Jakarta: Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (BNPB) mengungkapkan sepanjang 2023, bencana masih didominasi hidrometeorologi basah seperti banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem. Selain itu kejadian kebakaran hutan dan lahan yang juga mendominasi yakni sebesar 1.802 kejadian.
“Lalu untuk bencana yang besar, di Januari 2023 misalnya kita lihat di Manado banjir sampai ada yang meninggal dunia sebanyak 5 orang dan rumah rusak dan banjir sebanyak 138 rumah,” ungkap Kepala BNPB Suharyanto dalam Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024 di Jakarta, Jumat, 12 Januari 2024.
Kemudian, pada Mei 2023 ada bencana tanah longsor di Papua yang mengakibatkan tiga orang meninggal. Serta ada letusan Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat dengan jumlah meninggal 23 orang.
Dia mengungkap rata-rata terjadi 15 sampai 17 bencana alam setiap satu hari, sepanjang 2023. Menurut dia, jumlah kejadian bencana setiap tahunnya bersifat fluktuatif.
Pada 2021, jumlah kejadian bencana di Indonesia sebanyak 5.402 kejadian, pada 2022 sebanyak 3.544 kejadian dan pada 2023 sebanyak 4.935 kejadian. Adapun, pada 2023 ada lima provinsi dengan jumlah kejadian bencana terbanyak.
"Yakni Jawa Barat 769 kejadian, Jawa Tengah 583 kejadian, Kalimantan selatan 479 kejadian, Sulawesi Selatan 269 kejadian, Kalimantan Timur 262 kejadian," ucap dia.
Meskipun kejadian bencana bersifat fluktuatif, jumlah rumah rusak setiap tahunnya selalu menurun. Pada 2021 ada sebanyak 154.659 rumah rusak, 2022 sebanyak 95.403 kerusakan dan pada 2023 sebanyak 33.560 kerusakan.
Sementara itu, lima provinsi dengan jumlah kerusakan rumah terbanyak akibat bencana tahun 2023 ialah Jawa Barat 7.998, Jawa Timur 3.617 kerusakan, Jawa Tengah 2.767 kerusakan, Sulawesi Selatan 2.455 kerusakan dan Aceh 1.639 kerusakan.
Selain itu, tampak pula penurunan jumlah korban meninggal dan hilang setiap tahunnya. Pada 2021 ada sebanyak 8,2 juta korban terdampak dengan 815 korban meninggal dan hilang.
Kemudian, pada 2022 ada sebanyak 6 juta korban terdampak dengan jumlah korban meninggal dan hilang sebanyak 895 orang. Lalu pada 2023 ada sebanyak 8,8 juta korban terdampak dengan jumlah korban hilang dan meninggal sebanyak 295 orang.
“Kesadaran masyarakat akan mitigasi bencana meningkat dilihat dari dampak seperti kerusakan rumah dan korban meninggal serta hilang menurun,” jelas Suharyanto.
Jakarta: Badan Nasional dan Penanggulangan Bencana (
BNPB) mengungkapkan sepanjang 2023, bencana masih didominasi
hidrometeorologi basah seperti banjir, tanah longsor dan cuaca ekstrem. Selain itu kejadian
kebakaran hutan dan lahan yang juga mendominasi yakni sebesar 1.802 kejadian.
“Lalu untuk bencana yang besar, di Januari 2023 misalnya kita lihat di Manado banjir sampai ada yang meninggal dunia sebanyak 5 orang dan rumah rusak dan banjir sebanyak 138 rumah,” ungkap Kepala BNPB Suharyanto dalam Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024 di Jakarta, Jumat, 12 Januari 2024.
Kemudian, pada Mei 2023 ada bencana
tanah longsor di Papua yang mengakibatkan tiga orang meninggal. Serta ada letusan Gunung Marapi di Kabupaten Agam, Sumatra Barat dengan jumlah meninggal 23 orang.
Dia mengungkap rata-rata terjadi 15 sampai 17 bencana alam setiap satu hari, sepanjang 2023. Menurut dia, jumlah kejadian bencana setiap tahunnya bersifat fluktuatif.
Pada 2021, jumlah kejadian bencana di Indonesia sebanyak 5.402 kejadian, pada 2022 sebanyak 3.544 kejadian dan pada 2023 sebanyak 4.935 kejadian. Adapun, pada 2023 ada lima provinsi dengan jumlah kejadian bencana terbanyak.
"Yakni Jawa Barat 769 kejadian, Jawa Tengah 583 kejadian, Kalimantan selatan 479 kejadian, Sulawesi Selatan 269 kejadian, Kalimantan Timur 262 kejadian," ucap dia.
Meskipun kejadian bencana bersifat fluktuatif, jumlah rumah rusak setiap tahunnya selalu menurun. Pada 2021 ada sebanyak 154.659 rumah rusak, 2022 sebanyak 95.403 kerusakan dan pada 2023 sebanyak 33.560 kerusakan.
Sementara itu, lima provinsi dengan jumlah kerusakan rumah terbanyak akibat bencana tahun 2023 ialah Jawa Barat 7.998, Jawa Timur 3.617 kerusakan, Jawa Tengah 2.767 kerusakan, Sulawesi Selatan 2.455 kerusakan dan Aceh 1.639 kerusakan.
Selain itu, tampak pula penurunan jumlah korban meninggal dan hilang setiap tahunnya. Pada 2021 ada sebanyak 8,2 juta korban terdampak dengan 815 korban meninggal dan hilang.
Kemudian, pada 2022 ada sebanyak 6 juta korban terdampak dengan jumlah korban meninggal dan hilang sebanyak 895 orang. Lalu pada 2023 ada sebanyak 8,8 juta korban terdampak dengan jumlah korban hilang dan meninggal sebanyak 295 orang.
“Kesadaran masyarakat akan mitigasi bencana meningkat dilihat dari dampak seperti kerusakan rumah dan korban meninggal serta hilang menurun,” jelas Suharyanto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)