Jakarta: Survei yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan lonjakan kasus Covid-19 tidak membuat kebanyakan orang tua ingin sekolah anak-anaknya memberlakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Mereka beralasan PJJ tidak efektif.
Belum lama ini KPAI melakukan survei perihal pemberlakuan Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di tengah tingginya angka kasus Covid-19. Sebanyak 61% orang tua mengaku setuju dengan kebijakan PTM 100%.
“Yang memilih tetap PTM, yang pertama karena mereka mengeluhkan kalau PJJ gak efektif dan anak-anaknya lebih banyak main gadget, media sosial, maupun game online. Itu 28%,” kata Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia, Kamis, 10 Februari 2022.
Sebanyak 50% orang tua yang menyetujui kebijakan PTM 100% beralasan khawatir terjadi learning loss pada anak atau hilangnya kemampuan dan pengetahuan siswa. Serta menurunnya kualitas pembelajaran yang dikuasai oleh anak.
Sementara itu, 71% dari orang tua yang menolak kebijakan PTM 100% menjadikan tingginya kasus Covid-19 sebagai alasan. Mereka menyebutkan jaga jarak sulit dilakukan saat melakukan PTM 100%. Berada dalam ruang kelas yang tertutup dalam beberapa jam dikhawatirkan akan mempermudah penularan Covid-19 terjadi.
“Kami juga bertanya pernah gak sekolah anaknya ditutup karena ada temuan kasus? Ternyata, 78% pernah ditutup. Yang gak pernah hanya 22%. Artinya, orang tua yang setuju (PTM) sadar juga kalau sekolahnya pernah ada kasus, tapi tetap menginginkan anaknya sekolah,” jelasnya.
Retno mengatakan, 25% dari orang tua yang menolak kebijakan PTM 100% meminta agar PTM dihentikan sementara saja. Bukan dihentikan secara total.
“Pertama ada yang minta dihentikan sampai Maret 2022, ada yang dua minggu setelah libur lebaran, lalu ada yang (ingin) dihentikan sampai mulai ajaran baru,” ujar Retno.
Kendati demikian, pihak KPAI lebih setuju jika PTM 100% dihentikan untuk sementara. Setidaknya sampai Maret 2022. (Fatha Annisa)
Jakarta: Survei yang dilakukan
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menunjukkan lonjakan kasus
Covid-19 tidak membuat kebanyakan orang tua ingin sekolah anak-anaknya memberlakukan
Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Mereka beralasan PJJ tidak efektif.
Belum lama ini KPAI melakukan survei perihal pemberlakuan
Pembelajaran Tatap Muka (PTM) di tengah tingginya angka kasus Covid-19. Sebanyak 61% orang tua mengaku setuju dengan kebijakan PTM 100%.
“Yang memilih tetap PTM, yang pertama karena mereka mengeluhkan kalau PJJ gak efektif dan anak-anaknya lebih banyak main gadget, media sosial, maupun game online. Itu 28%,” kata Komisioner KPAI Retno Listyarti dalam tayangan Selamat Pagi Indonesia, Kamis, 10 Februari 2022.
Sebanyak 50% orang tua yang menyetujui kebijakan PTM 100% beralasan khawatir terjadi learning loss pada anak atau hilangnya kemampuan dan pengetahuan siswa. Serta menurunnya kualitas pembelajaran yang dikuasai oleh anak.
Sementara itu, 71% dari orang tua yang menolak kebijakan PTM 100% menjadikan tingginya kasus Covid-19 sebagai alasan. Mereka menyebutkan jaga jarak sulit dilakukan saat melakukan PTM 100%. Berada dalam ruang kelas yang tertutup dalam beberapa jam dikhawatirkan akan mempermudah penularan Covid-19 terjadi.
“Kami juga bertanya pernah gak sekolah anaknya ditutup karena ada temuan kasus? Ternyata, 78% pernah ditutup. Yang gak pernah hanya 22%. Artinya, orang tua yang setuju (PTM) sadar juga kalau sekolahnya pernah ada kasus, tapi tetap menginginkan anaknya sekolah,” jelasnya.
Retno mengatakan, 25% dari orang tua yang menolak kebijakan PTM 100% meminta agar PTM dihentikan sementara saja. Bukan dihentikan secara total.
“Pertama ada yang minta dihentikan sampai Maret 2022, ada yang dua minggu setelah libur lebaran, lalu ada yang (ingin) dihentikan sampai mulai ajaran baru,” ujar Retno.
Kendati demikian, pihak KPAI lebih setuju jika PTM 100% dihentikan untuk sementara. Setidaknya sampai Maret 2022. (
Fatha Annisa)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)