Jakarta: Vaksin Sinovac yang baru saja tiba di Indonesia beberapa waktu lalu, sedang dilakukan tahap uji klinis dan monitoring. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan prosedur ini dilakukan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat.
"Semua subjek sudah disuntik. Kami sedang memonitor untuk mendapatkan data keamanan dan efektivitas vaksin," ujar Direktur Registrasi Obat BPOM Lucia Rizka Andalusia, pada program acara Prime Talk di Metro TV, Kamis, 8 Desember 2020.
Monitoring dilakukan pada satu bulan, tiga bulan, hingga enam bulan setelah subjek disuntik. Setelah itu, akan dilihat keamanan dan efektivitas vaksin. Konfirmasi data tersebut akan diberikan oleh PT Biofarma dan Sinovac.
"Hal ini menjadi dasar BPOM untuk memberikan persetujuan, atau disebut emergency use authorization (EUA)," ujar Rizka.
Rizka mengakui seluruh tim sedang bekerja keras saat ini, khususnya peneliti Bandung di mana vaksin Sinovac dilakukan uji klinis.
Dalam praktek uji klinis dan monitoring, BPOM menggandeng seluruh tim pakar, peneliti, dan Komite Penanganan Covid-19. BPOM juga menyertakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memastikan kehalalan vaksin Sinovac.
"Kami bersama MUI mengevaluasi bersama-sama. MUI punya wewenang terkait sertifikasi halal. Sementara, BPOM dari sisi khasiat dan mutu vaksin," ujarnya.
Sebelumnya, Rizka menargetkan vaksin Sinovac dapat digunakan pada pekan ketiga Januari 2021. Ketika dikonfirmasi ulang, Rizka tak mengiyakan janji tersebut.
"Mudah-mudahan. Kami sedang menunggu data dari PT Biofarma dan Sinovac untuk data keamanannya," ucap Rizka.
Sambil menunggu ketersediaan vaksin, ingatlah selalu untuk menerapkan 3M di mana pun dan kapan pun, yaitu #pakaimasker, #jagajarak dan #jagajarakhindarikerumunan, serta #cucitangan dan #cucitanganpakaisabun untuk mencegah penularan covid-19 sesuai anjuran pemerintah melalui #satgascovid19.
Jakarta: Vaksin Sinovac yang baru saja tiba di Indonesia beberapa waktu lalu, sedang dilakukan tahap uji klinis dan monitoring. Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memastikan prosedur ini dilakukan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan masyarakat.
"Semua subjek sudah disuntik. Kami sedang memonitor untuk mendapatkan data keamanan dan efektivitas vaksin," ujar Direktur Registrasi Obat BPOM Lucia Rizka Andalusia, pada program acara Prime Talk di Metro TV, Kamis, 8 Desember 2020.
Monitoring dilakukan pada satu bulan, tiga bulan, hingga enam bulan setelah subjek disuntik. Setelah itu, akan dilihat keamanan dan efektivitas vaksin. Konfirmasi data tersebut akan diberikan oleh PT Biofarma dan Sinovac.
"Hal ini menjadi dasar BPOM untuk memberikan persetujuan, atau disebut emergency use authorization (EUA)," ujar Rizka.
Rizka mengakui seluruh tim sedang bekerja keras saat ini, khususnya peneliti Bandung di mana vaksin Sinovac dilakukan uji klinis.
Dalam praktek uji klinis dan monitoring, BPOM menggandeng seluruh tim pakar, peneliti, dan Komite Penanganan Covid-19. BPOM juga menyertakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk memastikan kehalalan vaksin Sinovac.
"Kami bersama MUI mengevaluasi bersama-sama. MUI punya wewenang terkait sertifikasi halal. Sementara, BPOM dari sisi khasiat dan mutu vaksin," ujarnya.
Sebelumnya, Rizka menargetkan vaksin Sinovac dapat digunakan pada pekan ketiga Januari 2021. Ketika dikonfirmasi ulang, Rizka tak mengiyakan janji tersebut.
"Mudah-mudahan. Kami sedang menunggu data dari PT Biofarma dan Sinovac untuk data keamanannya," ucap Rizka.
Sambil menunggu ketersediaan vaksin, ingatlah selalu untuk menerapkan 3M di mana pun dan kapan pun, yaitu #pakaimasker, #jagajarak dan #jagajarakhindarikerumunan, serta #cucitangan dan #cucitanganpakaisabun untuk mencegah penularan covid-19 sesuai anjuran pemerintah melalui #satgascovid19.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ROS)