medcom.id, Jakarta: Rencana pemerintah membeli Helikopter VVIP dari Italia disayangkan banyak pihak. Salah satunya oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
PT DI telah memroduksi helikopter EC-275. Halikopter ini diklaim memiliki keunggulan jika dibandingkan helikopter AW-101 buatan Italia. Rencananya, pemerintah akan membeli helikopter AW-101 sebagai penunjang transportasi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"EC-725 versus AW-101 kalau teknologi hampir sama. Yang berbeda EC-275 sudah teruji," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI Andi Alisjahbana kepada awak media di kantornya di PT DI, Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/11/2015).
Andi menerangkan, helikopter EC-725 hanya menggunakan dua mesin. Sementara helikopter AW-101 menggendong tiga mesin. Akibatnya, helikopter buatan Italia ini mudah terdeteksi radar musuh.
"Engine hit signature AW-101, menimbulkan kepanansan yang lebih tinggi. Itu lebih risiko ditembak kalau musuh pakai pendeteksi panas," kata Andi.
Tak hanya itu, dengan menggending tiga mesin helikopter AW-101 juga dianggap lebih boros mengonsumsi bahan bakar. Padahal waktu tempuh maksimal kedua heli tidak jauh berbeda, yakni enam jam.
"Konsumsi bahan bakar AW-101 53 persen lebih banyak dibanding EC-725 karena mereka punya tiga mesin," ungkap dia.
Selain itu, Direktur Niaga PT DI Budiman Saleh mengungkapkan harga yang ditawarkan untuk satu unit helikopter EC-725 kelas VVIP sebesar 35 juta euro atau Rp512 miliar (kurs Rp14611 per € 1). Harga itu lebih murah jika dibandingkan dengan helikopter AW-101 yang dibanderol dengan harga Rp700 miliar.
"Pengalam kita jual EC-725 ke TNI AU seharga €20 juta. Untuk VVIP, bakal ada penambahan antara €10-15 juta. Jadi total harga untuk heli VVIP (presiden) €35 juta," kata Budiman Saleh.
Meski dibandrrol lebih murah, Direktur Produksi PT DI Arie Wibowo menegaskan, helikopter EC-725 jauh lebih aman. Hal itu dikarenakan pemasangan interior ditangani sendiri anak dalam negeri, sehingga kerahasiaan teknologi lebih terjamin.
"Ada lokal konten yang kita lakukan. Khusus VVIP mestinya dilakukan di negara sendiri bukan negara lain, karena ini menyangkut kerahasiaan," tegas dia.
medcom.id, Jakarta: Rencana pemerintah membeli Helikopter VVIP dari Italia disayangkan banyak pihak. Salah satunya oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI).
PT DI telah memroduksi helikopter EC-275. Halikopter ini diklaim memiliki keunggulan jika dibandingkan helikopter AW-101 buatan Italia. Rencananya, pemerintah akan membeli helikopter AW-101 sebagai penunjang transportasi Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla.
"EC-725 versus AW-101 kalau teknologi hampir sama. Yang berbeda EC-275 sudah teruji," kata Direktur Teknologi dan Pengembangan PT DI Andi Alisjahbana kepada awak media di kantornya di PT DI, Bandung, Jawa Barat, Rabu (25/11/2015).
Andi menerangkan, helikopter EC-725 hanya menggunakan dua mesin. Sementara helikopter AW-101 menggendong tiga mesin. Akibatnya, helikopter buatan Italia ini mudah terdeteksi radar musuh.
"Engine hit signature AW-101, menimbulkan kepanansan yang lebih tinggi. Itu lebih risiko ditembak kalau musuh pakai pendeteksi panas," kata Andi.
Tak hanya itu, dengan menggending tiga mesin helikopter AW-101 juga dianggap lebih boros mengonsumsi bahan bakar. Padahal waktu tempuh maksimal kedua heli tidak jauh berbeda, yakni enam jam.
"Konsumsi bahan bakar AW-101 53 persen lebih banyak dibanding EC-725 karena mereka punya tiga mesin," ungkap dia.
Selain itu, Direktur Niaga PT DI Budiman Saleh mengungkapkan harga yang ditawarkan untuk satu unit helikopter EC-725 kelas VVIP sebesar 35 juta euro atau Rp512 miliar (kurs Rp14611 per € 1). Harga itu lebih murah jika dibandingkan dengan helikopter AW-101 yang dibanderol dengan harga Rp700 miliar.
"Pengalam kita jual EC-725 ke TNI AU seharga €20 juta. Untuk VVIP, bakal ada penambahan antara €10-15 juta. Jadi total harga untuk heli VVIP (presiden) €35 juta," kata Budiman Saleh.
Meski dibandrrol lebih murah, Direktur Produksi PT DI Arie Wibowo menegaskan, helikopter EC-725 jauh lebih aman. Hal itu dikarenakan pemasangan interior ditangani sendiri anak dalam negeri, sehingga kerahasiaan teknologi lebih terjamin.
"Ada lokal konten yang kita lakukan. Khusus VVIP mestinya dilakukan di negara sendiri bukan negara lain, karena ini menyangkut kerahasiaan," tegas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)