medcom.id, Jakarta: Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI terpilih Oesman Sapta Odang untuk pertama kalinya memimpin rapat paripurna. Namun, belum lagi dimulai, rapat sudah dihujani interupsi.
Dari pantauan, sekira pukul 13.30 WIB, tiga pimpinan DPD; Oesman, Darmayanti Lubis, dan Nono Sampono masuk ruang sidang. Saat ketiganya duduk di kursi pimpinan, hujan interupsi dimulai.
Interupsi pertama kali datang dari senator Riau, Intsiawati Ayus. Dia meminta pimpinan DPD menjelaskan soal dualisme di tubuh DPD yakni kubu Oesman dan GKR Hemas.
"Eloklah. Kita bikin lagi forum bersama untuk klarifikasi semua yang riuh hingga ke depan kita tak terganggu lagi riuh-riuh apa pun," kata Ayus, di Nusantara V Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 11 April 2017.
Namun, Oesman tak mengacuhkan interupsi itu. Menanggapi saja tidak. Ketua Umum Partai Hanura itu justru mengalihkan interupsi itu dengan melihat absen yang hadir. "Saya lihat absen baru 36 (anggota). Saya pikir sidang diskors 15 menit," kata Oesman sambil mengetuk palu tanda sidang ditunda.
Ketukan palu tak membuat Ayus terus nyerocos. Dia dengan tegas meminta pimpinan mengklarifikasi penyebab tidak ada waktu lagi anggota DPD berkumpul.
Interupsi bertubi-tubi juga dilontarkan senator asal Jambi, Juniwati Masjchun Sofwan. Dia menyebut sudah terjadi dualisme dan dia meminta penjelasan.
"Saya cari kebenaran. Mohon hati nurani. Anggota yang merasa terusik bertanya apa yang sebenarnya terjadi," tanya dia.
Lagi-lagi, Oesman enggan menanggapi. Dia bilang, rapat sedang diskors sehingga interupsi bisa disampaikan saat sidang dimulai kembali.
Tetapi, Juniwati tetap meminta Oesman menjelaskan yang terjadi. Lagi-lagi Oesman bungkam. Dia justru meminta semua anggota yang hadir menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai pembukaan sidang. Permintaan itu dilontrakan tanpa mengetuk palu tanda dimulainya sidang.
Tindakan itu diketahui oleh salah satu anggota sidang. Akhirnya Oesman tak jadi menyanyikan lagu dan kembali duduk.
Hujan interupsi kembali datang. Kali ini terlontar dari senator asal Bengkulu, Eni Khairani. Dia turut meminta pimpinan menjelaskan soal dualisme kepemimpinan.
Dia menyebut, kendati Oesman dan dua wakilnya telah mengucapkan sumpah jabatan, namun menyalahi aturan atau inkonstitusional. Sebab, sudah ada keputusan Mahkamah Agung yang membatalkan tata tertib 2016 dan 2017.
"Persoalan belum selesai, harus diselesaikan dulu. Kita tidak perlu menang-menangan. Kita cari jalan konstitusional," ujar Eni.
Walk out
Di tengah interupsi, senator asal Lampung Andi Surya menuturkan interupsi tersebut tidak pada forumnya untuk disampaikan. Lagi pula, kata dia, masalah kepemimpinan sudah selesai.
Dia meminta lobi-lobi dilakukan di luar ruang sidang untuk mencapai kesepakatan. Misalnya, kata dia, di ruang pimpinan DPD lantai 8, Gedung Nusantara III. Usul itu diterima Oesman sebagai pimpinan rapat.
"Yang diusulkan pak Andi dapat desetujui?" tanya Oesman dan diiyakan beberapa anggota. Oesman langsung mengetuk palu tanda persetujuan. Persetujuan diambil pada saat sidang ditunda.
Tak lama, Oesman kembali membuka sidang. "Sudah 15 menit, skors saya cabut," ucap wakil ketua MPR itu.
Saat sidang dibuka, hujan interupsi kembali deras. Saking banyaknya, tak terdengar apa yang disampaikan masing-masing anggota.
Di tengah keributan, Oesman memulai aba-aba supaya lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Sejurus kemudian suasana tenang dan anggota yang hadir menyanyikan lagu.
Rapat lagi-lagi ditunda usai lagu selesai dinyanyikan. Kali ini hanya lima menit agar rapat memenuhi kuorum. Lagi-lagi, hujan interupsi berdatangan. Hal ini membuat microphone di meja anggota dimatikan. Ini karena sejumlah anggota DPD tetap berbicara dan sebagian membentangkan poster bertuliskan 'Pimpinan Ilegal'
Tetap saja, Oesman bergeming. Akhirnya, belasan anggota DPD melakukan aksi walk out.
medcom.id, Jakarta: Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI terpilih Oesman Sapta Odang untuk pertama kalinya memimpin rapat paripurna. Namun, belum lagi dimulai, rapat sudah dihujani interupsi.
Dari pantauan, sekira pukul 13.30 WIB, tiga pimpinan DPD; Oesman, Darmayanti Lubis, dan Nono Sampono masuk ruang sidang. Saat ketiganya duduk di kursi pimpinan, hujan interupsi dimulai.
Interupsi pertama kali datang dari senator Riau, Intsiawati Ayus. Dia meminta pimpinan DPD menjelaskan soal dualisme di tubuh DPD yakni kubu Oesman dan GKR Hemas.
"Eloklah. Kita bikin lagi forum bersama untuk klarifikasi semua yang riuh hingga ke depan kita tak terganggu lagi riuh-riuh apa pun," kata Ayus, di Nusantara V Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa 11 April 2017.
Namun, Oesman tak mengacuhkan interupsi itu. Menanggapi saja tidak. Ketua Umum Partai Hanura itu justru mengalihkan interupsi itu dengan melihat absen yang hadir. "Saya lihat absen baru 36 (anggota). Saya pikir sidang diskors 15 menit," kata Oesman sambil mengetuk palu tanda sidang ditunda.
Ketukan palu tak membuat Ayus terus nyerocos. Dia dengan tegas meminta pimpinan mengklarifikasi penyebab tidak ada waktu lagi anggota DPD berkumpul.
Interupsi bertubi-tubi juga dilontarkan senator asal Jambi, Juniwati Masjchun Sofwan. Dia menyebut sudah terjadi dualisme dan dia meminta penjelasan.
"Saya cari kebenaran. Mohon hati nurani. Anggota yang merasa terusik bertanya apa yang sebenarnya terjadi," tanya dia.
Lagi-lagi, Oesman enggan menanggapi. Dia bilang, rapat sedang diskors sehingga interupsi bisa disampaikan saat sidang dimulai kembali.
Tetapi, Juniwati tetap meminta Oesman menjelaskan yang terjadi. Lagi-lagi Oesman bungkam. Dia justru meminta semua anggota yang hadir menyanyikan lagu Indonesia Raya sebagai pembukaan sidang. Permintaan itu dilontrakan tanpa mengetuk palu tanda dimulainya sidang.
Tindakan itu diketahui oleh salah satu anggota sidang. Akhirnya Oesman tak jadi menyanyikan lagu dan kembali duduk.
Hujan interupsi kembali datang. Kali ini terlontar dari senator asal Bengkulu, Eni Khairani. Dia turut meminta pimpinan menjelaskan soal dualisme kepemimpinan.
Dia menyebut, kendati Oesman dan dua wakilnya telah mengucapkan sumpah jabatan, namun menyalahi aturan atau inkonstitusional. Sebab, sudah ada keputusan Mahkamah Agung yang membatalkan tata tertib 2016 dan 2017.
"Persoalan belum selesai, harus diselesaikan dulu. Kita tidak perlu menang-menangan. Kita cari jalan konstitusional," ujar Eni.
Walk out
Di tengah interupsi, senator asal Lampung Andi Surya menuturkan interupsi tersebut tidak pada forumnya untuk disampaikan. Lagi pula, kata dia, masalah kepemimpinan sudah selesai.
Dia meminta lobi-lobi dilakukan di luar ruang sidang untuk mencapai kesepakatan. Misalnya, kata dia, di ruang pimpinan DPD lantai 8, Gedung Nusantara III. Usul itu diterima Oesman sebagai pimpinan rapat.
"Yang diusulkan pak Andi dapat desetujui?" tanya Oesman dan diiyakan beberapa anggota. Oesman langsung mengetuk palu tanda persetujuan. Persetujuan diambil pada saat sidang ditunda.
Tak lama, Oesman kembali membuka sidang. "Sudah 15 menit, skors saya cabut," ucap wakil ketua MPR itu.
Saat sidang dibuka, hujan interupsi kembali deras. Saking banyaknya, tak terdengar apa yang disampaikan masing-masing anggota.
Di tengah keributan, Oesman memulai aba-aba supaya lagu Indonesia Raya dinyanyikan. Sejurus kemudian suasana tenang dan anggota yang hadir menyanyikan lagu.
Rapat lagi-lagi ditunda usai lagu selesai dinyanyikan. Kali ini hanya lima menit agar rapat memenuhi kuorum. Lagi-lagi, hujan interupsi berdatangan. Hal ini membuat microphone di meja anggota dimatikan. Ini karena sejumlah anggota DPD tetap berbicara dan sebagian membentangkan poster bertuliskan 'Pimpinan Ilegal'
Tetap saja, Oesman bergeming. Akhirnya, belasan anggota DPD melakukan aksi
walk out.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)