medcom.id, Jakarta: Polri diminta untuk mengungkap seluruh pihak yang terlibat dalam serangan teror di Thamrin. Sebab sangat mustahil, jika para pelaku datang ke lokasi teror tanpa ada yang mengantar.
"Harus mencari tahu, siapa tim pengantar dan siapa tim penjemput para pelaku serangan teror di Jl Thamrin Jakarta pada 14 Januari 2016. Sebab sangat mustahil, jika para pelaku tiba-tiba muncul tanpa diantar dan dibiarkan tanpa dijemput usai melakukan misinya," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, dalam keterangan tertilisnya, Minggu (17/1/2016).
IPW mengaresiasi pada kinerja Polri dalam mengatasi serangan teror di Jalan Thamrin. Namun, IPW berharap Polri mencermati CCTV dan semua rekaman gambar di sekitar tempat kejadian perkara. "Itu untuk mencari tahu, kapan rombongan pelaku tiba, dan apakah ada tim penjemput untuk membawa (escape) para pelaku dari TKP setelah melakukan serangan," imbuhnya.
Neta menuturkan, walaupun teror ini merupakan aksi bom bunuh diri, tapi sangat mustahil jika para pelaku dibiarkan datang sendiri dan tidak disiapkan tim penjemput. "Apalagi polisi sudah menyebutkan ada mobil berplat D yang diduga mengantar para pelaku. Pertanyaannya mobil itu milik siapa? Dengan terlacaknya tim pengantar dan tim penjemput akan makin mudah bagi Polri untuk membongkar jaringan teroris super nekat ini," paparnya.
Selain itu polisi perlu melakukan visium ke jenazah para pelaku agar diketahui, apa obat yang mereka minum sebelum melakukan serangan. Sebab pelaku tampak sangat tenang dalam beraksi.
"Tidak ada raut takut dan cemas, meski beraksi di ruang terbuka yang disaksikan banyak orang dan wajahnya gampang dikenali. Apakah sikap tenang ini dipengaruhi obat atau pelaku merasa nyaman karena ada tim penjemput yang akan membawanya escape," terangnya.
Polisi mengindikasikan, bom yang meledak di Jalan Thamrin ada kemiripan dengan bom bunuh diri di Polres Cirebon, Jabar pada 2011 lalu. "Yakni menggunakan bahan tabung gas 3 kg sebagai cassing. Bom Cirebon dilakukan teroris kelompok Solo," paparnya.
Data IPW mengungkapkan, sejak 2010 kelompok Solo sudah merencanakan serangan teror ke Mabes Polri sebagai
balas dendam karena banyaknya anggotanya ditangkapi. Uji coba mereka lakukan dengan melakukan bom bunuh diri ke Polres Cirebon. Cukup banyak pihak yang terlibat dalam bom Cirebon dan sebagian sudah tertangkap.
"Namun pembuat bom Cirebon, Irwan dan Endut masih DPO
hingga kini. Bom yang menggunakan tabung gas 3kg pernah ditemukan polisi pada Oktober 2012 di Solo, saat menggerebek rumah Abu Hanafi," terangnya.
Sedangkan dalam penggerebekan September 2012 di rumah Chomaedi alias Midi, di Jebres Solo, polisi menemukan bom cair dan bom pipa. Mengingat masih banyaknya kelompok Solo yang belum tertangkap, apalagi mereka sangat mahir dalam merakit bom, Polri perlu bergerak cepat untuk memburu
mereka.
"Sehingga aksi serangan teror di tempat terbuka, yang cukup spektakuler, seperti yang mereka lakukan di Jl Thamrin, tidak terulang lagi," tukasnya.
Delapan orang korban tewas akibat aksi terorisme di kawasan MH Thamrin. Dari delapan korban tersebut, empat di antaranya adalah pelaku pengeboman di gerai kopi Starbuck dan pos polisi Jalan MH Thamrin. "Artinya sudah ada delapan yang menjadi korban. Tapi kita klasifikasikan empat adalah dari warga sipil, empat pelaku," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kobes M Iqbal, Minggu 17 Januari.
Pada saat kejadian, polisi menduga lima pelaku yang tewas di lokasi pengeboman. Namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Iqbal menyebut salah seorang korban tewas bukanlah terduga pelaku terorisme.
Kamis, 14 Januari lalu sebuah bom menguncang gerai kopi Starbucks di kawasan MH Thamrin. Selain lokasi tersebut pelaku juga meledakkan sebuah pos polisi di dekat lokasi serta terlibat baku tembak dengan pihak kepolisian.
medcom.id, Jakarta: Polri diminta untuk mengungkap seluruh pihak yang terlibat dalam serangan teror di Thamrin. Sebab sangat mustahil, jika para pelaku datang ke lokasi teror tanpa ada yang mengantar.
"Harus mencari tahu, siapa tim pengantar dan siapa tim penjemput para pelaku serangan teror di Jl Thamrin Jakarta pada 14 Januari 2016. Sebab sangat mustahil, jika para pelaku tiba-tiba muncul tanpa diantar dan dibiarkan tanpa dijemput usai melakukan misinya," kata Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, dalam keterangan tertilisnya, Minggu (17/1/2016).
IPW mengaresiasi pada kinerja Polri dalam mengatasi serangan teror di Jalan Thamrin. Namun, IPW berharap Polri mencermati CCTV dan semua rekaman gambar di sekitar tempat kejadian perkara. "Itu untuk mencari tahu, kapan rombongan pelaku tiba, dan apakah ada tim penjemput untuk membawa (escape) para pelaku dari TKP setelah melakukan serangan," imbuhnya.
Neta menuturkan, walaupun teror ini merupakan aksi bom bunuh diri, tapi sangat mustahil jika para pelaku dibiarkan datang sendiri dan tidak disiapkan tim penjemput. "Apalagi polisi sudah menyebutkan ada mobil berplat D yang diduga mengantar para pelaku. Pertanyaannya mobil itu milik siapa? Dengan terlacaknya tim pengantar dan tim penjemput akan makin mudah bagi Polri untuk membongkar jaringan teroris super nekat ini," paparnya.
Selain itu polisi perlu melakukan visium ke jenazah para pelaku agar diketahui, apa obat yang mereka minum sebelum melakukan serangan. Sebab pelaku tampak sangat tenang dalam beraksi.
"Tidak ada raut takut dan cemas, meski beraksi di ruang terbuka yang disaksikan banyak orang dan wajahnya gampang dikenali. Apakah sikap tenang ini dipengaruhi obat atau pelaku merasa nyaman karena ada tim penjemput yang akan membawanya escape," terangnya.
Polisi mengindikasikan, bom yang meledak di Jalan Thamrin ada kemiripan dengan bom bunuh diri di Polres Cirebon, Jabar pada 2011 lalu. "Yakni menggunakan bahan tabung gas 3 kg sebagai cassing. Bom Cirebon dilakukan teroris kelompok Solo," paparnya.
Data IPW mengungkapkan, sejak 2010 kelompok Solo sudah merencanakan serangan teror ke Mabes Polri sebagai
balas dendam karena banyaknya anggotanya ditangkapi. Uji coba mereka lakukan dengan melakukan bom bunuh diri ke Polres Cirebon. Cukup banyak pihak yang terlibat dalam bom Cirebon dan sebagian sudah tertangkap.
"Namun pembuat bom Cirebon, Irwan dan Endut masih DPO
hingga kini. Bom yang menggunakan tabung gas 3kg pernah ditemukan polisi pada Oktober 2012 di Solo, saat menggerebek rumah Abu Hanafi," terangnya.
Sedangkan dalam penggerebekan September 2012 di rumah Chomaedi alias Midi, di Jebres Solo, polisi menemukan bom cair dan bom pipa. Mengingat masih banyaknya kelompok Solo yang belum tertangkap, apalagi mereka sangat mahir dalam merakit bom, Polri perlu bergerak cepat untuk memburu
mereka.
"Sehingga aksi serangan teror di tempat terbuka, yang cukup spektakuler, seperti yang mereka lakukan di Jl Thamrin, tidak terulang lagi," tukasnya.
Delapan orang korban tewas akibat aksi terorisme di kawasan MH Thamrin. Dari delapan korban tersebut, empat di antaranya adalah pelaku pengeboman di gerai kopi Starbuck dan pos polisi Jalan MH Thamrin. "Artinya sudah ada delapan yang menjadi korban. Tapi kita klasifikasikan empat adalah dari warga sipil, empat pelaku," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kobes M Iqbal, Minggu 17 Januari.
Pada saat kejadian, polisi menduga lima pelaku yang tewas di lokasi pengeboman. Namun setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, Iqbal menyebut salah seorang korban tewas bukanlah terduga pelaku terorisme.
Kamis, 14 Januari lalu sebuah bom menguncang gerai kopi Starbucks di kawasan MH Thamrin. Selain lokasi tersebut pelaku juga meledakkan sebuah pos polisi di dekat lokasi serta terlibat baku tembak dengan pihak kepolisian.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)