Jakarta: Wahana tak berawak atau lebih dikenal sebagai unmanned aerial vehicle (UAV) semakin canggih. Teknologinya bahkan bisa mengancam keamanan negara. Indonesia harus waspada.
Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) Laksamana Muda Amarulla Octavian mengatakan sejumlah Angkatan Laut di kawasan Indo-Pasifik pun sudah mengembangkan teknologi UAV. Termasuk teknologi unmanned surface vehicle (USV) dan unmanned subsurface vehicle (USSV) yang bergerak di atas, di permukaan, maupun di bawah laut.
"Di sisi lain, hukum laut internasional yang ada belum mengatur sama sekali bagaimana kapal perang dan coast guard harus bereaksi menghadapinya," kata Octavian, melalui keterangan tertulis, Selasa, 14 Agustus 2018.
Ancaman keberadaan UAV ini menjadi pembahasan utama dalam forum internasional Ikatan Pertahanan Indonesia-Australia, di Hotel Fairmont, Jakarta, kemarin.
Octavian mengatakan konsep kerja sama maritim ke depan sangat dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis Asia Tenggara. "Perkembangan teknologi UAV ini bisa mengancam keamanan perairan di Asia Tenggara," katanya.
Baca: Perlu Ada Aturan Internasional Penggunaan Drone di Laut
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Laut Australia Vice Admiral Michael Noonan juga menyampaikan pandangan Royal Australian Navy (RAN) mengenai ancaman keamanan di masa datang.
Forum internasional ini dihadiri 70 peserta yang terdiri dari alumni pendidikan di Australia dan di Indonesia. Hadir pula Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan, Mantan KSAU Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, Marsekal (Purn) Imam Sufaat, mantan Kepala Bakamla Laksdya Mamahit, dan beberapa perwira tinggi dan perwira menengah TNI lainnya serta mahasiswa dari Universitas Pertahanan.
Berbagai peluang kerja sama maritim juga sempat disinggung untuk menjadi kajian Pusat Kajian Maritim (Pusjianmar) Seskoal sebagai rekomendasi untuk pemerintah.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/RkjPyZWN" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
Jakarta: Wahana tak berawak atau lebih dikenal sebagai unmanned aerial vehicle (UAV) semakin canggih. Teknologinya bahkan bisa mengancam keamanan negara. Indonesia harus waspada.
Komandan Sekolah Staf dan Komando TNI Angkatan Laut (Seskoal) Laksamana Muda Amarulla Octavian mengatakan sejumlah Angkatan Laut di kawasan Indo-Pasifik pun sudah mengembangkan teknologi UAV. Termasuk teknologi unmanned surface vehicle (USV) dan unmanned subsurface vehicle (USSV) yang bergerak di atas, di permukaan, maupun di bawah laut.
"Di sisi lain, hukum laut internasional yang ada belum mengatur sama sekali bagaimana kapal perang dan
coast guard harus bereaksi menghadapinya," kata Octavian, melalui keterangan tertulis, Selasa, 14 Agustus 2018.
Ancaman keberadaan UAV ini menjadi pembahasan utama dalam forum internasional Ikatan Pertahanan Indonesia-Australia, di Hotel Fairmont, Jakarta, kemarin.
Octavian mengatakan konsep kerja sama maritim ke depan sangat dipengaruhi oleh dinamika lingkungan strategis Asia Tenggara. "Perkembangan teknologi UAV ini bisa mengancam keamanan perairan di Asia Tenggara," katanya.
Baca: Perlu Ada Aturan Internasional Penggunaan Drone di Laut
Pada kesempatan yang sama, Kepala Staf Angkatan Laut Australia Vice Admiral Michael Noonan juga menyampaikan pandangan Royal Australian Navy (RAN) mengenai ancaman keamanan di masa datang.
Forum internasional ini dihadiri 70 peserta yang terdiri dari alumni pendidikan di Australia dan di Indonesia. Hadir pula Duta Besar Australia untuk Indonesia Gary Quinlan, Mantan KSAU Marsekal (Purn) Ida Bagus Putu Dunia, Marsekal (Purn) Imam Sufaat, mantan Kepala Bakamla Laksdya Mamahit, dan beberapa perwira tinggi dan perwira menengah TNI lainnya serta mahasiswa dari Universitas Pertahanan.
Berbagai peluang kerja sama maritim juga sempat disinggung untuk menjadi kajian Pusat Kajian Maritim (Pusjianmar) Seskoal sebagai rekomendasi untuk pemerintah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)