medcom.id, Jakarta: Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Thomas Sunaryo menilai aksi pelaku perampokan dan pembunuhan di Pulomas Ramlan Butarbutar bisa tercetus dari riwayat penyakit. Ramlan menderita gagal ginjal yang mengharuskannya melakukan cuci darah.
"Harus mencari uang, pekerjaan dan sebagainya ini menjadi faktor. Cuci darah riwayat kesehatan (Ramlan) juga mungkin. Aksi (perampokan) bisa tercetus kalau faktor sosial memberikan peluang," kata Thomas dalam acara Primetime News Metro Tv, Kamis (29/12/2016)
Selain faktor sosial, perampokan disertai pembunuhan sadis juga didorong oleh faktor psikologis. Menurut Thomas, Ramlan mempunyai semacam ganguan jiwa yang melekat pada perilakuknya.
"Katakanlah sadisme, mempengaruhi dan bisa terjadi pada setiap orang apapun profesinya. Dia puas setelah melakukan itu," ujar Thomas.
Kasus ini menjadi teka-teki setelah harta yag dirampok hanya sebagian kecil. Sementara Ramlan, mesti melakukan aksi penyekapan kepada korban yang dianggap memiliki kekayaan diatas rata-rata warga ibu kota.
"Kita bicara asumsi, yang saya ketahui dari media masa dia (korban) adalah pengusaha yang kaya raya, punya hubungan dengan para pejabat. Pelaku ini bisa digunakan sebagai alat balas dendam, biasanya yang disebut pembunuh bayaran," ujarnya.
Masih dalam acara yang sama, Kabag Mitra Biro Penmas, Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, kesimpulan sementara kasus ini adalah murni perampokan. Meski demikian, Polisi tetap melakukan pengembangan kasus terkait informasi adanya motif lain seperti balas dendam.
"Belum, sementara ini pelaku yang kita tangkap mereka random. Mereka melihat ada pintu yang terbuka kemudian masuk. (mereka) Tidak selidiki siapa yang diincar. Sementara itu, penyidikan kita akan berkembang," kata Awi.
medcom.id, Jakarta: Kriminolog Universitas Indonesia (UI) Thomas Sunaryo menilai aksi pelaku perampokan dan pembunuhan di Pulomas Ramlan Butarbutar bisa tercetus dari riwayat penyakit. Ramlan menderita gagal ginjal yang mengharuskannya melakukan cuci darah.
"Harus mencari uang, pekerjaan dan sebagainya ini menjadi faktor. Cuci darah riwayat kesehatan (Ramlan) juga mungkin. Aksi (perampokan) bisa tercetus kalau faktor sosial memberikan peluang," kata Thomas dalam acara Primetime News Metro Tv, Kamis (29/12/2016)
Selain faktor sosial, perampokan disertai pembunuhan sadis juga didorong oleh faktor psikologis. Menurut Thomas, Ramlan mempunyai semacam ganguan jiwa yang melekat pada perilakuknya.
"Katakanlah sadisme, mempengaruhi dan bisa terjadi pada setiap orang apapun profesinya. Dia puas setelah melakukan itu," ujar Thomas.
Kasus ini menjadi teka-teki setelah harta yag dirampok hanya sebagian kecil. Sementara Ramlan, mesti melakukan aksi penyekapan kepada korban yang dianggap memiliki kekayaan diatas rata-rata warga ibu kota.
"Kita bicara asumsi, yang saya ketahui dari media masa dia (korban) adalah pengusaha yang kaya raya, punya hubungan dengan para pejabat. Pelaku ini bisa digunakan sebagai alat balas dendam, biasanya yang disebut pembunuh bayaran," ujarnya.
Masih dalam acara yang sama, Kabag Mitra Biro Penmas, Kombes Pol Awi Setiyono mengatakan, kesimpulan sementara kasus ini adalah murni perampokan. Meski demikian, Polisi tetap melakukan pengembangan kasus terkait informasi adanya motif lain seperti balas dendam.
"Belum, sementara ini pelaku yang kita tangkap mereka random. Mereka melihat ada pintu yang terbuka kemudian masuk. (mereka) Tidak selidiki siapa yang diincar. Sementara itu, penyidikan kita akan berkembang," kata Awi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)