Ketua Museum Rekor Indonesia Jaya Suprana - MI/Rommy Pujianto.
Ketua Museum Rekor Indonesia Jaya Suprana - MI/Rommy Pujianto.

IDI Didesak Segera Selesaikan Polemik Dokter Terawan

Fachri Audhia Hafiez • 06 April 2018 17:43
Jakarta: Ketua Umum Museum Rekor Indonesia Jaya Suprana mendesak Ikatan Dokter Indonesia (IDI) segera menyelesaikan polemik pemecatan dokter Terawan Agus Putranto. Jika masalah berlarut, dikhawatirkan berdampak pada penanganan pasien.
 
"IDI harus bisa menyelesaikan masalah secepat mungkin, karena pasien yang mau periksa menjadi antre. Jangan sampai pasien jadi korban," kata Jaya Suprana saat dihubungi Medcom.id, Jumat, 6 April 2018.
 
Jaya menilai, permasalahan dokter Terawan harus dilihat dari dua sisi, yakni dari profesionalisme dan konsumen. Dia bilang, dari sisi profesionalisme, IDI memiliki hak untuk melakukan pemecatan.

"IDI memang memiliki hak. Mereka punya aturan-aturan main yang mereka tentukan sendiri, dan itu memang hak internal IDI," ujar Jaya.
 
Sementara dari sisi konsumen, Jaya menilai, pasien menjadi dibatasi untuk memilih jasa pelayanan. "Hak konsumen memilih pelayanan yang dinginkan akan semakin terbatas. Karena banyak yang merasa terbantu dengan metode pengobatan dokter Terawan," ujar Jaya.
 
(Baca juga: Agus Hermanto: Dokter Terawan Layak Diganjar Penghargaan)
 
Jaya Suprana dan istrinya, Aylawati Sarwono menjadi salah satu pasien dokter ahli stroke itu. Melalui akun Twitter pribadinya, Aylawati menyayangkan pemecatan dokter Terawan.
 
"Saya dan Jaya Suprana adalah pasien dr Terawan atas kesadaran dan pilihan sendiri untuk menjadi sehat, kami merasakan manfaatnya. Adalah hak konsumen untuk memilih alternatif pengobatan termasuk dengan metoda temuan dokter Terawan maupun pengobatan tradisional dengan Jamu. #SaveDrTerawan," tulisnya di akun @Aylawati beberapa waktu lalu.
 
Terawan didepak dari IDI. Dia terancam diberhentikan IDI karena dianggap melanggar kode etik kedokteran. Ini terkait larangan bagi dokter untuk mengiklankan dan memuji diri sendiri.
 
Terawan diketahui menerapkan terapi pengobatan terhadap stroke iskemik kronik yang dikenal sebagai brain washing atau cuci otak melalui metode diagnostik Digital Substraction Angiography (DSA). Dia diduga mengiklankan secara berlebihan dengan klaim tindakan untuk pengobatan (kuratif) dan pencegahan (preventif).
 
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)


TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan