Larantuka: Kain tenun merupakan salah satu daya tarik di Flores, Nusa Tenggara Timur. Corak khas dan proses pembuatan yang cukup lama membuat kain ini makin istimewa.
Medcom.id menemui Maria Goreti Barekwela, 61, warga Desa Ilepadung, Lewolema yang sedang membuat corak kain dalam Festival Lamaholot 2019 di Larantuka, Flores Timur. Festival tersebut menampilkan berbagai budaya dan kesenian daerah tersebut seperti tarian, atraksi, hingga kuliner.
Maria sudah puluhan tahun menenun kain secara tradisional, terutama sarung. Dia pun menjelaskan proses pembuatan kain tenun khas Flores Timur.
Mula-mula, benang dibentangkan menggunakan alat. Lalu, mengikat bagian tertentu dengan tali rafia, dan benang dirapikan dengan alat berbentuk segi empat. Tujuannya membentuk corak.
"Corak hanya ada satu, kami berpaku pada motif leluhur dari (kampung) Ile Jadi," ujar Maria pada Medcom.id, Kamis, 12 September 2019.
Motif tenun tersebut seperti titik kecil yang dilambangkan sebagai ulat kecil. Hewan tersebut dipercaya memberi kesuburan pada tanaman padi yang sedang ditanam. Itu filosofi dari corak tenun di Larantuka.
Proses menenun di Flores, Nusa Tenggara Timur. Foto: Sri Yanti Nainggolan/Medcom.id
Proses tenun berlanjut dengan merendam benang ke dalam campuran akar mengkudu, kemiri, dan daun loba selama kurang lebih lima hari agar warna bisa meresap. Jika menggunakan rendaman akar tarum dan kapur sirih, membutuhkan waktu tiga malam.
"Disimpan dalam periuk tanah. Peras, (lalu) jemur seharian. Lima kali rendam pakai tarum," ujar dia.
Setelah proses kerore, benang ditenun atau ditane. Terdapat sembilan bagian dalam alat tenun, yaitu: hapit, pola, wulo, hurit, gurung, kajo anak, bloe (penggulung benang), lidi penahan, dan ligu (sandaran). Normalnya satu kain tenun memakan waktu tiga hari untuk selesai.
Maria menerangkanmenenun hanya dilakukan perempuan. Pria diidentikkan dengan pekerjaan maskulin, seperti bertani.
Corak kain untuk perempuan dan laki-laki tak sama. Corak perempuan disebut kwetak, sedangkan laki-laki disebut nowin.
Larantuka: Kain tenun merupakan salah satu daya tarik di Flores, Nusa Tenggara Timur. Corak khas dan proses pembuatan yang cukup lama membuat kain ini makin istimewa.
Medcom.id menemui Maria Goreti Barekwela, 61, warga Desa Ilepadung, Lewolema yang sedang membuat corak kain dalam Festival Lamaholot 2019 di Larantuka, Flores Timur. Festival tersebut menampilkan berbagai budaya dan kesenian daerah tersebut seperti tarian, atraksi, hingga kuliner.
Maria sudah puluhan tahun menenun kain secara tradisional, terutama sarung. Dia pun menjelaskan proses pembuatan kain tenun khas Flores Timur.
Mula-mula, benang dibentangkan menggunakan alat. Lalu, mengikat bagian tertentu dengan tali rafia, dan benang dirapikan dengan alat berbentuk segi empat. Tujuannya membentuk corak.
"Corak hanya ada satu, kami berpaku pada motif leluhur dari (kampung) Ile Jadi," ujar Maria pada
Medcom.id, Kamis, 12 September 2019.
Motif tenun tersebut seperti titik kecil yang dilambangkan sebagai ulat kecil. Hewan tersebut dipercaya memberi kesuburan pada tanaman padi yang sedang ditanam. Itu filosofi dari corak tenun di Larantuka.
Proses menenun di Flores, Nusa Tenggara Timur. Foto: Sri Yanti Nainggolan/Medcom.id
Proses tenun berlanjut dengan merendam benang ke dalam campuran akar mengkudu, kemiri, dan daun loba selama kurang lebih lima hari agar warna bisa meresap. Jika menggunakan rendaman akar tarum dan kapur sirih, membutuhkan waktu tiga malam.
"Disimpan dalam periuk tanah. Peras, (lalu) jemur seharian. Lima kali rendam pakai tarum," ujar dia.
Setelah proses kerore, benang ditenun atau ditane. Terdapat sembilan bagian dalam alat tenun, yaitu: hapit, pola, wulo, hurit, gurung, kajo anak, bloe (penggulung benang), lidi penahan, dan ligu (sandaran). Normalnya satu kain tenun memakan waktu tiga hari untuk selesai.
Maria menerangkanmenenun hanya dilakukan perempuan. Pria diidentikkan dengan pekerjaan maskulin, seperti bertani.
Corak kain untuk perempuan dan laki-laki tak sama. Corak perempuan disebut kwetak, sedangkan laki-laki disebut nowin.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(AZF)