Romahurmuziy disalami Suharso Monoarfa pada Muktamar VIII PPP di Surabaya, Jawa Timur, Kamis 16 Oktober 2014 setelah terpilih secara aklamasi menjadi Ketua umum baru PPP menggantikan Suryadharma Ali (ANTARA/M Risyal Hidayat)
Romahurmuziy disalami Suharso Monoarfa pada Muktamar VIII PPP di Surabaya, Jawa Timur, Kamis 16 Oktober 2014 setelah terpilih secara aklamasi menjadi Ketua umum baru PPP menggantikan Suryadharma Ali (ANTARA/M Risyal Hidayat)

Suharso Monoarfa: Saya Sayang Rommy, Tapi Saya Harus Kuat

Mohammad Adam • 28 Maret 2019 09:16
Jakarta: Apa yang terlintas di benak Suharso Monoarfa ketika mendengar kabar pemimpin partainya tertangkap aparat Komisi Pemberantasan Korupsi? Suharso menjawab pertanyaan ini dengan pemaparan panjang lebar. Menandakan bahwa Suharso yang kini resmi menjabat Ketua Umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menggantikan Rommy –sapaan Romahurmuziy– itu, menganggap bahwa peristiwa terjaringnya sang pemimpin partai dalam operasi tangkap tangan yang dilakukan KPK pada Jumat 15 Maret 2019 lalu di Surabaya terkait kasus dugaan jual beli jabatan di Kementerian Agama, bukanlah suatu hal yang bisa dijelaskan secara sederhana.
 
Tapi, yang pasti ia merasa terguncang.
 
“Guncangan itu pasti ada. Bohong jika saya mengatakan bahwa itu (penangkapan Rommy) tidak membuat kami (PPP) tidak terguncang,” ujar Suharso dalam perbincangan dengan Medcom.id yang menemuinya di Jakarta.

Meski begitu, Suharso berharap segenap kader PPP di mana pun berada tidak meratapi permasalahan ini berlarut-larut. “Janganlah kesedihan itu dibiarkan terlalu lama,” kata Suharso.
 
Sebab, ia menambahkan, masih ada pekerjaan besar PPP yang mesti ditunaikan dalam tempo kurang dari sebulan. Yaitu memenangkan Pemilihan Umum yang bakal serentak digelar pada 17 April 2019, termasuk di dalamnya menyukseskan pasangan Calon Presiden Joko Widodo- Ma’ruf Amin unggul dalam Pemilihan Presiden.
 
Problem yang menimpa Rommy, menurut Suharso, adalah persoalan hukum. Maka, biarlah permasahan ini diselesaikan oleh penegak hukum. Jangan sampai situasi ini menghambat agenda politik PPP untuk memperkuat posisi dan kiprahnya ke depan di kancah nasional.
 
Oleh karena itu, langkah pertama yang dilakukan Suharso setelah dikukuhkan sebagai nakhoda baru PPP adalah konsolidasi internal demi keberhasilan meraih dukungan masyarakat dalam pemilu hingga melampaui syarat ambang batas parlemen sebesar 4 persen perolehan suara. Ini persoalan yang lebih penting untuk dihadapi PPP saat ini ketimbang larut dalam duka atas kasus Rommy.
 
Meski begitu, Suharso tetap berharap Rommy mampu melewati permasalahan hukum yang menimpanya dengan sebaik-baiknya. Ia bahkan, tak mampu menutupi suasana hatinya yang gundah terkait kasus Rommy, sosok yang senantiasa dibanggakannya selama ini.
 
“Saya pun sampai hari ini sedihnya luar biasa. Seseorang yang sangat saya sayangi, saudara Romahurmuziy itu, sudah saya anggap adik. Bahkan jika dilihat dari jarak usia sudah seperti anak saya,” kata Suharso.  
 
Namun, saat ini ada misi yang tidak ringan yang diamanatkan kepada Suharso: menyelamatkan PPP. Untuk itu, Suharso harus menguatkan dirinya agar mampu menuntaskan misi tersebut.
 
Terpilihnya Suharso sebagai pemegang kendali PPP yang menggantikan Rommy tak lepas dari peran sosok spiritual PPP KH Maimoen Zubair atau yang kerap disapa Mbah Moen. Mengapa Mbah Moen memilih nama Suharso Monoarfa? Bagaimana Suharso menjalankan misi berat membawa PPP lolos ambang batas parlemen? Simak perbincangan lengkapnya di Newsmaker Medcom.id edisi Kamis, 28 Maret 2019, mulai pukul 17.00 WIB di kanal YouTube dan Facbook Medcom ID.
 

 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan