Aksi Duka Cita Air Asia di Bundaran Tugu Titik Nol Kilometer, Solo, Jawa Tengah-- Antara/Andika Betha
Aksi Duka Cita Air Asia di Bundaran Tugu Titik Nol Kilometer, Solo, Jawa Tengah-- Antara/Andika Betha

Tim SAR Berpacu dengan Waktu

Tri Kurniawan • 07 Januari 2015 18:56
medcom.id, Jakarta: Cuaca buruk masih menghalangi pergerakan Tim Search and Rescue (SAR) gabungan untuk mencari korban, badan pesawat, dan kotak hitam (black box) pesawat AirAsia di perairan Selat Karimata. Basarnas meminta semua pihak memahami kondisi tersebut.
 
Meski demikian, Tim SAR gabungan tak patah semangat. Proses pencarian terus dilakukan. Sejak semalam, pencarian bergeser ke timur dan berharap tim bisa menemukan badan pesawat. Tim SAR harus berpacu dengan waktu, karena cuaca bisa berubah-ubah kapan pun.
 
"Waktu bekerja sangat pendek. Kalau pagi cerah, begitu sampai lokasi mulai mendung, hujan deras, ombak naik, dan laut keruh. Pukul 09.00 WIB mulai begitu. Sore, ada satu jam laut tenang. Begitu operasi awan mulai tebal, ombak tinggi, pandangan terbatas. Selalu seperti itu. Itu jadi kendala kami di lapangan," kata Deputi Potensi SAR Basarnas, Marsekal Muda Sunarbowo Sandi di Kantor Metro Tv, Jalan Pilar, Jakarta Barat, Rabu (7/1/2015).

Sunarbowo sempat bertugas selama tujuh hari di posko evakuasi di Pangkalan Udara Iskandar, Pangkalan Bun, Kotawaringin Barat, Kalimantan Tengah. Cuaca buruk mematahkan upaya kapal Indonesia dan bantuan dari luar negeri mencari korban, badan, dan kotak hitam AirAsia. Hingga siang tadi, korban yang sudah ditemukan sebanyak 40.
 
"Kemarin, kondisi (korban) sudah tak terlalu bagus. Ini bukan pesimistis, tapi ke depan perlu pemakluman. Bukan kami tidak mampu, tapi harus berkejaran dengan waktu," ujar Sunarbowo.
 
Lokasi operasi seluas 240 mil laut, menurutnya, tak jadi kendala jika cuaca bersahabat. Enam unit kapal asing dengan kecanggihan tingkat tinggi, diyakini Sunarbowo, sangat membantu pencarian. Dia menilai, Tim SAR tak kekurangan bantuan peralatan.
 
"Waktu pertama dapat jenazah, mengambil saja kami tidak bisa dengan tenang karena ombak tiga sampai lima meter. Jadi kondisi di lapangan memang tidak mudah," terangnya.
 
Beban Tim SAR semakin berat, karena sinyal kotak hitam hanya bertahan selama 30 hari. Hingga hari ini, pesawat tujuan Surabaya-Singapura itu sudah tenggelam di laut selama 11 hari. "Kalau lewat dari 30 hari mati (sinyal kotak hitam)," imbuhnya.
 
Kepala Bidang Meteorologi Penerbangan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Mustari Heru Jatmika mengatakan, cuaca buruk akan berlangsung hingga Februari. Ditandai mengumpulnya awan di Laut Jawa dan selatan Kalimantan sampai Selat Karimata dan Laut China Selatan. Cuaca buruk paling terasa di Laut Jawa.
 
"Proses evakuasi bisa terkendala karena itu. Aktivitas cuaca jika disertai awan cumbulonimbus seperti diketahui ada fenomena berbahaya bagi pesawat. Munculnya diikuti angin kencang dan gelombang," paparnya.
 
Pagi tadi, Kapal Geo Survey berhasil mengidentifikasi keberadaan ekor pesawat AirAsia di area pencarian sektor prioritas kedua. Objek dengan dimensi 10X5X3 meter itu diketahui melalui sistem sonar.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(TRK)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan