medcom.id, Jakarta: Empat anggota Force Police Unit (FPU) VIII Polri hanya bisa pasrah pernikahannya harus tertunda. Pasalnya, isu penyelundupan senjata ditujukan kepada FPU VIII di Sudan.
Pesta pernikahan serta segala sesuatunya sejatinya sudah disiapkan. Semuanya tinggal menunggu kepulangan mereka ke Tanah Air.
Pernikahan pun batal dilaksanakan sesuai tanggal yang sudah ditentukan. Namun, mereka kini sudah bisa bernapas lega.
"Setelah acara ini, mereka balik (pulang), langsung," kata Kepala Satgas FPU VIII AKBP John Huntal Sitanggang di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 17 Maret 2017.
John menuturkan, jelas identitas anggotanya itu. Dia hanya berkisah, sempat ada ide agar pernikahan dilakukan via Skype.
Kamp FPU VIII bahkan hendak didekorasi layaknya pesta pernikahan. "Dia berdiri di situ, di sana (tempat calon) ada acara, yang di sini juga. Tapi akhirnya dibatalkan," ujar dia.
Kini, para personel Polri itu sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. John mengatakan, mereka segera kembali ke wilayah asal masing-masing, termasuk empat calon mempelai.
Medio Desember 2015, FPU VIII diberangkatkan ke Sudan. Kala itu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pengiriman petugas ke daerah konflik merupakan implementasi tujuan nasional untuk berperan aktif sebagai pasukan perdamaian di PBB.
Namun, FPU VIII diterpa isu tidak sedap. Mereka diduga terlibat penyelundupan senjata. Sekitar 10 tas berisi senjata api dan amunisi ditemukan di teras Bandara Udara El Fasher pada Kamis, 19 Januari 2017, saat FPU VIII hendak pulang.
Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan bukti-bukti yang cukup atas dugaan keterlibatan FPU VIII dalam penyelundupan senjata. Mereka pun dipersilakan pulang dan tiba di Tanah Air 5 Maret 2017. Sekitar 43 hari kepulangan mereka tertunda.
medcom.id, Jakarta: Empat anggota Force Police Unit (FPU) VIII Polri hanya bisa pasrah pernikahannya harus tertunda. Pasalnya, isu penyelundupan senjata ditujukan kepada FPU VIII di Sudan.
Pesta pernikahan serta segala sesuatunya sejatinya sudah disiapkan. Semuanya tinggal menunggu kepulangan mereka ke Tanah Air.
Pernikahan pun batal dilaksanakan sesuai tanggal yang sudah ditentukan. Namun, mereka kini sudah bisa bernapas lega.
"Setelah acara ini, mereka balik (pulang), langsung," kata Kepala Satgas FPU VIII AKBP John Huntal Sitanggang di Mabes Polri, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis 17 Maret 2017.
John menuturkan, jelas identitas anggotanya itu. Dia hanya berkisah, sempat ada ide agar pernikahan dilakukan via Skype.
Kamp FPU VIII bahkan hendak didekorasi layaknya pesta pernikahan. "Dia berdiri di situ, di sana (tempat calon) ada acara, yang di sini juga. Tapi akhirnya dibatalkan," ujar dia.
Kini, para personel Polri itu sudah kembali ke pangkuan Ibu Pertiwi. John mengatakan, mereka segera kembali ke wilayah asal masing-masing, termasuk empat calon mempelai.
Medio Desember 2015, FPU VIII diberangkatkan ke Sudan. Kala itu, Kapolri Jenderal Badrodin Haiti mengatakan pengiriman petugas ke daerah konflik merupakan implementasi tujuan nasional untuk berperan aktif sebagai pasukan perdamaian di PBB.
Namun, FPU VIII diterpa isu tidak sedap. Mereka diduga terlibat penyelundupan senjata. Sekitar 10 tas berisi senjata api dan amunisi ditemukan di teras Bandara Udara El Fasher pada Kamis, 19 Januari 2017, saat FPU VIII hendak pulang.
Dari hasil pemeriksaan, tidak ditemukan bukti-bukti yang cukup atas dugaan keterlibatan FPU VIII dalam penyelundupan senjata. Mereka pun dipersilakan pulang dan tiba di Tanah Air 5 Maret 2017. Sekitar 43 hari kepulangan mereka tertunda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)