Jakarta: Pemerintah terus mendorong generasi muda paham soal pentingnya penurunan stunting. Dibutuhkan generasi muda yang unggul untuk meningkatkan produktivitas nasional menuju bonus demografi 2030.
Hal itu disampaikan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Wiryanta dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan stunting bertajuk Genbest Talk 'Cegah Stunting Sejak Remaja, Jaga Nutrisi Selama Puasa', di Magetan.
“Bapak Presiden Jokowi menghendaki di tahun 2024 angka prevalensi stunting di Indonesia itu 14 persen ke bawah,” kata Wiryanta, dilansir Sabtu, 8 April 2023.
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukan angka stunting nasional turun dari 24,4 persen di 2021 menjadi 21,6 persen di 2022. Namun, angka ini masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di bawah 20 persen dan target pemerintah di angka 14 persen.
Untuk mencapai target tersebut, kata Wiryanta, pemerintah tidak hanya fokus menyosialisasikan pencegahan stunting kepada pasangan usia subur, tapi juga kepada generasi muda. Sebab, generasi muda yang akan melahirkan generasi sehat dan bebas stunting di masa depan.
Wiryanta mengatakan semakin dini generasi muda atau remaja mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan memenuhi gizi seimbang, semakin besar kemungkinan di masa depan akan menjadi orang tua yang melahirkan anak bebas stunting.
Dia menambahkan dalam kurun waktu empat hingga enam tahun ke depan jumlah generasi milenial dan Z, atau generasi produktif, jumlahnya akan lebih dari 50 persen dari total penduduk Indonesia. Sehingga, perlu sosialisasi pencegahan stunting sejak dini.
“Jadi bonus demografi nanti tahun 2030, anak-anak yang lahir dari generasi sekarang akan bebas stunting," ujar Wiranta.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan berdasarkan hasil sensus pada 2020, penduduk Indonesia didominasi generasi Z, atau generasi yang lahir dikurun waktu 1997 hingga 2012. Jumlah populasinya mencapai 27,9 persen dari total seluruh populasi penduduk. Angka ini disusul dengan generasi milenial 25,8 persen.
Bupati Magetan Suprawoto mengatakan stunting merupakam program nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus mengampanyekan pencegahan stunting agar generasi muda memiliki kesadaran dan pemahaman soal stunting mulai dari usia dini.
Dia pun berpesan agar generasi muda menikah sesuai umur yang ditentukan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan dinyatakan batas usia minimal perempuan dan laki-laki menikah, yakni 19 tahun.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Rohmat Hidayat menyebut ada sekitar 3.000 bayi di Magetan dam lebih dari 14 persen mengalami stunting.
“Berdasarkan penelitian kami di Magetan, penyebab utamanya, yaitu sekitar 65 persen karena pola asuh," kata Rohmat.
Selain itu, banyak orang tua yang salah dalam menerapkan pemberian nutrisi bagi balita. Sehingga, anaknya mengalami stunting.
“Jadi sejak remaja kalian perlu mengetahui nutrisi yang baik untuk bayi," ujar dia.
Sejak 2019, Kominfo telah menggandeng generasi muda untuk mendukung upaya penurunan prevalensi stunting melalui Kampanye Generasi Bersih dan Sehat (GenBest). Kegiatan ini untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas stunting.
GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs dan media sosial, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id
Jakarta: Pemerintah terus mendorong generasi muda paham soal pentingnya penurunan
stunting. Dibutuhkan generasi muda yang unggul untuk meningkatkan produktivitas nasional menuju bonus demografi 2030.
Hal itu disampaikan Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), Wiryanta dalam diseminasi informasi dan edukasi percepatan penurunan
stunting bertajuk Genbest Talk 'Cegah
Stunting Sejak Remaja, Jaga Nutrisi Selama Puasa', di Magetan.
“Bapak Presiden Jokowi menghendaki di tahun 2024 angka prevalensi
stunting di Indonesia itu 14 persen ke bawah,” kata Wiryanta, dilansir Sabtu, 8 April 2023.
Data Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) menunjukan angka
stunting nasional turun dari 24,4 persen di 2021 menjadi 21,6 persen di 2022. Namun, angka ini masih di atas standar yang ditoleransi Badan Kesehatan Dunia (WHO), yaitu di bawah 20 persen dan target pemerintah di angka 14 persen.
Untuk mencapai target tersebut, kata Wiryanta, pemerintah tidak hanya fokus menyosialisasikan
pencegahan stunting kepada pasangan usia subur, tapi juga kepada generasi muda. Sebab, generasi muda yang akan melahirkan generasi sehat dan bebas
stunting di masa depan.
Wiryanta mengatakan semakin dini generasi muda atau remaja mengetahui pentingnya menjaga kesehatan dan memenuhi gizi seimbang, semakin besar kemungkinan di masa depan akan menjadi orang tua yang melahirkan anak bebas
stunting.
Dia menambahkan dalam kurun waktu empat hingga enam tahun ke depan jumlah generasi milenial dan Z, atau generasi produktif, jumlahnya akan lebih dari 50 persen dari total penduduk Indonesia. Sehingga, perlu sosialisasi pencegahan
stunting sejak dini.
“Jadi bonus demografi nanti tahun 2030, anak-anak yang lahir dari generasi sekarang akan bebas
stunting," ujar Wiranta.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan berdasarkan hasil sensus pada 2020, penduduk Indonesia didominasi generasi Z, atau generasi yang lahir dikurun waktu 1997 hingga 2012. Jumlah populasinya mencapai 27,9 persen dari total seluruh populasi penduduk. Angka ini disusul dengan generasi milenial 25,8 persen.
Bupati Magetan Suprawoto mengatakan
stunting merupakam program nasional. Oleh karena itu, pemerintah terus mengampanyekan pencegahan
stunting agar generasi muda memiliki kesadaran dan pemahaman soal stunting mulai dari usia dini.
Dia pun berpesan agar generasi muda menikah sesuai umur yang ditentukan oleh pemerintah. Dalam Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2019 tentang Perkawinan dinyatakan batas usia minimal perempuan dan laki-laki menikah, yakni 19 tahun.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Magetan Rohmat Hidayat menyebut ada sekitar 3.000 bayi di Magetan dam lebih dari 14 persen mengalami
stunting.
“Berdasarkan penelitian kami di Magetan, penyebab utamanya, yaitu sekitar 65 persen karena pola asuh," kata Rohmat.
Selain itu, banyak orang tua yang salah dalam menerapkan pemberian nutrisi bagi balita. Sehingga, anaknya mengalami
stunting.
“Jadi sejak remaja kalian perlu mengetahui nutrisi yang baik untuk bayi," ujar dia.
Sejak 2019, Kominfo telah menggandeng generasi muda untuk mendukung upaya penurunan prevalensi
stunting melalui Kampanye Generasi Bersih dan Sehat (GenBest). Kegiatan ini untuk menciptakan generasi Indonesia yang bersih dan sehat serta bebas
stunting.
GenBest mendorong masyarakat, khususnya generasi muda, agar menerapkan pola hidup bersih dan sehat di kehidupan sehari-hari. Melalui situs dan media sosial, GenBest juga menyediakan berbagai informasi seputar
stunting, kesehatan, nutrisi, tumbuh kembang anak, sanitasi, siap nikah, maupun reproduksi remaja dalam bentuk artikel, infografik, serta videografik.
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun google news Medcom.id Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ADN)