Sutarman saat berjumpa dengan Budi Gunawan dalam sebuah acara di Mabes Polri, 27 September 2013, Ant/ M Agung Rajasa
Sutarman saat berjumpa dengan Budi Gunawan dalam sebuah acara di Mabes Polri, 27 September 2013, Ant/ M Agung Rajasa

IPW Ibaratkan Jabatan Kapolri bak Perang Bintang

M Rodhi Aulia • 18 Januari 2015 17:23
medcom.id, Jakarta: Indonesia Police Watch (IPW) menuding polemik pergantian posisi Kapolri merupakan persekongkolan tiga jenderal polisi yang masih aktif hingga sekarang. Dia menyebutnya sebagai perang bintang. Salah satu dari tiga jenderal tersebut merupakan sosok yang mengaku lebih pantas menjabat Kapolri ketimbang Komjen Pol Budi Gunawan dan dekat dengan PDI Perjuangan.
 
"Ada yang merasa dirinya lebih pantas jadi Kapolri ketimbang Budi Gunawan, karena dia merasa punya akses juga ke PDIP," kata  Ketua Presidium Indonesia Police Watch Neta S Pane di sela-sela diskusi publik yang bertajuk 'Membedah Kepentingan Politik, Kriminalisasi Hukum Dibalik Tameng Pemberantasan Korupsi oleh KPK, di Dapur Selera, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (18/1/2015).
 
Neta menambahkan satu orang jenderal lainnya juga memiliki hasrat tinggi terhadap jabatan polri. Menurut dia, sosok jenderal tersebut tengah menikmati konflik yang terjadi, dan berharap bak durian runtuh. Dia hanya mengamati dari luar, dan juga bersengkokol dengan dua jenderal lainnya. Satu jenderal terakhir ialah loyalis Jenderal Pol Sutarman.

"Ada orang yang tidak rela Kapolri sekarang diganti," imbuh dia.
 
Neta enggan mengungkapkan sosok tiga jenderal tersebut. Namun yang jelas, kata dia, tiga jenderal tersebut masih aktif dan bintangnya di atas bintang satu. Menurut dia, perang bintang ini merupakan akumulasi sikap diskriminatif yang masih terjadi di tubuh polri.
 
"Itu bagian dari tradisi polri. Dia muncul ketika menjelang pergantian kapolri. Perang bintang tumbuh berkembang sikap diskriminatif yang tumbuh di kepolisian. Sikap diskriminatif itu, misalnya ada konflik antarsuku. Adanya konflik antar angkatan. Antar akpol berapa dan akpol berapa. Antar akpol dan non akpol. Antar laki dan perempuan," terang dia.
 
Dia juga mengaku sempat menerima teguran dari salah satu jenderal bersangkutan. Kata dia, jenderal tersebut merasa keberatan. "Mereka ketika saya ngomong gini dan terpublikasikan? Mereka langsung telepon saya. 'Jangan gitu dong'. Sudahlah, saya bilang. Abang bermain sini, ngapain sih," ujar dia.
 
Nama Budi Gunawan sebagai calon Kapolri yang diusung Presiden Joko Widodo menuai polemik. Sebab pengajuan Budi Gunawan dilakukan di saat Jenderal Sutarman masih menjabat sebagai Kapolri. Selain itu, KPK pun menetapkan Budi Gunawan sebagai tersangka kasus rekening gendut.
 
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(RRN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan