Jakarta: Istilah Wahabi dan Salafi hingga saat ini menjadi perdebatan. Pasalnya, maraknya aksi terorisme di Indonesia kerap dikaitkan dengan pemikiran dan ide Wahabi/Salafi yang disebut menjadi pintu masuk terorisme.
Dalam sebuah kajiannya yang beredar di Youtube, Ustadz Abdul Somad (UAS) pernah membahas tentang Wahabi dan Salafi. Menurutnya, pada dasarnya tidak ada perbedaan antara Wahabi dan Salafi.
"Wahabi berasal dari Muhammad Bin Abdul Wahab, maka pengikutnya disebut Wahabi tapi karena nama itu begitu buruk, negatif berganti nama menjadi Salafi. Salafi baju baru, Wahabi baju lama," kata Abdul Somad.
UAS menambahkan, pengikut Wahabi/Salafi tidak semuanya masuk kategori ekstrim. "Ada yang esktrim, seperti membunuh orang, yang lain dari dia boleh dipancung, tapi ada juga yang tengah-tengah, masih bisa berdialog karena dia membahas dan membatah tahayul, bidah, kurafat."
"Kita sering mendengar sebuah hadist yang terkenal, umat terpecah 73 golongan. Semua masuk neraka hanya satu golongan yang masuk surga, salafi berkeyakinan dari semua golongan tersebut, golongan yang masuk surga hanya salafi saja, yang lain masuk neraka," terang UAS.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj berpendapat jika ingin memberantas terorisme dan radikalisme maka harus memberantas benihnya.
"Kalau kita benar-benar sepakat ingin menghadapi dan menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya yang harus dihabisi. Pintu masuknya yang harus kita habisi. Apa pintu masuknya? Wahabi," kata Said Aqil dikutip dari saluran youtube TVNU, Selasa (30/3/2021).
"Wahabi adalah pintu masuk terorisme. Wahabi memang bukan terorisme. Tetapi, pintu masuknya. Kalau sudah Wahabi, ini dan itu dianggap musyrik. Ini dan itu enggak boleh, ini itu sesat, ini itu kafir. Pengajarannya hanya satu langkah lagi sudah halal darahnya boleh dibunuh," beber Said Aqil.
Baru-baru ini kembali terjadi aksi bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu 28 Maret pagi hari. Pasangan suami istri menjadi pelakunya. Kedua pelaku masing-masing berinisial L dan YSF. Mereka melakukan aksinya di depan gerbang gereja pada pukul 10.35 Wita.
Jakarta: Istilah Wahabi dan Salafi hingga saat ini menjadi perdebatan. Pasalnya, maraknya aksi terorisme di Indonesia kerap dikaitkan dengan pemikiran dan ide Wahabi/Salafi yang disebut menjadi pintu masuk
terorisme.
Dalam sebuah kajiannya yang beredar di Youtube, Ustadz Abdul Somad (UAS) pernah membahas tentang Wahabi dan Salafi. Menurutnya, pada dasarnya tidak ada perbedaan antara Wahabi dan Salafi.
"Wahabi berasal dari Muhammad Bin Abdul Wahab, maka pengikutnya disebut Wahabi tapi karena nama itu begitu buruk, negatif berganti nama menjadi Salafi. Salafi baju baru, Wahabi baju lama," kata Abdul Somad.
UAS menambahkan, pengikut Wahabi/Salafi tidak semuanya masuk kategori ekstrim. "Ada yang esktrim, seperti membunuh orang, yang lain dari dia boleh dipancung, tapi ada juga yang tengah-tengah, masih bisa berdialog karena dia membahas dan membatah tahayul, bidah, kurafat."
"Kita sering mendengar sebuah hadist yang terkenal, umat terpecah 73 golongan. Semua masuk neraka hanya satu golongan yang masuk surga, salafi berkeyakinan dari semua golongan tersebut, golongan yang masuk surga hanya salafi saja, yang lain masuk neraka," terang UAS.
Sementara itu, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj berpendapat jika ingin memberantas terorisme dan radikalisme maka harus memberantas benihnya.
"Kalau kita benar-benar sepakat ingin menghadapi dan menghabisi jaringan terorisme dan radikalisme, benihnya yang harus dihabisi. Pintu masuknya yang harus kita habisi. Apa pintu masuknya? Wahabi," kata Said Aqil dikutip dari saluran youtube TVNU, Selasa (30/3/2021).
"Wahabi adalah pintu masuk terorisme. Wahabi memang bukan terorisme. Tetapi, pintu masuknya. Kalau sudah Wahabi, ini dan itu dianggap musyrik. Ini dan itu enggak boleh, ini itu sesat, ini itu kafir. Pengajarannya hanya satu langkah lagi sudah halal darahnya boleh dibunuh," beber Said Aqil.
Baru-baru ini kembali terjadi aksi bom bunuh diri yang terjadi di Gereja Katedral, Makassar, Sulawesi Selatan, pada Minggu 28 Maret pagi hari. Pasangan suami istri menjadi pelakunya. Kedua pelaku masing-masing berinisial L dan YSF. Mereka melakukan aksinya di depan gerbang gereja pada pukul 10.35 Wita.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ACF)