Menteri Kesehatan Nila F Moeloek--Antara/Widodo S Jusuf
Menteri Kesehatan Nila F Moeloek--Antara/Widodo S Jusuf

Masalah Gizi, Konsumsi Ikan Bisa Jadi Solusi

M Sholahadhin Azhar • 04 Juli 2017 02:42
medcom.id, Jakarta: Masalah gizi yang menerpa bayi lahir dengan efek stunting, atau pendek kerap terjadi di Tanah Air. Adapun kasus balita stunting ditemukan di sebagian wilayah Indonesia, terutama di wilayah Nusa Tenggara, Sulawesi, Kalimantan dan Papua. 
 
Menyiasati hal itu, ibu hamil diminta harus bisa mengoptimalisasi asupan gizi, terutama dengan konsumsi ikan. "Mungkin ada budaya yang harus kita cerahkan. Ada yang bilang bau anyir lah nanti kalau hamil, lalu ibunya tidak boleh makan apa-apa kalau habis melahirkan”, kata Menteri Kesehatan, Nila Moeloek melalui pesan tertulis, Senin 3 Juli 2017.
 
Menurut Nila, masalah stunting ini serius karena presentasenya hampir menyentuh 50 persen. Saat ini berdasarkan data yang dibeberkan Kemenkes, 4 dari 10 bayi di Indonesia terjangkiti gizi buruk atau stunting.

Di sisi lain Indonesia memiliki peluang bonus demografi pada tahun 2035. Namun, masih tingginya angka balita yang mengalami stunting atau pendek bisa mengancam peluang tersebut. 
 
Data pemantauan status gizi (PSG) tahun 2016 menyebutkan jumlah balita stunting 27,5 persen (sangat pendek 8,5 persen dan pendek 19 persen). Sementara target WHO adalah di bawah 20 persen. 
 
Untuk diketahui, stunting merupakan kondisi di mana perkembangan tinggi badan yang tidak optimal, yang akhirnya berdampak pada kualitas kecerdasan menjadi tidak seperti yang kita harapkan.
 
Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Anung Sugihantono menerangkan bahwa dalam mengatasi permasalahan gizi terdapat dua solusi yang dapat dilakukan. Yaitu dengan intervensi spesifik dan sensitif. 
 
Intervensi spesifik diarahkan untuk mengatasi penyebab langsung dan tidak langsung masalah gizi, sedangkan intervensi sensitif diarahkan untuk mengatasi akar masalahnya dan sifatnya jangka panjang. 
 
“Intervensi sensitif salah satunya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dari orang tua atau keluarga tentang hal-hal yang berkaitan dengan gizi”, terang Anung. 
 
Anung menambahkan, kurangnya pengetahuan masyarakat dalam pengolahan menjadikan ikan kurang peminat untuk disajikan menjadi menu andalan keluarga. 
 
“Ikan di sekitar mereka banyak. Tetapi tidak mereka konsumsi. Karena kebanyakan dari mereka hanya bisa memasak ikan digoreng dan dibakar saja. Anak-anak jadi lebih cepat bosan makan menu ikan”, terang Anung.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News

Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(DHI)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan