Jakarta: Rencana regulasi pelabelan galon menuai protes. Pengusaha air minum dalam kemasan (AMDK) menilai rencana pelabelan BPA di galon salah kaprah.
"Padahal AMDK ini sudah digunakan sejak 198 dan tidak pernah terdengar membahayakan kesehatan masyarakat," kata Pembina Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) DPD Jawa Tengah hingga Kaltim, Willy Bintoro Chandra, dalam keterangan tertulis, Kamis, 24 Agustus 2023.
Dia menyebut kebijakan ini tak relevan, menginagat manfaat yang diberikan air galon guna ulang telah terbukti. Bahkan, menjadi favorit masyarakat.
"Malah galon guna ulang ini menjadi favorit digunakan sebab ramah lingkungan karena bisa digunakan berulang," kata dia.
Menurut dia, seharusnya wacana kebijakan melewati serangkaian uji mendalam terlebih dahulu. Jangan sampai, sesuatu yang belum jelas dijadikan dasar pembuatan kebijakan.
"Membuat gaduh saja karena tidak ada buktinya sama sekali,” tukasnya.
Ketua DPD Aspadin Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten (JDB), Evan Agustianto, mengeluhkan hal serupa. Menurut dia, rencana kebijakan pelabelan yang hanya ditargetkan untuk galon guna ulang sangat diskriminatif.
“Wacana pelabelan BPA ini dulu tidak pernah muncul. Tapi, kenapa setelah salah satu produksi merek nasional yang menggunakan galon sekali pakai PET muncul, isu ini jadi ramai. Ada apa ini?” ujarnya.
Kalaupun misalnya mau tetap membuat kebijakan pelabelan pada kemasan, dia menyarankan agar itu jangan diberlakukan untuk galon polikarbonat saja. Kebijakan juga harus menyasar galon sekali pakai berbahan PET.
“Karena, semuanya juga mengandung zat berbahaya kalau memang alasannya seperti itu,” ucapnya.
Jakarta: Rencana regulasi pelabelan galon menuai protes. Pengusaha
air minum dalam kemasan (AMDK) menilai rencana pelabelan BPA di galon salah kaprah.
"Padahal AMDK ini sudah digunakan sejak 198 dan tidak pernah terdengar membahayakan kesehatan masyarakat," kata Pembina Asosiasi Pengusaha Air Minum Dalam Kemasan (Aspadin) DPD Jawa Tengah hingga Kaltim, Willy Bintoro Chandra, dalam keterangan tertulis, Kamis, 24 Agustus 2023.
Dia menyebut kebijakan ini tak relevan, menginagat manfaat yang diberikan air galon guna ulang telah terbukti. Bahkan, menjadi favorit masyarakat.
"Malah galon guna ulang ini menjadi favorit digunakan sebab ramah lingkungan karena bisa digunakan berulang," kata dia.
Menurut dia, seharusnya wacana kebijakan melewati serangkaian uji mendalam terlebih dahulu. Jangan sampai, sesuatu yang belum jelas dijadikan dasar pembuatan kebijakan.
"Membuat gaduh saja karena tidak ada buktinya sama sekali,” tukasnya.
Ketua DPD Aspadin Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten (JDB), Evan Agustianto, mengeluhkan hal serupa. Menurut dia, rencana kebijakan pelabelan yang hanya ditargetkan untuk galon guna ulang sangat diskriminatif.
“Wacana pelabelan BPA ini dulu tidak pernah muncul. Tapi, kenapa setelah salah satu produksi merek nasional yang menggunakan galon sekali pakai PET muncul, isu ini jadi ramai. Ada apa ini?” ujarnya.
Kalaupun misalnya mau tetap membuat kebijakan pelabelan pada kemasan, dia menyarankan agar itu jangan diberlakukan untuk galon polikarbonat saja. Kebijakan juga harus menyasar galon sekali pakai berbahan PET.
“Karena, semuanya juga mengandung zat berbahaya kalau memang alasannya seperti itu,” ucapnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ABK)
