Jakarta: Pemerintah diminta mengebut riset dan produksi vaksin Merah Putih yang dikembangkan Konsorsium Riset Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Indonesia diharapkan tak hanya bergantung pada vaksin covid-19 impor.
"Produksi dan penggunaan vaksin Merah Putih menjadi penting agar Indonesia tidak tergantung pada vaksin impor dan sekedar menjadi pasar bisnis vaksin semata," kata Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, lewat keterangan tertulis, Jumat, 15 Januari 2021.
Dia mengatakan Indonesia telah mengimpor sebanyak 3 juta vaksin Sinovac dari target penerima vaksin sebanyak 181,5 juta orang. Artinya, Indonesia masih memerlukan tambahan ratusan juta dosis vaksin.
"Ini jumlah yang sangat besar dan secara bisnis merupakan pasar yang empuk," kata Mulyanto
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR itu tak ingin devisa negara yang terkikis krisis malah terkuras untuk pembelian vaksin impor. Anggaran negara lebih baik diprioritaskan untuk mempercepat riset dan produksi vaksin Merah Putih.
"Agar vaksin domestik dapat segera digunakan bagi pemulihan pandemi covid-19," ungkap Mulyanto.
Baca: Uji Coba Vaksin Merah Putih Terkendala
Dia alokasi dana riset produksi vaksin Merah Putih sangat minim. Kemenristek hanya menyuntikkan anggaran Rp5 miliar kepada LBM Eijkman untuk mengembangkan vaksin tersebut.
"Ini sungguh miris dan jauh dari memadai. Apalagi kalau dibandingkan dana yang disiapkan untuk membeli vaksin yang puluhan triliun," ujarnya.
Menurut dia, alokasi dana riset vaksin Merah Putih harus ditambah agar vaksin dapat diproduksi lebih cepat. Sehingga, Indonesia tak hanya menjadi negara pembeli vaksin, namun menjadi negara pembuat.
"Penting bagi Indonesia untuk membangun keunggulan daya saing nasional berbasis para inovator handal nasional. Kita bisa kalau kita mau," ujar Mulyanto.
Jakarta: Pemerintah diminta mengebut riset dan produksi
vaksin Merah Putih yang dikembangkan Konsorsium Riset Covid-19 Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek). Indonesia diharapkan tak hanya bergantung pada vaksin covid-19 impor.
"Produksi dan penggunaan vaksin Merah Putih menjadi penting agar Indonesia tidak tergantung pada vaksin impor dan sekedar menjadi pasar bisnis vaksin semata," kata Anggota Komisi VII DPR, Mulyanto, lewat keterangan tertulis, Jumat, 15 Januari 2021.
Dia mengatakan Indonesia telah mengimpor sebanyak 3 juta vaksin Sinovac dari target penerima vaksin sebanyak 181,5 juta orang. Artinya, Indonesia masih memerlukan tambahan ratusan juta dosis vaksin.
"Ini jumlah yang sangat besar dan secara bisnis merupakan pasar yang empuk," kata Mulyanto
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR itu tak ingin devisa negara yang terkikis krisis malah terkuras untuk pembelian
vaksin impor. Anggaran negara lebih baik diprioritaskan untuk mempercepat riset dan produksi vaksin Merah Putih.
"Agar vaksin domestik dapat segera digunakan bagi pemulihan pandemi covid-19," ungkap Mulyanto.
Baca:
Uji Coba Vaksin Merah Putih Terkendala
Dia alokasi dana riset produksi vaksin Merah Putih sangat minim. Kemenristek hanya menyuntikkan anggaran Rp5 miliar kepada LBM Eijkman untuk mengembangkan vaksin tersebut.
"Ini sungguh miris dan jauh dari memadai. Apalagi kalau dibandingkan dana yang disiapkan untuk membeli vaksin yang puluhan triliun," ujarnya.
Menurut dia, alokasi dana riset vaksin Merah Putih harus ditambah agar vaksin dapat diproduksi lebih cepat. Sehingga, Indonesia tak hanya menjadi negara pembeli vaksin, namun menjadi negara pembuat.
"Penting bagi Indonesia untuk membangun keunggulan daya saing nasional berbasis para inovator handal nasional. Kita bisa kalau kita mau," ujar Mulyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)