Kementerian Agama (Kemenag) melatih takmir masjid, penyuluh agama, dan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) agar siap siaga saat menghadapi bencana alam. Dok Kemenag
Kementerian Agama (Kemenag) melatih takmir masjid, penyuluh agama, dan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) agar siap siaga saat menghadapi bencana alam. Dok Kemenag

Kemenag Latih Takmir Masjid hingga Difabel Siaga Hadapi Bencana

Achmad Zulfikar Fazli • 01 Agustus 2024 15:23
Jakarta: Kementerian Agama (Kemenag) melatih takmir masjid, penyuluh agama, dan Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) agar siap siaga saat menghadapi bencana alam. Pelatihan digelar bekerja sama dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Management of Social Transformation Programme (Most UNESCO), dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatra Barat.
 
"Sumatra Barat memang rawan terhadap bencana, baik banjir, gunung meletus, galodo, gempa bumi, dan tsunami," ungkap Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi Ansharullah, saat membuka Workshop Penguatan Literasi Kebencanaan Berbasis Pengetahuan Lokal dalam Pengurangan Risiko Bencana di Sumatra Barat, Bukittinggi, dilansir pada 30 Juli 2024.
 
Mahyeldi berharap workshop tersebut dapat memberi wawasan tentang bencana dan kesiapsiagaan. Terutama, bagi kelompok difabel, yang paling rentan saat terjadi bencana.

"Workshop ini dapat mendukung masyarakat Sumatra Barat untuk bisa menyikapi bencana dan mengurangi risikonya," ujar dia.
 
Baca Juga: Masjid Raya Baiturrahman Aceh Berbenah Sambut Pengunjung PON XXI

Sementara itu, Kasubdit Kepustakaan Islam Kemenag, Nur Rahmawati, mengatakan terdapat tiga tujuan dari pelatihan tersebut. Pertama, mampu memaksimalkan pemanfaatan pengetahuan lokal dalam meningkatkan pengurangan risiko bencana di Sumatra Barat.
 
Kedua, meningkatkan kesadaran masyarakat dalam membangun kesiapsiagaan dan adaptasi, melalui pendidikan literasi bencana yang inklusif dan keberlanjutan. "Terakhir, diharapkan mampu melahirkan rekomendasi kebijakan yang efektif untuk pemanfaatan pengetahuan lokal dan teknologi informasi dalam mitigasi dan manajemen risiko bencana," jelas dia.
 
Nur mengungkapkan workshop tersebut merupakan bentuk perhatian kepada masyarakat Sumatra Barat agar peka terhadap bencana. "Mereka (takmir dan penyuluh agama) adalah tokoh di lingkungan mereka masing-masing. Dengan pelatihan ini, diharapkan mereka dapat meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat sekitar terhadap bencana," ungkap dia.
 
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Eksekutif Most UNESCO, Fakhriati, mengatakan workshop ini merupakan respons terhadap kejadian bencana yang dahsyat beberapa bulan lalu di Sumatra Barat. "Banjir galodo di selingkar Gunung Marapi, Kabupaten Agam dan Tanah Datar, serta banjir di Pesisir Selatan dan kabupaten lainnya menjadi perhatian kita bersama," ujar dia.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan