Jakarta: Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan varian Mu bisa menurunkan efikasi vaksin covid-19. Pasalnya, varian itu dapat beradaptasi dengan antibodi yang diciptakan dari vaksinasi.
"Varian Mu punya protein yang bisa beradaptasi terhadap antibodi. Jadi, menurut saya karena adaptasi itu dia bisa tahan sedikit. Jadi, semua vaksin akan menurun efikasinya sama dengan variant of interest (VOI) lain," kata Yunis di Jakarta, Kamis, 9 September 2021.
Menurut dia, tingkat penularan dan keparahan penyakit yang disebabkan varian Mu sama dengan varian Alpha. Namun, penularan dan keparahannya tidak menandingi varian Delta.
"Penularannya sama dengan Alpha, menurunkan efektivitasnya sama dengan Alpha, dan masuk pada variant of interest," tutur .
Baca: 9 September, 1,7 Juta Orang Disuntik Vaksin Covid-19
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan suatu varian virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 sebagai VOI dengan beberapa kriteria. Hal ini meliputi varian tersebut memiliki perubahan genetik yang diperkirakan atau diketahui memengaruhi karakteristik virus, seperti penularan, keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, pelepasan diagnostik, atau terapeutik.
Variant of interest juga diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa klaster covid-19. Di banyak negara, prevalensi relatif meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu atau dampak epidemiologis nyata lainnya yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global.
Saat ini, varian yang masuk daftar VOI adalah varian Eta, Iota, Kappa, Lambda, dan Mu. Untuk mencegah masuknya varian Mu ke dalam Indonesia, pemerintah tidak mengizinkan pendatang dari Kolombia atau negara-negara yang memiliki kasus temuan varian Mu masuk ke Tanah Air.
Selain itu, pemerintah harus terus mengurutkan genom virus atau whole genome sequencing untuk melacak keberadaan virus tersebut di tengah masyarakat. Jika nantinya boleh masuk ke dalam negeri, wisatawan harus karantina maksimal, yakni lebih dari 10 hari untuk memastikan dalam masa inkubasi virus, benar-benar tidak ada gejala covid-19 yang muncul.
"Kalau kurang (masa karantina) nanti kita kemasukan varian baru atau bahkan kemasukan varian-varian yang ada di dunia. Kita akan jadi negara dengan terlengkap dengan variannya," ujar Yunis.
Hai Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/Ovo @Rp50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkesan. Salam hangat.
Jakarta: Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengatakan varian Mu bisa menurunkan efikasi vaksin
covid-19. Pasalnya, varian itu dapat beradaptasi dengan antibodi yang diciptakan dari vaksinasi.
"Varian Mu punya protein yang bisa beradaptasi terhadap antibodi. Jadi, menurut saya karena adaptasi itu dia bisa tahan sedikit. Jadi, semua vaksin akan menurun efikasinya sama dengan
variant of interest (VOI) lain," kata Yunis di Jakarta, Kamis, 9 September 2021.
Menurut dia, tingkat penularan dan keparahan penyakit yang disebabkan
varian Mu sama dengan varian Alpha. Namun, penularan dan keparahannya tidak menandingi varian Delta.
"Penularannya sama dengan Alpha, menurunkan efektivitasnya sama dengan Alpha, dan masuk pada
variant of interest," tutur .
Baca:
9 September, 1,7 Juta Orang Disuntik Vaksin Covid-19
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengklasifikasikan suatu varian virus SARS-CoV-2 penyebab covid-19 sebagai VOI dengan beberapa kriteria. Hal ini meliputi varian tersebut memiliki perubahan genetik yang diperkirakan atau diketahui memengaruhi karakteristik virus, seperti penularan, keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, pelepasan diagnostik, atau terapeutik.
Variant of interest juga diidentifikasi sebagai penyebab penularan komunitas yang signifikan atau beberapa klaster covid-19. Di banyak negara, prevalensi relatif meningkat bersamaan dengan peningkatan jumlah kasus dari waktu ke waktu atau dampak epidemiologis nyata lainnya yang menunjukkan risiko yang muncul terhadap kesehatan masyarakat global.
Saat ini, varian yang masuk daftar VOI adalah varian Eta, Iota, Kappa, Lambda, dan Mu. Untuk mencegah masuknya varian Mu ke dalam Indonesia, pemerintah tidak mengizinkan pendatang dari Kolombia atau negara-negara yang memiliki kasus temuan varian Mu masuk ke Tanah Air.
Selain itu, pemerintah harus terus mengurutkan genom virus atau
whole genome sequencing untuk melacak keberadaan virus tersebut di tengah masyarakat. Jika nantinya boleh masuk ke dalam negeri, wisatawan harus karantina maksimal, yakni lebih dari 10 hari untuk memastikan dalam masa inkubasi virus, benar-benar tidak ada gejala covid-19 yang muncul.
"Kalau kurang (masa karantina) nanti kita kemasukan varian baru atau bahkan kemasukan varian-varian yang ada di dunia. Kita akan jadi negara dengan terlengkap dengan variannya," ujar Yunis.
Hai Sobat Medcom, terima kasih sudah menjadikan Medcom.id sebagai referensi terbaikmu. Kami ingin lebih mengenali kebutuhanmu. Bantu kami mengisi angket ini yuk
https://tinyurl.com/MedcomSurvey2021 dan dapatkan saldo Go-Pay/Ovo @Rp50 ribu untuk 20 pemberi masukan paling berkesan. Salam hangat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(OGI)