
Baca juga: Bertemu 4 Mata, AHY-Puan Tukar Gagasan dan Pengalaman

Sebelumnya, Jokowi kerap menyinggung soal pemimpin selanjutnya harus memiliki kesinambungan dengan kepemimpinan saat ini. Salah satunya, ketika menganalogikan pemimpin bak meteran pom bensin.
 
"Kalau meteran pom bensin itu, Pak dimulai dari nol ya, tunjukkan ini. Apakah kita mau seperti itu? Enggak kan. Masa kayak meteran pom bensin," ujar Presiden Jokowi dalam memberikan sambutan acara Peluncuran Indonesia Emas 2045, di Djakarta Theater, Jakarta Pusat, Kamis, 15 Juni 2023.
 
Kepala Negara juga menganologikan Kepemimpinan seperti tingkatan pendidikan. Ibaratnya, Jokowi merasa telah membangun Indonesia hingga tingkat sekolah menengah pertama (SMP), maka pemimpin selanjutnya harus sampai tingkat sekolah menegah atas (SMA).
 
"Kepemimpinan berikutnya masuk SMA universitas, nanti kepemimpinan beirkutanya masuk ke S2 S3 mestinya seperti itu," jelas Presiden.
 
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AGA)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan