medcom.id, Jakarta: Petugas panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) mengalami sejumlah kendala dalam proses identifikasi terhadap Jemaah haji Indonesia, yang jadi korban dalam peristiwa Mina. Hal tersebut membuat proses indentifikasi terhadap seluruh korban masih membutuhkan waktu lebih.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Abdul Djamil menjelaskan kendala pertama yang dialami petugas dalam proses identifikasi, yakni foto kondisi jenazah yang seringkali berbeda dengan foto pada Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag dan, haji elektronik (e-hajj) milik Pemerintah Arab Saudi. Ini membuat tim harus melakukan inventarisasi foto-foto yang diduga memiliki kemiripan dengan wajah-wajah jenazah.
Kedua, banyak jenazah tidak disertai oleh identitas Jemaah haji Indonesia, seperti gelang Jemaah yang terbuat dari tembaga, Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH), identitas maktab, kartu bus, tas paspor, aksesoris syal, kain ihram, dan kerudung.
“Ini memerlukan waktu,” kata Djamil Senin (28/9/2015).
Persoalan lainnya, pemerintah Arab Saudi baru memberikan akses ke PPIH Arab Saudi pada Jumat, 25 September malam, atau satu hari pascakejadian. "Selama tiga hari ini, tim pun harus bekerja keras mengidentifikasi jenazah mulai dari meneliti 1.147 foto," tambah Djamil.
Menurut salah seorang petugas identifikasi, Letkol Jaetul Muchlis Basyir, lambannya cara penanganan pihak Arab Saudi jadi salah satu kendala lainnya. Dia bersama tim mengaku sudah melakukan sejumlah upaya pendekatan personal dengan setiap petugas di Al Muaishim, agar proses identifikasi dapat dipercepat.
“Arab punya cara mereka sendiri. Bagi kita, mereka lambat, tapi mereka juga ingin menunjukkan mampu menanganai Jemaah haji yang menjadi korban dan melakukan identifikasi ini,” kata Muchlis. (MCH)
medcom.id, Jakarta: Petugas panitia penyelenggara ibadah haji (PPIH) mengalami sejumlah kendala dalam proses identifikasi terhadap Jemaah haji Indonesia, yang jadi korban dalam peristiwa Mina. Hal tersebut membuat proses indentifikasi terhadap seluruh korban masih membutuhkan waktu lebih.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kementerian Agama, Abdul Djamil menjelaskan kendala pertama yang dialami petugas dalam proses identifikasi, yakni foto kondisi jenazah yang seringkali berbeda dengan foto pada Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) Kemenag dan, haji elektronik (e-hajj) milik Pemerintah Arab Saudi. Ini membuat tim harus melakukan inventarisasi foto-foto yang diduga memiliki kemiripan dengan wajah-wajah jenazah.
Kedua, banyak jenazah tidak disertai oleh identitas Jemaah haji Indonesia, seperti gelang Jemaah yang terbuat dari tembaga, Dokumen Administrasi Perjalanan Ibadah Haji (DAPIH), identitas maktab, kartu bus, tas paspor, aksesoris syal, kain ihram, dan kerudung.
“Ini memerlukan waktu,” kata Djamil Senin (28/9/2015).
Persoalan lainnya, pemerintah Arab Saudi baru memberikan akses ke PPIH Arab Saudi pada Jumat, 25 September malam, atau satu hari pascakejadian. "Selama tiga hari ini, tim pun harus bekerja keras mengidentifikasi jenazah mulai dari meneliti 1.147 foto," tambah Djamil.
Menurut salah seorang petugas identifikasi, Letkol Jaetul Muchlis Basyir, lambannya cara penanganan pihak Arab Saudi jadi salah satu kendala lainnya. Dia bersama tim mengaku sudah melakukan sejumlah upaya pendekatan personal dengan setiap petugas di Al Muaishim, agar proses identifikasi dapat dipercepat.
“Arab punya cara mereka sendiri. Bagi kita, mereka lambat, tapi mereka juga ingin menunjukkan mampu menanganai Jemaah haji yang menjadi korban dan melakukan identifikasi ini,” kata Muchlis. (MCH)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AZF)