Sumanto Al-Qurtubi Dosen King Fahd University of Petroleum dan Minerals Dhahran, Saudi Arabia saat jadi pembicara Webinar Internasioanal Peringatan Hari Santri 2021 RMI PBNU Seri ke-2, dengan tajuk ‘Santri Membangun Negeri: Sudut Pandang Politik, Ekonomi,
Sumanto Al-Qurtubi Dosen King Fahd University of Petroleum dan Minerals Dhahran, Saudi Arabia saat jadi pembicara Webinar Internasioanal Peringatan Hari Santri 2021 RMI PBNU Seri ke-2, dengan tajuk ‘Santri Membangun Negeri: Sudut Pandang Politik, Ekonomi,

Peringati HSN 2021

Santri Diminta Berperan Aktif Antisipasi Fenomena Gerakan Intoleran

Medcom • 22 Oktober 2021 11:26
Jakarta: Fenomena munculnya kelompok intoleransi di tanah air cukup mengkhawatirkan untuk masa depan agama, kerukunan dan keutuhan bangsa, serta Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sebab itu, para santri, sebagai penerus masa depan bangsa Indonesia, memilki tanggung jawab besar untuk mengantisipasi fenomena membahayakan tersebut dengan serius.
 
Dosen King Fahd University of Petroleum dan Minerals Dhahran Saudi Arabia Sumanto Al-Qurtuby menegaskan, kelompok intoleran tersebut apabila tidak diantisipasi dapat membahayakan kelompok-kelompok moderat di Indonesia.
 
"Kelompok-kelompok ini (intoleran) ke depan jika tidak diantisipasi dengan baik mereka bukan hanya membahayakan nonmuslim atau kelompok minoritas agama saja. Tetapi juga kelompok-kelompok Islam moderat seperti santri dan NU ke depannya. Itu sudah sangat pasti sekali dan itu sudah terjadi diberbagai macam negara," kata Sumanto saat menjadi pembicara dalam Webinar Internasioanal Peringatan Hari Santri 2021 RMI PBNU Seri ke-2, dengan tajuk ‘Santri Membangun Negeri: Sudut Pandang Politik, Ekonomi, Budaya dan Revolusi Teknologi’, Kamis, 21 Oktober 2021.

Selain mengancam kebinekaan, menurut Sumanto, kelompok intoleran itu ancaman bagi tradisi dan kebudayaan, eksistensi kebangsaan atau nasionalisme, serta fondasi kenegaraan. Sekaligus ancaman bagi kemajuan dan kemodernan negara.
 
"Kenapa kita para santri perlu dan harus menyikapi ini dengan serius, karena kelompok-kelompok ini memang menjadi ancaman yang serius bukan hanya bagi kita sebagai santri, NU dan pesantren. Tetapi juga ancaman bagi bangsa dan negara kebinekaan Indonesia di kemudian hari," ujar Direktur Nusantara Institute itu.
 

"Kita sebagai santri turut berperan aktif, baik di dunia maya maupun di dunia nyata. Kita harus betul-betul berperan aktif sesuai dengan porsi, kapasitas dan kemampuan kita masing-masing. Santri jangan menjadi silent majority harus menjadi noise majority," imbuhnya.
 
Acara webinar seri kedua ini dihadiri Mendikbud-Ristek Nadiem Anwar Makarim, Ketua Ketua RMI- PBNU Abdul Ghofar Rozin dan lima intelektual Nahdlatual Ulama dari pelbagai bidang dan konsentrasi masing-masing sebagai pembicara.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

social
FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan