medcom.id, Jakarta: Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai belum merata. Sebab, baru segelintir orang yang menikmati pertumbuhan ekonomi.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, fokus Presiden Joko Widodo dalam pengentasan kemiskinan patut diapresiasi. Namun, pertumbuhan ekonomi masih jauh dari harapan.
"Seharusnya pertumbuhan ekonomi itu secara keseluruhan. Ini (pertumbuhan ekonomi) tidak menggambarkan tentang pertumbuhan yang dinikmati oleh banyak orang," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 16 Agustus 2017.
Baca: Jokowi Yakin Pemerataan Berkeadilan Kian Mempersatukan Indonesia
Menurutnya, pidato kepresidenan yang disampaikan Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR hanya soal angka. Pertumbuhan ekonomi dan indeks gini rasio disebut tidak mampu mensejahterakan masyarakat.
"Yang ditunjukkan angka gini rasio, angka pertumbuhan (ekonomi), semua tidak ada makna pertumbuhan. Katanya 1 persen menguasai 49 persen dari seluruh GDP yang dimiliki, katanya 2 persen menguasai 70 persen dari lahan atau tanah yang dimiliki kita. Nah itu masalahnya," ujarnya.
Presiden Jokowi tengah fokus dalam memerangi kemiskinan, menekan ketimpangan dan mengurangi pengangguran. Dalam tiga tahun kepemimpinannya, tingkat kemiskinan di Indonesia sudah berkurang.
"Dari 28,59 juta orang pada Maret 2015 menjadi 27,77 juta orang pada Maret 2017. Begitu juga indeks rasio gini Indonesia yang mengukur tingkat kesenjangan ekonomi, terus membaik," kata Jokowi.
Baca: 72 Tahun Merdeka, Ekonomi Indonesia Makin Tahan Guncangan
Indeks rasio gini, kata Jokowi, turun dari 0,414 di September 2014 menjadi 0,393 di Maret 2017. Angka inflasi pun terkendali di tingkat 2,6 persen dari Januari hingga Juli 2017.
"Bahkan di bulan Mei 2017, yaitu menjelang bulan puasa, tercatat inflasi kita hanya sebesar 0,39 persen," ujar Presiden.
Jokowi juga fokus menjaga pertumbuhan ekonomi agar berkualitas dan berkeadilan. Selama 2014-2016, pertumbuhan ekonomi RI tumbuh rerata 5 persen per tahun.
"Oleh sebab itu, pembangunan yang kita jalankan bersama bukan hanya untuk yang tinggal di kota-kota tapi untuk seluruh anak bangsa, baik yang tinggal di pedesaan, daerah-daerah pinggiran, pulau-pulau terdepan, maupun kawasan perbatasan," Kata Presiden Jokowi.
<iframe class="embedv" width="560" height="315" src="https://www.medcom.id/embed/gNQlxgoK" frameborder="0" scrolling="no" allowfullscreen></iframe>
medcom.id, Jakarta: Pertumbuhan ekonomi Indonesia dinilai belum merata. Sebab, baru segelintir orang yang menikmati pertumbuhan ekonomi.
Sekjen Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, fokus Presiden Joko Widodo dalam pengentasan kemiskinan patut diapresiasi. Namun, pertumbuhan ekonomi masih jauh dari harapan.
"Seharusnya pertumbuhan ekonomi itu secara keseluruhan. Ini (pertumbuhan ekonomi) tidak menggambarkan tentang pertumbuhan yang dinikmati oleh banyak orang," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu 16 Agustus 2017.
Baca:
Jokowi Yakin Pemerataan Berkeadilan Kian Mempersatukan Indonesia
Menurutnya, pidato kepresidenan yang disampaikan Jokowi dalam Sidang Tahunan MPR hanya soal angka. Pertumbuhan ekonomi dan indeks gini rasio disebut tidak mampu mensejahterakan masyarakat.
"Yang ditunjukkan angka gini rasio, angka pertumbuhan (ekonomi), semua tidak ada makna pertumbuhan. Katanya 1 persen menguasai 49 persen dari seluruh GDP yang dimiliki, katanya 2 persen menguasai 70 persen dari lahan atau tanah yang dimiliki kita. Nah itu masalahnya," ujarnya.
Presiden Jokowi tengah fokus dalam memerangi kemiskinan, menekan ketimpangan dan mengurangi pengangguran. Dalam tiga tahun kepemimpinannya, tingkat kemiskinan di Indonesia sudah berkurang.
"Dari 28,59 juta orang pada Maret 2015 menjadi 27,77 juta orang pada Maret 2017. Begitu juga indeks rasio gini Indonesia yang mengukur tingkat kesenjangan ekonomi, terus membaik," kata Jokowi.
Baca:
72 Tahun Merdeka, Ekonomi Indonesia Makin Tahan Guncangan
Indeks rasio gini, kata Jokowi, turun dari 0,414 di September 2014 menjadi 0,393 di Maret 2017. Angka inflasi pun terkendali di tingkat 2,6 persen dari Januari hingga Juli 2017.
"Bahkan di bulan Mei 2017, yaitu menjelang bulan puasa, tercatat inflasi kita hanya sebesar 0,39 persen," ujar Presiden.
Jokowi juga fokus menjaga pertumbuhan ekonomi agar berkualitas dan berkeadilan. Selama 2014-2016, pertumbuhan ekonomi RI tumbuh rerata 5 persen per tahun.
"Oleh sebab itu, pembangunan yang kita jalankan bersama bukan hanya untuk yang tinggal di kota-kota tapi untuk seluruh anak bangsa, baik yang tinggal di pedesaan, daerah-daerah pinggiran, pulau-pulau terdepan, maupun kawasan perbatasan," Kata Presiden Jokowi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)