Jakarta: Dharma Setyawan adalah sosok yang menyulap salah satu lahan bambu kumuh yang semula dijadikan tempat pembuangan sampah menjadi pasar kreatif dengan aneka kuliner ibu-ibu Yosomulyo.
Bersama dengan mahasiswa dan komunitas remaja masjid, pria kelahiran Lampung ini juga menghias rumah-rumah warga dengan mural, hingga indah berwarna-warni. Ia juga menggelar festival permainan tradisional.
Saat ini, sebuah desa yang disulap menjadi desa wisata tersebut menjadi topik pembicaraan karena alamnya yang keren dan terdapat atraksi yang menarik, sehingga banyak orang kemudian beramai-ramai mendatangi desa itu untuk berwisata.
Selain menjadi desa wisata yang mempesona, kesejahteraan masyarakat desanya juga secara ekonomi meningkat dan taraf kehidupannya menjadi maju. Tentunya, hal tersebut tak lepas dari sosok tokoh penggerak yaitu Dharma Setyawan.
Inisiasi pasar kreatif
Dharma Setyawan yang berasal dari Lampung Metro, Provinsi Lampung, berhasil membangun desa dikenal dengan gagasan pasar kreatif diciptakannya, yang diberi nama Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi). Desa Payungi menjadi tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
Untuk Dharma inti dari pasar ini bukan pada keuntungan semata, tetapi lebih kepada mengembalikan lagi budaya gotong royong, semangat merawat tradisi, dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian.
Gelaran pertama pasar ini dibuka pada 28 Oktober 2018. Dharma pun tidak menyangka dari gelaran pertama itu total uang yang terkumpul mencapai Rp 16 juta. Dharma berhasil mewujudkan dan melihat potensi ibu-ibu di desanya dalam hal kuliner dengan membuat pasar kreatif ini di tengah kampung setiap hari minggu.
Setiap minggunya Payungi menerima hampir 2000 orang. Rata-rata setiap kali gelaran omset mencapai Rp 40-50 juta. Untuk mendapatkan omset sebesar itu, masyarakat Yosomulyo tidak lepas dari gotong royong.
Setiap Sabtu baik pagi dan sore hari, masyarakatnya membersihkan daerah yang digunakan untuk membuka gelaran pasar. Setiap hari Minggu pagi, mereka bersiap-siap. Payungi terlihat seperti pasar kaget atau pasar kreatif pada umumnya.
Saat ini, Payungi telah berkembang dan terus mengembangkan berbagai program dan kegiatan, seperti Pesantren Wirausaha, Payungi University, Kampung Bahasa Payungi, Women and Environment Studies (WES), Kampung Kopi, dan Rumah Anak Payungi.
Dharma juga berharap kampung yang telah digagasnya terus maju dan berkembang. Seluruh potensi yang ada di masyarakat sedapat mungkin diberdayakan guna memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri. Mulai dari lahan kosong, ide-ide segar dan kreativitas dari masyarakat yang selalu diutamakan.
Berkat usaha dan kerja kerasnya untuk membangun perekonomian di desanya, Dharma Setyawan masuk kedalam salah satu nominator sosok inspiratif dalam program Kick Andy Heroes 2023.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id
Jakarta: Dharma Setyawan adalah sosok yang menyulap salah satu lahan bambu kumuh yang semula dijadikan tempat pembuangan sampah menjadi pasar kreatif dengan aneka kuliner ibu-ibu Yosomulyo.
Bersama dengan mahasiswa dan komunitas remaja masjid, pria kelahiran Lampung ini juga menghias rumah-rumah warga dengan mural, hingga indah berwarna-warni. Ia juga menggelar festival permainan tradisional.
Saat ini, sebuah desa yang disulap menjadi desa wisata tersebut menjadi topik pembicaraan karena alamnya yang keren dan terdapat atraksi yang menarik, sehingga banyak orang kemudian beramai-ramai mendatangi desa itu untuk berwisata.
Selain menjadi desa wisata yang mempesona, kesejahteraan masyarakat desanya juga secara ekonomi meningkat dan taraf kehidupannya menjadi maju. Tentunya, hal tersebut tak lepas dari sosok tokoh penggerak yaitu Dharma Setyawan.
Inisiasi pasar kreatif
Dharma Setyawan yang berasal dari Lampung Metro, Provinsi Lampung, berhasil membangun desa dikenal dengan gagasan pasar kreatif diciptakannya, yang diberi nama
Pasar Yosomulyo Pelangi (Payungi). Desa Payungi menjadi tujuan wisata yang banyak dikunjungi wisatawan.
Untuk Dharma inti dari pasar ini bukan pada keuntungan semata, tetapi lebih kepada mengembalikan lagi budaya gotong royong, semangat merawat tradisi, dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk meningkatkan perekonomian.
Gelaran pertama pasar ini dibuka pada 28 Oktober 2018. Dharma pun tidak menyangka dari gelaran pertama itu total uang yang terkumpul mencapai Rp 16 juta. Dharma berhasil mewujudkan dan melihat potensi ibu-ibu di desanya dalam hal kuliner dengan membuat pasar kreatif ini di tengah kampung setiap hari minggu.
Setiap minggunya Payungi menerima hampir 2000 orang. Rata-rata setiap kali gelaran omset mencapai Rp 40-50 juta. Untuk mendapatkan omset sebesar itu, masyarakat Yosomulyo tidak lepas dari gotong royong.
Setiap Sabtu baik pagi dan sore hari, masyarakatnya membersihkan daerah yang digunakan untuk membuka gelaran pasar. Setiap hari Minggu pagi, mereka bersiap-siap. Payungi terlihat seperti pasar kaget atau pasar kreatif pada umumnya.
Saat ini, Payungi telah berkembang dan terus mengembangkan berbagai program dan kegiatan, seperti Pesantren Wirausaha, Payungi University, Kampung Bahasa Payungi, Women and Environment Studies (WES), Kampung Kopi, dan Rumah Anak Payungi.
Dharma juga berharap kampung yang telah digagasnya terus maju dan berkembang. Seluruh potensi yang ada di masyarakat sedapat mungkin diberdayakan guna memberikan manfaat bagi masyarakat itu sendiri. Mulai dari lahan kosong, ide-ide segar dan kreativitas dari masyarakat yang selalu diutamakan.
Berkat usaha dan kerja kerasnya untuk membangun perekonomian di desanya, Dharma Setyawan masuk kedalam salah satu nominator sosok inspiratif dalam program
Kick Andy Heroes 2023.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(SUR)