medcom.id, Jakarta: Peneliti dari Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Setyo S. Moersidik mengatakan, kebutuhan air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia sangat besar. Menurut data Asosiasi perusahaan Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), kebutuhan AMDK pada 2013 sebesar 21,34 miliar liter dan meningkat menjadi 23,9 miliar liter pada 2014.
Sedangkan pada tahun ini, kebutuhan AMDK diperkirakan akan meningkat 11 persen menjadi 26,5 miliar liter.
"Bagaimana caranya penyediaan air bersih dari PDAM untuk menghasilkan kualitas air layak minum bagi pelanggan sehingga mengurangi ketergantungan AMDK, ini yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan," ujar Setyo dalam sebuah diskusi Forum Ilmiah di Hotel Bidakara Jakarta, Rabu (22/4/2015)
Setyo mengatakan, salah satu kendala dalam pembangunan air minum adalah dominasi perusahaan air minum oleh pihak swasta. Hal ini, kata Setyo, merugikan masyarakat terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Pasalnya, dengan dominasi perusahaan swasta terhadap air mainum, maka akses masyarakat menengah ke bawah terhadap air bersih semakin terbatas karena tingginya harga air.
"Jika dominasi air dikelola oleh pihak swasta pada sebuah negara, ini bisa menjadi salah satu kegagalan negara dan pemerintah dalam mengelola urusan publiknya," kata Dosen UI ini.
medcom.id, Jakarta: Peneliti dari Fakultas Teknik Lingkungan Universitas Indonesia (UI) Setyo S. Moersidik mengatakan, kebutuhan air minum dalam kemasan (AMDK) di Indonesia sangat besar. Menurut data Asosiasi perusahaan Asosiasi Perusahaan Air Minum dalam Kemasan Indonesia (Aspadin), kebutuhan AMDK pada 2013 sebesar 21,34 miliar liter dan meningkat menjadi 23,9 miliar liter pada 2014.
Sedangkan pada tahun ini, kebutuhan AMDK diperkirakan akan meningkat 11 persen menjadi 26,5 miliar liter.
"Bagaimana caranya penyediaan air bersih dari PDAM untuk menghasilkan kualitas air layak minum bagi pelanggan sehingga mengurangi ketergantungan AMDK, ini yang perlu dikembangkan dan ditingkatkan," ujar Setyo dalam sebuah diskusi Forum Ilmiah di Hotel Bidakara Jakarta, Rabu (22/4/2015)
Setyo mengatakan, salah satu kendala dalam pembangunan air minum adalah dominasi perusahaan air minum oleh pihak swasta. Hal ini, kata Setyo, merugikan masyarakat terutama kalangan ekonomi menengah ke bawah.
Pasalnya, dengan dominasi perusahaan swasta terhadap air mainum, maka akses masyarakat menengah ke bawah terhadap air bersih semakin terbatas karena tingginya harga air.
"Jika dominasi air dikelola oleh pihak swasta pada sebuah negara, ini bisa menjadi salah satu kegagalan negara dan pemerintah dalam mengelola urusan publiknya," kata Dosen UI ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LOV)