medcom.id, Makassar: Muhammadiyah tetap konsisten menjadi organisasi masyarakat (ormas) Islam yang murni. Muhammadiyah tidak akan tergoda terjun dalam politik praktis dengan berafiliasi politik pada partai politik.
"Tetapi mengenai hubungan politik, baik afilisasi politik selama ini berpegang pada prinsipnya untuk tidak terlibat politik praktis," tegas mantan Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2000-2005 Haedar Nashir di Universitas Muhammadiyah, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Selasa (4/8/2015).
Oleh karena itu, ia menilai Muhammadiyah cukup menjadi ormas Islam yang terus mensyiarkan dakwah kepada rakyat, tanpa harus membangun partai politik.
"Kalau dibaca substansinya, Muhammadiyah masih tetap peran politik adiluhung. Tetap sebagai organisasi dakwah kerakyatan," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam pidato pembukaan Muktamar menyebutkan ada tiga opsi yang dibutuhkan Muhammadiyah dalam berperan menghadapi situasi dan kondisi politik saat ini.
Opsi tersebut, pertama, Muhammadiyah tetap netral tidak memihak salah satu kekuatan politk. Kedua, Muhammadiyah mendirikan parpol sebagai amal usaha. Ketiga, Muhammdiyah tetap pada jatidirinya sebagai gerakan dakwah pencerahan yang berorientasi kultur dan mendukung calon dalam pemilu yang dinilai memperjuangkan kepentingan Muhammadiyah.
Terkait opsi tersebut, kata Nashir, akan dibahas dalam forum muktamar. Namun, sejauh ini belum ada sikap resmi atas opsi tersebut. "Sampai saat ini yang resmi PP Muhammadiyah belum sampai pada perlunya partai politik. Opsi yang disampaikan itu wilayah Muktamar," ujar Nashir.
medcom.id, Makassar: Muhammadiyah tetap konsisten menjadi organisasi masyarakat (ormas) Islam yang murni. Muhammadiyah tidak akan tergoda terjun dalam politik praktis dengan berafiliasi politik pada partai politik.
"Tetapi mengenai hubungan politik, baik afilisasi politik selama ini berpegang pada prinsipnya untuk tidak terlibat politik praktis," tegas mantan Sekretaris Pengurus Pusat Muhammadiyah periode 2000-2005 Haedar Nashir di Universitas Muhammadiyah, Jalan Sultan Alauddin, Makassar, Selasa (4/8/2015).
Oleh karena itu, ia menilai Muhammadiyah cukup menjadi ormas Islam yang terus mensyiarkan dakwah kepada rakyat, tanpa harus membangun partai politik.
"Kalau dibaca substansinya, Muhammadiyah masih tetap peran politik adiluhung. Tetap sebagai organisasi dakwah kerakyatan," kata dia.
Sebelumnya, Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin dalam pidato pembukaan Muktamar menyebutkan ada tiga opsi yang dibutuhkan Muhammadiyah dalam berperan menghadapi situasi dan kondisi politik saat ini.
Opsi tersebut, pertama, Muhammadiyah tetap netral tidak memihak salah satu kekuatan politk. Kedua, Muhammadiyah mendirikan parpol sebagai amal usaha. Ketiga, Muhammdiyah tetap pada jatidirinya sebagai gerakan dakwah pencerahan yang berorientasi kultur dan mendukung calon dalam pemilu yang dinilai memperjuangkan kepentingan Muhammadiyah.
Terkait opsi tersebut, kata Nashir, akan dibahas dalam forum muktamar. Namun, sejauh ini belum ada sikap resmi atas opsi tersebut. "Sampai saat ini yang resmi PP Muhammadiyah belum sampai pada perlunya partai politik. Opsi yang disampaikan itu wilayah Muktamar," ujar Nashir.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(YDH)